"Kenapa kamu tidak pernah pakai kartu kredit dariku, hm?" Dengan tangannya mengelus perut Jasmine, Reiner bertanya mengenai black card yang sempat dia berikan pada Jasmine tempo hari.
"Tidak ada keperluan yang harus kubeli dengan kartu itu, Reiner,” jawab Jasmine. Dia bisa menghidu aroma shampo dari rambut Reiner yang sedang menjadikan dadanya sebagai bantal kepala pria itu.
Entah kenapa, sejak bangun tidur Reiner tidak mau beranjak dari ranjang dan tidak membiarkan Jasmine pergi ke mana-mana.
"Kalau gitu kamu harus beli apa pun yang kamu mau. Terserah, mau beli apa saja.” Reiner mencuri kecupan sekilas di perut Jasmine, sebelum kembali bersandar di dada.
"Biasanya wanita-wanita selalu senang belanja tas, pakaian, atau sepatu. Atau make up mungkin, tapi kalau make up lebih baik kamu jangan pakai.”
"Aku selalu membeli apa pun yang aku butuhkan, bukan yang aku mau," timpal Jasmine lagi. Dia tersenyum tipis meningkahi jemari Reiner y
"Foto ini akan jadi milikku." Reiner mengambil selembar kertas foto yang dipenuhi dengan gambar kemesraan mereka."Curang. Aku juga mau, Reiner." Jasmine berusaha mengambil foto tersebut, tetapi Reiner tidak mengizinkannya."Kalau begitu kita bisa memilikinya berdua.""Tidak bisa. Kita harus punya masing-masing. Jadi kalau kita berjauhan, kita bisa memegang sendiri-sendiri," protes Jasmine.Reiner yang sudah menyalakan mesin mobil pun seketika menoleh pada Jasmine. Raut wajahnya berubah menjadi serius. "Memangnya kenapa kita harus saling berjauhan, hm?""Ya ... kan bisa jadi suatu saat kamu ada perjalanan bisnis ke luar kota atau ke luar negeri. Kamu bawa foto itu, dan aku juga memegang di rumah."Jasmine tidak tahu kenapa dia harus membahas hal-hal kekanakkan seperti ini. Mulutnya tiba-tiba lancar melontarkan kalimat tersebut.Reiner tersenyum. Kemudian dia menyerahkan foto di tangannya pada Jasmine. "Kalau begitu bagi dua saja. Biar
“Gimana keadaanmu sekarang, Jasmine” tanya Evano.“Sudah baikan. Aku boleh pulang siang ini.”“Syukurlah. Aku sempat khawatir kemarin saat dengar kamu harus dilarikan ke rumah sakit.”Jasmine tersenyum tipis. “Terima kasih sudah menjengukku, Van.”Kemudian meletakkan bunga pemberian Evano di atas rak, bahkan di sana sudah ada beberapa ikat bunga pemberian ibu mertua, Feli dan Kanaya yang datang silih berganti tadi pagi.“Di mana attitude-mu, Van? Memberi bunga pada istri orang lain di depan suaminya sendiri?” berang Reiner tidak suka.“Reiner ... Evano cuma mau menjengukku saja. Kamu jangan verlebihan begitu ah.” Jasmine berusaha menenangkan Reiner. Dia tahu suminya itu pasti akan meradang setelah melihat dia menerima bunga dari Evano
Reiner mengernyitkan dahi ketika samar-samar dia mendengar ponselnya bergetar cukup lama. Tanpa membuka mata, Reiner menjulurkan tangannya untuk meraih ponsel dari rak di samping ranjang.“Ada apa? Kalau tidak ada hal penting yang ingin kamu bicarakan, gajimu akan kupotong. Pagi-pagi kamu sudah menggangguku,” desis Xavir setengah berbisik begitu mengangkat panggilan telepon dari Bayu.Reiner kesal. Untuk apa pagi-pagi begini menelepon? Bayu hampir saja membuat Jasmine terbangun dari tidur lelapnya.“I-iya maafkan saya, Pak. Saya Cuma mau kasih tahu terkait kejadian di restoran itu,” ujar Bayu takut-takut dari seberang.Mata Reiner sontak terbuka nyalang. “Katakan padaku, apa yang kamu temukan?”“Kejadiannya ternyata memang disengaja, Pak. Saya sudah datang menemui pengelola restoran dan meminta rekaman CCTV. Ternyata ada seorang pelayan yang sengaja mengunci pintu toilet, dan membuat lampu di toilet seolah-
“Sebenarnya Jasmine kenapa, Kak? Apa dia punya trauma dengan ruangan sempit atau ....”“Dia phobia gelap, Nay.”Leica dan Kanaya sontak terkejut mendengar fakta yang baru kali ini mereka ketahui.“Jasmine tidak boleh terlalu lama ada di ruangan gelap, atau akibatnya akan seperti ini.” Telapak tangan Reiner mengelus-elus puncak kepala Jasmine dalam posisi berdirinya di samping Leica.“Maafkan Mama. Seharusnya Mama menemani Jasmine tadi kalau tahu akan begini.” Leica menatap Jasmine dengan tatapan nanar.“Bukan salah Mama,” ralat Reiner, “Mama tidak perlu menyalahkan diri sendiri, kalau Jasmine tahu, dia pasti tidak akan suka.”Ya, satu hal yang paling menonjol dalam diri Jasmine adalah perasaannya yang lembut dan kebaikan hatinya. Reiner menyesal karena dulu telah menyia-nyiakan wanita sebaik Jasmine.“Toiletnya terkunci dan lampunya mati?” tanya Reiner
Reiner mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benci situasi seperti ini, sungguh. Di satu sisi, perasaannya pada Jasmine telah berkembang.Dan Jasmine adalah istrinya, ibu dari anak-anaknya. Tapi di sisi lain, Reiner merasa bersalah pada Nadira.“Kamu lihat itu, Reiner?!”Reiner mengikuti arah telunjuk Nadira ke salah satu sudut ruangan. Di sana menumpuk barang-barang milik Nadira pemberian dari Reiner.Tas, parfum, pakaian, sepatu bahkan beberapa foto dalam bingkai kecil hingga besar. Semua itu adalah Reiner yang memberikannya sewaktu mereka sering mengunjungi negara lain bersama-sama.“Miniatur drum itu ... kamu ingat janji yang kamu ucapkan sebelum kamu benar-benar pergi meninggalkan panti asuhan dulu?” Nadira mengelap air matanya dengan punggung tangan. “Kamu janji akan selalu melindungiku! Tapi sekarang apa buktinya?”Reiner menatap Nadira dengan sorot mata lelahnya. Semua yang Nadira katakan adalah bena
Jasmine menggedor pintunya sembari berteriak meminta tolong. Namun, detik demi detik berlalu, tubuhnya seketika melemas, tarikan napasnya semakin lama semakin pendek.Bayangan itu kembali muncul berkelebat di depan mata Jasmine, membuat dadanya kian sesak. Tangannya yang menggedor pintu perlahan melemah.Hingga yang bisa Jasmine lakukan saat ini hanya memanggil nama Reiner dalam suara lirihnya.Sekali lagi Leica mengecek arlojinya. Sudah lima belas menit berlalu sejak kepergian Jasmine ke toilet. Tetapi sampai saat ini menantunya itu tak kunjung kembali.“Apa dia baik-baik saja?” gumam Leica yang mulai merasa khawatirLeica tidak bisa menghubungi Jasmine. Sebab sejak peristiwa teror itu Jasmine belum berani memegang ponsel sampai sekarang.Diam pun Leica merasa tidak enak hati. Dia akhirnya memutuskan untuk bangkit, lalu menyusul Jasmine ke toilet.Begitu Leica tiba di depan toilet yang lumayan agak jauh dari tempatnya dud