Pria Itu masih tetap bergeming dengan wajahnya yang semakin mengeras dan tatapannya tertuju pada satu arah.Nadira mengikuti arah pandang Reiner, wajahnya tiba-tiba berubah keruh saat tahu siapa yang sedang Reiner pandangi dengan sebegitu marahnya."Apa lebih baik aku pulang saja?" Nadira meninggikan suaranya yang membuat Reiner tersentak.Reiner kembali menatap Nadira. Seharusnya dia fokus saja pada wanita di sampingnya ini."Maaf. Barusan aku tidak fokus. Ya sudah kita cari tempat duduk."Nadira menyembunyikan kekesalannya dalam senyuman termanisnya. Dia lantas mengikuti langkah Reiner menuju sebuah round table.Reiner menarik kursi untuk Nadira duduki, baru setelah itu dia beralih ke kursi sebelah. Namun baru saja Reiner akan duduk, seseorang tiba-tiba datang mendekatinya."Apa kabar, Reiner?"Melihat siapa orang yang tengah tersenyum miring ke arahnya, Reiner akhirnya kembali berdiri tegak dengan memasang wajah datarnya.
Mewah sekali....Jasmine berdecak kagum saat memasuki ballroom hotel, tempat diadakannya pesta pernikahan teman Kanaya.Hati Jasmine semakin menciut ketika melihat kemewahan yang disuguhkan di depan matanya. Semua tamu di sana hampir semuanya dari kalangan atas.Penampilan para wanitanya pun tampak mewah dan berkelas dengan gaun-gaun glamour juga seksi.Gaun Jasmine pun sebenarnya terbilang mahal. Malam ini dia memakai gaun yang sempat dipakai ke acara keluarga Reiner beberapa minggu lalu. Tapi, tetap saja Jasmine merasa tidak percaya diri berada di lingkungan seperti ini."Ayo, Jasmine. Kita menyapa pengantinnya lebih dulu." Kanaya tersenyum lebar sambil menggandeng tangan Jasmine.Jasmine balas tersenyum, mengangguk. Dia berusaha bersikap normal dan tenang.Jasmine tiba-tiba teringat dengan R
"Selamat sore, Non. Mau langsung pulang ke rumah?" Agus bertanya saat Jasmine sudah duduk di kursi belakang.Jasmine tahu Agus hanya basa-basi. Reiner pasti sudah memberinya perintah untuk langsung membawa Jasmine pulang ke rumah."Iya, Pak. Kita langsung pulang saja.""Siap, Non." Agus mengangguk mengiakan sebelum melajukan kendaraannya.Selama perjalanan, Jasmine hanya memandangi jalanan yang mereka lewati melalui jendela di sampingnya.Hampir setiap saat kepala Jasmine dipenuhi berbagai pikiran tentang masalah yang dihadapinya. Juga pikiran masa depan yang dapat Jasmine perkirakan akan seperti apa endingnya.Hingga tiga puluh menit kemudian, Jasmine keluar dari mobil setelah Agus membukakan pintu untuknya.Baru saja Jasmine menuju ambang pintu rumah Reiner, Mbak Ninik langsung mendekatinya d
Mendengarnya, Reiner berdecak kesal. "Singkirkan pikiran kotormuItu! Aku bukan mau menyentuhmu di sini, tapi aku ingin kamu melakukan sesuatu untukku."Jasmine sedikit malu karena sempat berpikiran yang tidak-tidak. Mau tak mau Jasmine akhirnya mendekat. "Mau apa?"Reiner menarik tangan Jasmine masuk ke dalam dan menutup pintu rapat-rapat."Gosok punggungku," titah Reiner datar sebelum dia melempar handuk di pinggangnya ke sembarang arah, lalu memasuki bathub. Membuat Jasmine yang memperhatikannya segera memalingkan wajah ke arah lain.Jasmine mendecakkan lidahnya kesal. "Hal-hal seperti ini kenapa menyuruhku?" gerutunya sembari mengambil spons mandi, lalu duduk di pinggiran bathub."Apa aku harus menyuruh Ninik yang melakukannya?""Akan jauh lebih baik seperti itu."Reiner menoleh ke belakang dengan tatapan tegas, tetapi Jasmine sama sekali tidak gentar. "Istriku adalah kamu. Bukan Ninik!"Jasmine menghela napas panjang dan ta
"Kurasa hal itu sangat wajar. Aku juga sering mengucapkan kalimat itu pada siapapun, bukan hanya pada Evano.""Terserah!" Lagi-lagi Reiner tidak suka saat Jasmine bersikap tenang dan merasa tidak bersalah sama sekali. Dia sebagai suaminya, seharusnya Jasmine meminta maaf padanya.Jasmine tak ingin berdebat panjang lebar di tempat umum seperti ini. Dia memutuskan berjalan mendahului Reiner yang masih bergeming di tempatnya berdiri."Mau ke mana kamu?!" seru Reiner lantas mengekori langkah kaki Jasmine di belakangnya.Dari sini Reiner bisa melihat punggung Jasmine yang ramping. Entah hanya pikiran Reiner saja atau bukan, tapi tubuh Jasmine terlihat sedikit kurus saat ini."Ke manapun aku pergi, kurasa itu bukan urusanmu, Reiner""Tentu saja menjadi urusanku!" balas Reiner sengit. "Kamu istriku, Jasmine!""Kamu berkata seolah-olah sudah menjadi suami bagiku," gumam Jasmine lalu tersenyum kecut.Saat Jasmine berjalan melewati lapan
Reiner mendengus kasar sambil keluar dari kamar setelah mengenakan pakaian lengkap. Dia baru mendapat email dari Bayu dan dia masuk ke ruangan kerja untuk mengeceknya.Reiner duduk di meja kerjanya berhadapan dengan laptop. Dengan rasa penasaran yang cukup tinggi, dia membuka file tersebut yang berisi data diri Jasmine yang sempat dia minta pada Bayu.Jasmine Jasmine. Usia 25 tahun. Tinggal di panti asuhan Kasih Bunda sejak usia tiga tahun, lalu diadopsi oleh Naura dan Prayoga di usia sembilan tahun.Pria itu menghela napas pelan. Sampai di situ belum ada yangmenarik tentang diri Jasmine. Dia lalu memutuskan untuk terus membacanya sampai selesai.Kedua alis Reiner seketika terangkat begitu dia menemukan sesuatu yang baru dan menarik.“Jadi setelah orang tuanya meninggal, Jasmine tinggal dengan kakaknya bernama Wisnu?" Reiner bermonologSebuah email dari Bayu kembali masuk. Kali ini berisi foto Wisnu dan data dirinya.Reiner meng