Share

Bab 64

last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-18 13:00:54

Silia memucat. Ia tahu Roby sudah menerima kenyataan, tapi Vatra… Vatra belum tahu. Dan jika sampai tahu dari mulut Dandi, semuanya bisa kacau.

“Vatra sudah jauh. Dia bukan siapa-siapa saya lagi,” ujar Silia lemah.

“Tapi kelihatan banget dia masih naksir kamu. Bapak tahu, kok. Dan Bapak juga tahu siapa yang bakal ribut kalau tau kamu ternyata bukan korban biasa, tapi perempuan yang diem-diem ‘nikmatin’ aib itu buat dapet suami bayaran.”

Silia menggeleng, matanya mulai berkaca. “Itu nggak benar…”

“Bapak nggak peduli itu benar atau nggak. Yang penting, kalau Bapak ngomong, orang bisa percaya. Kamu tahu sendiri mulut orang itu gampang banget digerakin. Apalagi kalo digoreng panas-panas.”

Silia berdiri. “Saya nggak bisa kasih sekarang.”

“Besok. Bapak balik besok. Kalau nggak ada, ya silakan tanggung sendiri akibatnya.”

Dandi berdiri, melirik perut Silia lagi dengan senyum menjijikkan.

“Kasihan ya, bayi kecil ini. Belum lahir aja udah harus ikut-ik
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 66

    Restoran kecil itu tak terlalu ramai. Meja kayu hangat, tanaman dalam pot, dan musik akustik pelan yang menyatu dengan aroma kopi dan roti panggang. Di sudut jendela yang paling banyak cahaya, Roby duduk berhadapan dengan perempuan yang kini selalu jadi tujuannya pulang.Silia mengenakan dress sederhana warna krim dan outer tipis. Rambutnya dikuncir rendah, dan wajahnya polos tanpa riasan. Tapi bagi Roby, tak ada yang lebih menenangkan selain wajah itu. Wajah perempuan yang tak pernah mempermalukannya meski mereka harus tinggal di kontrakan sempit. Yang selalu diam-diam menyisihkan uang belanja demi membelikan Roby kuas make-up baru.“Ini tempat favorit kamu yang baru?” tanya Silia, meneguk teh hangatnya.Roby mengangguk, lalu menyendok separuh scrambled egg dari piringnya ke piring Silia. “Iya. Deket dari salon, dan lebih enak kalau kita brunch di tempat yang tenang. Bisa ngobrol panjang, nggak perlu buru-buru.”Silia tersenyum. “Padahal kamu paling nggak

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 65

    Sabtu pagi di salon eksklusif yang tampak hidup. Wangi sampo mahal, alat styling berkilau, dan para sosialita sibuk membicarakan tren kecantikan terkini.Di sudut ruangan dengan pencahayaan terbaik, Roby tengah merias klien langganannya. Gerakannya luwes, presisi, dan penuh kepercayaan diri. Seragam hitamnya rapi, dengan inisial bordir di dada. Roby A. MUA.Seorang pegawai salon mendekat. "Mas Roby, ada yang nyariin. Katanya temen lama."Roby menoleh, dan matanya langsung bertemu dengan sosok itu.Yesika.Masih seperti dulu—atau setidaknya berusaha terlihat seperti dulu. Wajah yang penuh make-up berlebihan, pakaian branded tapi mencolok, dan senyum penuh kepura-puraan."Robyyy… ini beneran kamu sekarang? Udah kayak seleb MUA!" sapa Yesika dengan suara cempreng manja.Roby menyambutnya dengan anggukan tipis, tidak bangun dari kursinya. “Selamat pagi. Kamu perlu bantuan?”Yesika mendekat tanpa malu, duduk di kursi sebelah klien Roby yang baru se

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 64

    Silia memucat. Ia tahu Roby sudah menerima kenyataan, tapi Vatra… Vatra belum tahu. Dan jika sampai tahu dari mulut Dandi, semuanya bisa kacau.“Vatra sudah jauh. Dia bukan siapa-siapa saya lagi,” ujar Silia lemah.“Tapi kelihatan banget dia masih naksir kamu. Bapak tahu, kok. Dan Bapak juga tahu siapa yang bakal ribut kalau tau kamu ternyata bukan korban biasa, tapi perempuan yang diem-diem ‘nikmatin’ aib itu buat dapet suami bayaran.”Silia menggeleng, matanya mulai berkaca. “Itu nggak benar…”“Bapak nggak peduli itu benar atau nggak. Yang penting, kalau Bapak ngomong, orang bisa percaya. Kamu tahu sendiri mulut orang itu gampang banget digerakin. Apalagi kalo digoreng panas-panas.”Silia berdiri. “Saya nggak bisa kasih sekarang.”“Besok. Bapak balik besok. Kalau nggak ada, ya silakan tanggung sendiri akibatnya.”Dandi berdiri, melirik perut Silia lagi dengan senyum menjijikkan.“Kasihan ya, bayi kecil ini. Belum lahir aja udah harus ikut-ik

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 63

    Beberapa hari kemudian.Yesika kembali datang—kali ini membawa makanan kesukaan Hanisa.Hanisa menyambut dengan senyum sumringah. “Astaga, kamu ini kayak anak kandung Tante sendiri.”Yesika menatap ruang tengah. “Vatra mana, Tante? Aku bawa rawon juga buat dia.”“Dia bilang ada pertemuan dengan dosen sore ini,” jawab Hanisa tanpa curiga.Padahal Yesika tahu, tak ada jadwal rapat sore di hari Kamis.Dia menghela napas. “Kamu kabur lagi, Vat...”Hanisa tertawa kecil. “Vatra memang butuh waktu, Yesi. Tapi Tante yakin, dia akan sadar betapa beruntungnya kalau punya kamu.”Yesika tak menjawab. Ia hanya menatap mangkuk rawon di meja—tapi dalam benaknya, ia sudah memikirkan langkah baru. Kalau Vatra terus lari, maka Silia harus disingkirkan dulu. Dan kalau Hanisa sudah percaya padanya, maka satu langkah ke arah itu sudah terbuka.Malam hari, Yesika duduk di kamarnya, membuka akun sosial media dengan akun sama

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    Bab 62

    Yesika tak pernah menyukai kata kalah.Dan pagi itu, ia melangkah masuk ke kedai kopi seperti seorang aktris yang tahu betul bagaimana memulai adegannya. Langkahnya ringan, tapi penuh perhitungan. Blazer putih bersih menempel pada tubuhnya seperti kulit kedua, dan high heels-nya berdecit halus di lantai kayu yang mengilap.Ia sudah tahu Vatra akan ada di sana. Laki-laki itu terlalu rutin untuk ukuran seorang mahasiswa yang mengaku cinta pada kebebasan. Setiap Selasa dan Kamis, pukul sepuluh pagi, Vatra akan duduk di sudut kedai, dengan laptop, secangkir espresso, dan ekspresi serius yang entah kenapa tetap terlihat elegan.Yesika mengabaikan dua pelayan yang mengenalnya dengan tatapan enggan. Ia hanya melambaikan tangan kecil ke arah Vatra—manis, sok akrab, seolah mereka berdua punya cerita lama yang tak sempat selesai."Vatra," sapanya ringan.Lelaki itu mengangkat kepala sekilas. "Yesika."Cukup satu kata. Tapi bagi Yesika, itu sudah cukup untuk membuka permainan."Aku ngga

  • Pernikahan Berbayar Si Gadis Culun    BAB 61

    “Ibu jangan suka ngomong asal-asalan. Mama nggak suka orang yang kayak gitu,” kata Roby cepat, mencoba menutupi rasa malu.“Ah masa? Nggak kok,” kata Amira sambil mengusap sudut matanya. “Mama malah suka sama Bu Besan yang apa adanya kayak gini.”Roby menatap mama mertuanya, tak percaya.“Justru Mama senang. Sikap dan omongan Bu Besan benar-benar apa adanya, nggak dibuat-buat... asli banget.”Dan seperti ada tombol yang dipencet, suasana langsung mencair. Nasiha mulai tertawa, begitu pula Amira. Mereka mulai bicara santai, dari masalah kehamilan, resep jamu pelancar lahiran, sampai kebiasaan Roby kecil yang suka ngupil.Di sudut sofa, Roby dan Silia hanya bisa duduk diam, seperti dua remaja yang menyaksikan emak-emaknya bonding di atas level mereka.“Aduh, saya baru tahu, ternyata besan saya lucu banget,” kata Amira sambil mengambil sepotong kue lagi.“Saya juga baru tahu, ternyata ibu mertua anak saya ini kayak permaisuri. Cantik, pinter, kaya... aduh, kalah saya,” timpal Nasiha samb

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status