Stefan langsung memberi isyarat kepada pengawalnya dengan menggunakan tatapan matanya. Si pengawal dengan cepat mengerti maksud dari isyarat itu. Dia buru-buru menutup pintu kamar Odelina kembali setelah Olivia, Stefan dan Daniel masuk ke dalam ruang rawat Odelina. Roni langsung merasa kesal ketika melihat Daniel membawa bunga dan termos sup yang sama seperti dirinya ke dalam ruang rawat Odelina. Dia pun berinisiatif berteriak, “Odelina ... Odelina ....”Namun, Hendra buru-buru membekap mulut Roni untuk mencegahnya kembali berteriak. Hendra masih sangat muda. Selain itu, dia juga pernah tergabung dalam dunia gangster. Jadi, seseorang seperti Roni yang terbiasa bekerja duduk di balik meja bukanlah saingan Hendra yang merupakan seorang anak muda berusia 18 tahun. Hendra membekap mulut Roni lalu membawanya menjauh dari ruang rawat Odelina. Setelah itu, barulah dia melepaskan berkapanya dari mulut Roni. “Kamu mau membekapku sampai mati, ya?” ujar Roni kesal.Kemudian dia kembali berkat
Olivia melihat Daniel keluar dengan terburu-buru. Kemudian dia menatap Stefan yang terlihat sangat tenang seakan dialah yang mengendalikan Daniel untuk bersikap seperti itu. Kemudian Stefan juga ikut keluar untuk mengantar Daniel. “Olivia kamu kan juga sibuk sama tokomu. Jadi, sudah sana urus tokomu dulu saja,” ujar Odelina. “Nggak kok, Kak. Aku di sini saja jagain Kakak,” balas Olivia. “Aku nggak perlu kamu tungguin lagi, kok. Aku sudah baikkan. Aku juga sudah bisa bergerak lebih bebas. Aku pasti sudah keluar dar rumah sakit hari ini kalau bukan karena dokter yang melarang aku,” ujar Odelina yang teringat akan tanggung jawabnya di restoran.“Kakak harus dengarkan perkataan dokter. Kakak masih harus dirawat di rumah sakit beberapa hari lagi. Lagi pula, Kakak juga nggak boleh langsung kerja setelah keluar dari rumah sakit. Kakak masih harus banyak istirahat di rumah,” ujar Olivia. “Kakak sudah dirawat di rumah sakit lebih dari 2 minggu. Kakak bisa tambah sakit kalau masih harus tid
Kemudian Olivia kembali bertanya, “Bukannya Calvin lagi cuti? Terus Reiki juga belum tentu bisa datang ke kantor hari ini, kan?”“Aku bisa minta sekretarisku buat nunda rapatnya. Sudahlah, ayo kita pergi. Biar Dimas saja yang bawa mobilmu ke toko nanti,” ujar Stefan sambil tersenyum. Olivia sama sekali tidak menolak ajakan Stefan.“Nanti aku juga jemput kamu, ya. Soalnya aku mau kamu nemenin aku ke acara pesta malam ini,” ujar Stefan lagi. “Oke,” jawab Olivia mengiyakan. Stefan akhirnya mengantar Olivia sampai ke toko buku. Kemudian Stefan bergegas kembali ke kantornya untuk memulai pekerjaannya. Ternyata Junia juga datang ke toko hari ini."Kamu nggak nyiapin acara pernikahanmu? Keluargamu pasti sangat khawatir di rumah. Aku sampai berpikir kalau kamu nggak akan datang ke toko hari ini,” ujar Olivia berusaha menggoda Junia. “Aku bosan di rumah terus dan nggak ada juga yang bisa aku lakukan di sana,” ujar Junia dengan wajah berseri-seri. Olivia melihat kalau temannya hari ini tam
Junia buru-buru mengganti sebutannya kepada Jordy agar Jordy merasa lebih nyaman. Keluarga Adhitama memang memiliki sifat yang berbeda satu sama lain. Namun, mereka semua memiliki wajah yang tampan dan enak dipandang. Bahkan mereka lebih tampan dari pemeran laki-laki utama di novel yang biasa Junia baca. “Nenek bawain aku apa, sih? Kayaknya banyak banget, ya?” tanya Olivia sambil meletakkan tas itu di meja kasir lalu membukanya. “Bukan apa-apa, kok. Itu isinya cuma suplemen untuk kesehatan tubuh. Orang tua kayak Nenek memang butuh suplemen, tapi Nenek juga nggak bisa minumnya kalau sebanyak itu. Lagi pula, Nenek takut suplemen itu akan berdampak buruk untuk tubuh Nenek kalau Nenek minum terlalu banyak. Makanya Nenek bawain suplemen itu buat kalian anak-anak muda. Kalian kan masih banyak pekerjaan dan kegiatan, jadi pasti butuh suplemen untuk menunjang aktivitas kalian,” jelas Nenek. Kemudian Nenek kembali berkata, “Ada juga seafood. Ibu mertuamu menyuruh Nenek untuk bawain kamu seaf
Di dalam hati, ia berharap kakaknya tidak melemparkan pabrik kecil yang paling sulit dikelola kepadanya. Adhitama Group sangat besar dengan banyak anak perusahaan. Ada banyak anak perusahaan yang juga membuka perusahaan kecil. Beberapa perusahaan kecil tersebut tidak menjalankan bisnis dengan baik, bahkan ada yang hampir bangkrut. Saat adik-adik Stefan baru memasuki dunia kerja, biasanya mereka mendapatkan pekerjaan pertama mereka dari Nenek Sarah atau Stefan. Seringkali mereka akan dimasukkan ke Adhitama Group dari level paling bawah. Tidak jarang mereka malah dilemparkan ke perusahaan-perusahaan kecil yang sedang mengalami kesulitan. Tujuannya tidak lain untuk mengasah kemampuan mereka dalam berbisnis. Jika mereka ternyata bisa membuat perusahaan kecil itu bangkit kembali dan memperluas pasar perusahaan, itu berarti mereka mampu dalam berbisnis.Setelah pengasahan fase awal, barulah Stefan akan menyerahkan beberapa anak perusahaan yang cukup kuat untuk dikelola. Akhirnya berdasa
Setelah nenek mengatakan demikian, Olivia merasa sedikit lebih baik. Jika tidak, dia akan merasa gagal dalam perannya sebagai menantu anak tertua keluarga Adhitama."Oliv, Junia, kalian berdua bantu Nenek urus yang di sini, ya. Nenek sama Jordy mau antar undangan dulu."Nenek duduk sebentar dan kemudian bangkit pergi. Olivia dan Junia juga berdiri."Nenek, makan siang di sini, ‘kan?""Nggak usah, Nenek sudah undang Pak Riko untuk makan siang bersama kita di hotel, biar Ricky yang nemenin." Nenek berkata demikian sembari memberikan isyarat kepada Olivia.Olivia paham dan tersenyum, "Oke deh, Nek. Kapan-kapan makan di sini, ya? Lebih baik lagi kalau pindah kesini, tinggal sama kami. Pasti jadi lebih nyaman."Ketika dia mengatakan kata "nyaman," Olivia juga mengedipkan mata pada nenek. Nenek juga paham dan menyetujuinya, "Setelah ulang tahun Jordy, Nenek bakal pindah ke tempat kalian. Kalau si Stefan nggak setuju, kamu harus bantu Nenek, ya? Wah, sudah lama sekali Nenek nggak ngomelin Ste
Jordy merasa lega. Syukurlah, umurnya baru dua puluh tiga tahun.Lagipula, dia masih punya beberapa kakak laki-laki yang bisa dia jadikan tameng. Kakaknya tahun ini sudah dua puluh enam tahun dan masih belum punya pacar. Kalau Nenek mau mendesak untuk menikah, maka seharusnya Nenek akan mendesak kakaknya terlebih dahulu.Jordy membuka pintu mobil. Setelah mempersilahkan Nenek masuk, dia berbalik dan berkata kepada Olivia dan Junia, “Kak Oliv, Kak Junia. Kalian nggak perlu antar. Aku mau bawa nenek ke keluarga Sanjaya.”Kedua wanita itu berdiri di pintu toko buku, melihat Nenek dan cucunya pergi.Setelah mobil Jordy menjauh, Junia berkata, “Jordy low profile, ya!”Merk mobil Jordy adalah merk yang sangat umum. Harga mobil baru setelah pajak hanya sekitar dua ratus dua puluh jutaan. Kalau dibandingkan dengan mobil yang sering digunakan oleh Stefan dan yang lainnya, mobil Jordy hampir seperti sepeda.Olivia menjawab, “Jordy baru mulai bekerja dan belum begitu punya pencapaian. Jadinya dia
Olivia tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Junia."Kamu tuh ya bisa-bisanya cemburu sama anak sendiri."Junia dengan bangga menjawab, "Reiki ‘kan laki-lakiku, kalau ada yang mengalihkan perhatiannya, mana mungkin aku nggak cemburu? Bahkan anakku sendiri. Mereka nanti kalau sudah besar ‘kan juga akan punya pasangan yang mencintai mereka sendiri, makanya mereka nggak boleh ngerebut Reiki dari aku.”"Siapa tahu, justru Reiki yang khawatir harus bersaing sama anak-anak untuk dapat perhatian kamu."Olivia tertawa, "Suamiku sih nanti pasti akan cemburu sama anak-anak kami. Soalnya dia ‘kan dominan banget. Meskipun kelihatannya murah hati, tapi di dalam hati dia posesif bangett.”"Oliv, bentar, deh. Kok aku ngerasa kamu lagi pamer kemesraan ya sekarang?”"Nggak perlu pamer kemesraan sama kalian, ‘kan? Kamu sama Reiki sudah cukup mesra. Ohya, Junia, hari ini kamu tinggal di toko. ‘kan?""Iya," jawab Junia.Junia melanjutkan, "Kamu ada urusan? Kalau begitu, nggak apa-apa pergi sana. Biar
“Terima kasih banyak atas perhatiannya, Non Yohanna. Nenekku sudah berumur 80 tahun lebih, tapi badannya masih segar bugar dan nggak masalah bepergian naik pesawat. Tapi masalahnya anggota keluargaku terlalu banyak, rasanya nggak enak kalau kami semua datang,” kata Ronny. “Atau begini saja, aku coba bilang ke mereka kalau tahun ini aku nggak pulang. Kurasa mereka pasti bisa mengerti.” Sebelum menginjakkan kaki di Aldimo, Ronny sudah memikirkan soal ini. Begitu pun dengan para senior di keluarga Adhitama yang juga sudah mempersiapkan diri andaikan Ronny tidak bisa pulang untuk melewati tahun baru bersama. Di tahun depan, Ronny berniat untuk membawa Yohanna ke pulang ke Mambera untuk mengurus pernikahan mereka. Nenek Sarah memberi waktu satu tahun kepada Rony dan saudara-saudaranya. selama mereka memperlakukan calon istri mereka dengan baik, satu tahun sudah cukup untuk meluluhkan hati seorang wanita. “Soal gaji kerja di libur tahun baru, Non Yohanna sesuaikan saja dengan hari kerjaku
Christian tidak bersuara saat dia ditendang oleh Tommy, tetapi raut wajahnya tidak bisa menutupi rasa sakitnya. Christian mengira Tommy memang ingin belajar,bukan karena paksaan dari kakaknya. Yohanna sangat tegas dalam mendidik mereka, bahkan lebih tegas dari guru-guru mereka di sekolah. Para senior di keluarga saja sampai tidak berani ikut campur ataupun berkomentar di hadapan Yohanna. Tommy melampiaskan kekecewaannya ke nafsu makan. Dia makan banyak sekali, sampai-sampai Yohanna harus menghentikannya karena khawatir akan sakit perut. Tommy sengaja ingin membuat diri sendiri kekenyangan sampai sakit perut, karena dengan begitu dia punya alasan untuk kabur dari tugasnya. Setelah makan, Yohanna berkata kepada Ronny, “Ronny, habis istirahat siang, kamu bikinin dessert untuk bocah-bocah, ya. Oh ya, sisain sedikit untuk Dira juga. Dia paling suka sama dessert buatan kamu. Nanti malam aku nggak makan di rumah, kamu bebas mau pulang atau tetap di sini. Oh ya, aku mau diskusi tentang jadw
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu