“Suka-sukamu, lah." Jasmine akhirnya mengedikkan bahu. "Hm? Ternyata ada jalan keluar. Ke mana tembusnya jalan ini?" tanya Jasmine saat dia melihat gerbang kecil di sisi kirinya.
Kediaman Reiner memang dikelilingi tembok yang menjulang tinggi, dengan dipasangi kamera CCTV di mana-mana. Dan Jasmine baru sekarang melihat gerbang ini.
"Apa jangan-jangan ini jalan penghubung ke rumah Evano?"
"Dari mana kamu tahu?" Tatapan Reiner berubah kian menajam.
"Evano sendiri yang bilang kepadaku. Ada jalan kecil di sini yang menjadi penghubung ke rumahnya. Aku jadi penasaran. Apa akuboleh membukanya?"
"Tidak!" tolak Reiner dengan cepat. "Kamu dilarang keluar lewat pintu itu. Lebih baik lanjutkan saja langkahmu." Dengan berwajah datar, Reiner berjalan mendahului Jasmine.
Namun keberuntungan memihak Jasmine saat pintu gerbang itu terbuka dari arah luar. Seorang tukang kebun masuk lewat sana dan menganggukkan kepala kepada Jasmine memberi hormat.
<Sesampainya di rumah, Jasmine membersihkan tubuhnya dengan berendam di bathub. Otot-otot di tubuhnya terasa rileks begitu melebur dengan air hangat.Setengah jam kemudian Jasmine memakai piyama tidurnya dan mengeringkan rambut. Begitu keluar dari kamar mandi, Jasmine dikejutkan oleh kehadiran Reiner yang sudah terbaring di atas ranjang"Mau apa kamu di kamarku?!""Ini kamarku juga, terserah aku mau tidur di mana,” balas Reiner tanpa membuka kelopak matanya. Sebelah tangannya tertekuk di atas dahi"Aku tahu. Semua ruangan yang ada di rumah ini adalah milikmu. Tapi kita memiliki batasan untuk tidak satu kamar, bukan?" Jasmine berkata sambil menghampiri cermin dan menyisir rambutnya di sanaKelopak mata Reiner terbuka, dan bergerak menatap punggung Jasmine. Dia penasaran, kenapa Jasmine tidak repot-repot mengapli
"Nadira... kumohon maafkan aku... sepertinya aku sudah melanggar janjiku.”Igauan Reiner semalam kembali terngiang di telinga Jasmine. Dia masih penasaran janji apa yang dibuat Reiner pada Nadira."Melamun saja kamu, Jasmine. Hati-hati kesambet setan."Jasmine tersentak dari lamunannya saat Dea menyenggol lengannya "Setannya juga takut kali, De, sama aku," imbuh Jasmine terkekeh. "Eh, apa Pak Gun marah-marah saat aku cuti kemarin?""Yeah, kamu sudah bisa menebak. Dia tidak berhenti mengomel, tapi akhirnya dia kasih kamu cuti sehari lagi, "kan?""Iya sih. Tapi aku jadi tidak enak hati karena sering bolos." Jasmine menghela napas pelan.Gunawan-manajer di cafe ini, memang terkesan bawel. Tetapi dia sebenarnya baik dan perhatian. Alasan itulah yang membuat Jasmine betah bekerja di sini"Kesehatanmu jauh lebih penting, Jasmine. Pak Gun menger-Waahh. apa aku sedang bermimpi? Jasmine tolong cubit pipiku.”Jasmine mengerutkan kening melihat Dea yang tiba-tiba temganga. "Kamu kenapa sih, De?
Wajah Jasmine memerah, menahan malu dan marah yang melebur menjadi satu. Reiner benar-benar berengsek."Lihat tubuhmu di cermin itu baik-baik, Jasmine," tegas Reiner sekali lagi.Berdiri di belakang Jasmine, sebelah tangannya mendarat di perut gadis itu "Lihat perutmu ini. Kamu hamil. Di sini sedang tumbuh calon dua anak kembar.”"Tanpa kamu beritahu pun aku sudah tahu," ketus Jasmine."Lalu kenapa tadi kamu berkata, seolah-olah aku tidak akan mengakui kamu sebagai ibu mereka?" Selain berat dan serak, suara Reiner terdengar penuh penekanan.Jasmine terdiam sesaat. Ditatapnya replika dirinya di dalam cermin dengan tatapan nanar. Jasmine terharu menatap perutnya. Ya, dia ibu mereka. Jasmine tidak mau namanya hilang dari ingatan mereka kelak."Kukira karena kamu membenciku dan terlihat murahan di matamu, makanya kamu akan malu mengakuiku sebagai ibu mereka nanti.""Kamu ibu mereka, Jasmine,” sela Reiner tegas. "Tidak ada yang
Reiner bangkit hendak meninggalkan Jasmine. Tetapi gadis itu menghentikan Reiner dengan menarik ujung kaosnyaJasmine ikut berdiri di belakang Reiner. Dia berusaha menekan hatinya agar tidak sakit hati dengan ucapan Reiner barusan."Beri aku kesempatan untuk bicara. Kamu suka seenaknya pergi setelah membuatku terluka karena ucapan atau sikapmu."Reiner terhenyak. Ucapan Jasmine bagai tamparan keras baginya. Entah kenapa. Rasanya, sebagian sudut hati Reiner terasa nyeri saat tahu sikap dan ucapannya selalu melukai hati Jasmine."Kamu selalu bilang anak ini adalah milikmu. Apakah itu berarti kamu sudah mempercayaiku dan menerima mereka?" tanya Jasmine memastikan"Kamu tidak perlu bertanya," jawab Reiner datar."Aku bertanya karena aku tidak mengerti."Keduanya diam beberapa saat seakan disibukkan
Kedua alis Jasmine terangkat. Rasanya dia merasa masih berada di alam mimpi mendengar Reiner meminta maaf padanya."Maksudmu ... kamu yang memberi tahu Evano?" tanya Jasmine tanpa dosa.Terang saja Reiner tidak terima. Dia mendecakkan lidahnya pelan. "Aku tidak memberi tahu dia, tapi ... ah sudahlah, aku tidak ingin membahasnya."Reiner bisa kehilangan muka di hadapan Jasmine kalau dia jujur telah teledor meletakkan surat perjanjian mereka secara sembarang.Sedangkan Jasmine tidak menjawab. Dia memang masih kesal pada Reiner yang seenaknya menuduhnya.Tapi mendengar permintaan maaf Reiner yang hanya diucapkan sekali dalam seabad, Jasmine kembali berpikir untuk memaafkan sikap Reiner semalam."Sekarang keluarlah, aku membawa sesuatu untuk mereka.""Hm? Untuk mereka? Maksudmu susu untuk ibu hamil
"Ada apa memanggilku?"Reiner berbalik, ia mendapati Evano berjalan menghampirinya. Tangan Reiner lantas melemparkan satu kaleng minuman yang segera ditangkap dengan tangkas oleh Evano."Berbagi minuman?" jawab Reiner asal sembari berjalan ke kursi di pinggir jalan halaman rumahnya.Evano menahan tawa atau lebih tepatnya mendengus mendengar jawaban Reiner, la duduk di samping Reiner lalu membuka penutup minuman tersebut dan meneguknya."Kalau ada orang yang melihat kita, kurasa mereka akan berpikir kalau kita sedang berkencan. Malam-malam berdua di tempat seperti ini bisa menimbulkan fitnah."Reiner berdecak lidah menanggapi candaan Evano yang menurutnya sangat tidak bermutu. Ini bukan pertama kali mereka mengobrol di sini, Reiner tahu ucapan Evano barusan hanya untuk mencairkan suasana mereka setelah ketegangan yang terjadi di rumah Evano."Tidak akan ada yang percaya pria sepertiku penyuka sesama jenis,” jawab Reiner datar."K