Setelah berbincang sejenak, Rudy dan Aksa pulang. Saat melihat ayah dan anak itu pulang, Amelia dan Olivia juga ikut masuk ke dalam rumah. Namun, Olivia segera meninggalkan rumah keluarga Sanjaya karena Stefan meneleponnya. Setelah keluar dari rumah keluarga Sanjaya, Olivia menuju ke Adhitama Group. Stefan baru saja selesai rapat dan kembali ke ruangannya. Begitu duduk, Olivia mengetuk pintu dan masuk."Sayang," sapa Stefan saat melihat istrinya datang. Dia bangkit menyambut Olivia."Kamu menelepon, menyuruhku datang ke kantor, ada apa? Aku tanya di telepon, kamu nggak mau jawab," keluh Olivia. Tadi Olivia buru-buru meninggalkan rumah keluarga Sanjaya untuk ke kantor atas panggilan Stefan, tapi ketika ditanya apa perkaranya, Stefan tidak menjawab. Olivia pun segera bergegas datang karena khawatir.Stefan menyuruh Olivia duduk di sofa, kemudian menuangkan segelas air hangat untuknya dan membawa beberapa cemilan sebelum tersenyum berkata, "Nggak ada apa-apa, kok. Aku cuma pengin makan
“Kamu sudah ngomong sama tante?” tanya Stefan. “Sudah, aku ke tante ya buat ngomongin masalah ini. Tante sudah nggak terlalu ingat sama masa-masa kecilnya, cuma ingat waktu kecil kondisi keluarganya cukup baik. Tante ingat waktu kecil banyak orang yang memanggil tante dengan sebutan ‘Non’. Kata tante, mamanya dulu sibuk banget, kakekku yang biasanya menemani tante dan mamaku.”“Terus katanya juga, ayah dan ibunya papa nggak keberatan papa dan mamaku melahirkan dua anak perempuan. Malah senang banget. Dari sedikit ingatan tante, menurutku kemungkinan besar tante adalah putri dari kepala keluarga Gatara yang sebelumnya.”Stefan mengangguk, “Nama belakang “Gatara” juga jarang. Marga tante Gatara. Dari situ saja sudah gampang banget menghubungkan tante sama keluarga Gatara. Kayaknya tebakan kita nggak salah.”Olivia terdiam sejenak, lalu berkata, “Tante sekarang lagi bingung, dia bilang dia pengin menenangkan diri dulu. Tante juga nyuruh om dan kakak sepupuku pulang. Katanya tante masih p
"Masa Bram nggak tahu konsekuensinya? Kalau ayahnya sampai tahu, dia dan Amelia nggak akan bisa tenang," kata Olivia sambil tertawa kecil. "Benar ini nggak ada hubungannya sama kamu? Terus kenapa kamu menghindar dan nggak berani menatapku langsung?" Olivia meraih wajah tampan Stefan, memaksanya untuk bertatapan. "Stefan, kamu pernah janji nggak akan bohong lagi sama aku. Kalau kamu bohong lagi, kamu akan tidur di ruang kerja selama setahun." “Aku nggak pernah bilang mau tidur di ruang kerja setahun," Stefan menjawab dengan rasa bersalah. Dia hanya berjanji tidak akan berbohong lagi, tetapi tidak pernah menyebutkan tentang tidur di ruang kerja selama setahun. Bisa saja Stefan tidur di sana selama sehari. Akan tetapi setahun, itu tidak mungkin, bahkan sebulan pun tidak. "Kamu memang nggak bilang, itu aku yang bilang. Kalau kamu bohong lagi dan aku tahu, kamu akan tidur di ruang kerja selama setahun. Jangan sentuh aku sama sekali." Stefan tampak murung, "Sayang, Istriku, kamu tahu i
Olivia berkata, "Meskipun adikmu yang minta bantuan, selama itu berkaitan dengan cinta, jangan sembarangan membantu. Lebih baik nggak bantu daripada malah tambah buat masalah. Kalau kamu playboy, ahli dalam urusan percintaan, aku nggak peduli lah. Kamu boleh kasih saran sesukamu.""Aku bukan playboy, juga bukan ahli cinta. EQ-ku rendah banget ‘kan kamu tahu. Reiki saja sering mengeluh. Katanya EQ-ku negatif.""Nanti kalau mereka kesusahan dalam percintaan, aku suruh mereka minta saran dari kamu saja, ya."Stefan memberikan kesempatan kepada Olivia untuk membantu adik-adiknya, agar istrinya tampak lebih berwibawa di hadapan mereka."Masalah Bram mengejar Amelia itu …," ujar Olivia."Jangan sampai Amelia tahu, ya," Stefan memotong."Aku bisa bantu kamu menyembunyikannya sementara. Tapi kalau Bram terus melakukan ini, ya, pasti pusing."Stefan menanggapi, "Aku akan ngomong sama Bram, minta dia mengurangi frekuensinya muncul di hadapan Amelia. Gimana?"Olivia sebenarnya langsung ingin setu
“Sedikit buah dan vitamin, Tante. Buat Papanya Russel.”Odelina tidak menyebut nama Roni. Dia memanggil Roni dengan sebutan “Papa Russel”. Maksudnya adalah untuk memberi tahu orang-orang di sana bahwa kedatangan Odelina ke sana adalah karena Roni adalah ayah kandung Russel. Tanpa adanya hubungan ini, Odelina bahkan sama sekali tidak ingin menginjakkan kaki di ruang perawatan Roni.Andi dan Rita juga menyadari bahwa Odelina datang karena mempertimbangkan Russel. Saat ini mereka merasa keputusan memberikan hak asuh kepada Odelina adalah keputusan yang benar.Russel selalu bersama ibu dan bibinya. Hak asuh kepada Odelina tidak berpengaruh pada kehidupan Russel. Odelina juga dapat memberikan pendidikan terbaik untuk Russel.Dan yang paling utama adalah, kehidupan sehari-hari Odelina tidak banyak pertengkaran dan konflik. Perkembangan Russel tidak akan terganggu."Kak Shella," sapa Odelina saat melihat mantan kakak iparnya.Setelah bercerai, hubungannya dengan mantan mertua dan kakak ipar-
Andi juga berkata, “Odelina, simpan saja. Besarkan Russel dengan baik. Kami sudah akan sangat senang kalau kamu melakukan itu.”Nama baik putra mereka sudah rusak. Esok hari kemungkinan besar Roni tidak akan menikah lagi. Dia juga sudah pasti akan bercerai dengan Yenny. Russel adalah satu-satunya cucu keluarga Pamungkas. Saat ini di mata Rita dan Andi, cucu mereka adalah yang terpenting. “Bisnis restoranku lumayan bisa menghasilkan uang, Tante. Ini juga nggak banyak, kok. Kalian ambil saja untuk beli makan. Aku masih ada urusan, harus segera pulang. Nanti kalau Russel libur hari sabtu, aku bawa dia ke sini, ya.”Odelina memaksa mereka untuk menerima uang yang dia berikan. Tidak banyak, hanya empat juta. Rita terpaksa menerimanya sambil menenteng buah yang Odelina bawa untuk diserahkan kembali ke Odelina. Mereka saling menolak, hingga pada akhirnya Rita kembali ke ruang rawat inap dengan menenteng buah itu kembali. Shella membuka kantong yang dibawa Odelina dan memeriksa isinya, kem
Shella memang seperti itu, tetapi dia masih tahu berterima kasih. Shella berkata, "Toh, uang yang Odelina hasilkan itu buat siapa, sih? ‘Kan semuanya buat keponakanku, Russel. Nama belakang dia saja Pamungkas. Russel akan selalu jadi bagian dari kita, keluarga Pamungkas. Masa iya aku mau nyusahin? Aku malah senang kalau usaha Odelina makin sukses. Nanti kalau Russels sudah pegang kendali, pasti dia juga akan kasih pekerjaan buat sepupu-sepupunya, ‘kan? Nggak mungkin dia nolak."Andi dan Rita menatap tajam ke arah putrinya. Dipandang dengan tatapan seperti itu, Shella hanya cemberut, "Aku cuma ngomong, kok. Siapa yang akan tahu masa depani? Bisa jadi usaha keluarga Renaldi juga makin maju, anak-anakku nanti bisa jadi generasi kaya baru."Sambil berbicara, Shella berdiri, mengambil seikat anggur dari tas buah dan meletakkannya di atas meja samping tempat tidur, kemudian mengambil sisanya dan sebuah kotak suplemen, dia berkata kepada orang tuanya, "Ma, Pa, aku juga masih perlu istirahat.
Setelah keluar dari rumah sakit, Odelina bertemu dengan Daniel. Odelina berhenti, bertatap dengan Daniel. Tak lama kemudian, Odelina segera mendekat. “Pak Daniel kok ada di sini?”“Aku baru habis rehab medik, jalan-jalan saja sekarang. Tadinya aku mau ke restoran barumu, terus kebetulan lihat mobil kamu pergi, terus aku ikutin sampai ke sini,” ujar Daniel jujur. Daniel melihat Odelina menuju rumah sakit dan menebak bahwa Odelina akan menjenguk suaminya, itulah sebabnya Daniel mengikutinya. Jelas-jelas Daniel tahu Odelina tidak akan pernah rujuk dengan Roni, tetapi Daniel tetap saja takut dan berusaha untuk mencegahnya. Jika Odelina ke rumah sakit, Daniel harus mengikutinya. Jika tidak, dia hanya akan bisa memendam amarah di rumahnya atau bahkan malah akan marah-marah tidak jelas. Daniel yang dulu sangat stabil emosinya, kini sudah tidak bisa lagi seperti dulu setelah kecelakaan itu. Saat ini emosi Daniel sangat labil. Semua orang di keluarga Lumanto sangat hati-hati saat berhadap
“Aku sudah kenyang makan. Sekarang aku mau tidur sebentar, nanti sebelum jam tiga sore aku harus balik ke kantor. Jam setengah empat sore ada rapat, minta Dira untuk cepat pulang malam ini, biar Tante Afika nggak marah-marah lagi.” “Tante kamu itu dari dulu memang suka mengomel, kayak hidupku sendiri sudah sempurna saja. Sebagai yang tertua, aku juga punya banyak tanggung jawab,” ujar Risa cemberut. “Kita yang tinggal di satu atap rumah saja juga jarang ketemu. Kalau begitu, aku harus ngomel ke siapa?” Pagi-pagi saat Risa baru bangun tidur, Yohanna sudah berangkat ke kantor. Ketika Yohanna baru pulang ke rumah larut malam, Risa sudah tertidur lelap. Makanya Yohanna dan Risa juga sebenarnya jarang bertemu meski tinggal di satu rumah yang sama. Dengan kondisi seperti itu, Risa mau mengadu ke siapa? Risa menikah ke keluarga Pangestu, tetapi suaminya tidak begitu bisa diandalkan. Untung saja putri sulungnya memiliki masa depan yang cukup cerah, jadi sebagai ibu, dia harus lebih banyak b
“Nggak gemuk, kok. Tapi cuma agak berisi sedikit saja, nggak kayak dulu yang kurus banget. Justru sekarang kamu lebih berisi jadi kelihatan lebih menarik. Terlalu kurus malah jelek,” ucap Risa tersenyum. “... aku nggak makan sembarangan. Sehari-hari juga rutin latihan dan sibuk sama kerjaan, tapi masih saja gemukan.” “Itu artinya masakannya Ronny enak. Asal sehari makan tiga kali seperti biasa dan nutrisinya seimbang, badan kamu pasti bisa menyerap dengan baik dan bikin warna muka kamu kelihatan lebih segar.” Ronny adalah sosok koki pribadi idaman yang terbaik di antara semua koki pribadi yang pernah bekerja untuk keluarga Pangestu. Tidak hanya masakannya yang enak untuk disantap, tetapi penampilan luarnya juga sangat enak untuk dilihat, dan sifatnya juga sangat baik. Ronny sama sekali tidak terlihat seperti koki, dia lebih terlihat seperti seorang tuan muda dari keluarga kaya raya yang terampil dalam segala hal. Tutur katanya sopan dan hangat, dan ketika dia menanggalkan seragam ke
“Iya, Ma,” jawab Tommy. Dua anak nakal itu memang tidak bisa diam. Baru sebentar saja, mereka langsung berdiri dan berkata kepada Yohanna, “Kak Yohanna, aku dan Christian tadi habis bikin boneka salju berbentuk kura-kura. Christian bisa bikin bentuknya mirip banget. Aku mau bisa bikin yang lebih bagus dari dia punya.” “Ya sudah, main saja sana. Tapi kalau kamu merasa kedinginan, langsung pulang, ya,” kata Yohanna dengan lembut. Tommy dan Christian mendengar itu pun langsung berlarian ke luar sambil tertawa riang. Begitu sudah asyik bermain, mereka tidak akan merasa kedinginan. Sesaat Tommy baru saja menginjakkan kakinya di luar, dia kembali sebentar ke dapur untuk menyampaikan apa yang dia inginkan untuk makan siang nanti kepada Ronny. Setelah mendapatkan balasan yang memuaskan dari Ronny, barulah dia keluar lagi dengan gembira. Christian tidak seperti Tommy yang menyampaikan apa yang mereka inginkan untuk makan siang. Dia sadar sepenuhnya bahwa Ronny adalah koki pribadinya Yohanna
Andaikan bisnis keluarga Pangestu selalu dipegang oleh generasi sebelumnya dan tidak terbantu oleh kehebatan Yohanna, mungkin perusahaan itu sudah gulung tidak sejak lama. Kakeknya Yohanna sudah menyadari bahwa anak-anaknya tidak bisa diandalkan, maka dari itu dia sudah dari awal mendidik cucu-cucunya agar kelak bisa mengambil alih bisnis keluarga sedini mungkin, dan anak-anaknya bisa segera pensiun. Meski ini adalah tanggung jawab yang sangat berat, dia percaya cucu-cucunya pasti bisa berdiri dengan kedua kaki mereka sendiri. Apa boleh buat, keluarga Pangestu memang didominasi oleh perempuan, bukan laki-laki. Risa merasa beban berat yang dia tanggung langsung terangkat ketika akhirnya dia melahirkan Tommy. “Mama bukannya suka melukis, coba melukis saja. Kalau tahun baru sudah lewat dan udara mulai makin hangat, nanti aku bantu Mama buka pameran seni,” kata Yohanna. Sorot mata Risa langsung bercahaya mendengar saran dari anaknya. Dia hobi melukis dan memiliki prestasi yang cukup gemi
“Kamu juga sering bantu kakak iparmu jagain keponakannya?” tanya Yohanna terkejut. Meski Ronny saat ini bekerja sebagai koki pribadinya Yohanna, dia juga memiliki usahanya sendiri di Mambera. Yohanna kira setiap hari Ronny sibuk dengan usahanya, tetapi siapa sangka di tengah kesibukannya itu, dia masih meluangkan waktu untuk mengajak anak-anak bermain. Kalau keponakan yang dimaksud itu adalah keponakannya sendiri, wajah. Tetapi yang Ronny bicarakan ini adalah keponakan kakak iparnya. “Nggak sering juga. Di keluargaku kan banyak orang. Kalau Russel lagi datang main, pasti yang lebih tua pada berebut mau main sama dia. Aku cuma kadang-kadang saja ngajak dia main. Seperti yang pernah aku ceritakan. Aku punya banyak saudara kandung. Saudaranya papaku juga tinggalnya pisah-pisah, tapi rumah mereka nggak jauh, jadi mereka sering kumpul bareng untuk makan-makan atau cuma sekadar meramaikan suasana. Kurang lebih sama seperti keluarga kamu.” Suasana di keluarga Pangestu juga cukup meriah. Ke
Yohanna mencubit gemas pipi adiknya dan berkata, “Kamu kangen sama aku atau kangen sama Ronny? Aku baru turun dari mobil tapi kamu langsung tanya di mana Ronny.” Saat itu Ronny baru saja turun dari mobil yang ada di paling belakang. Kebetulan sekali dia juga mendengar Tommy yang bertanya di mana dia kepada kakaknya. Seketika Ronny pun tersenyum dan memanggil Tommy, “Hey, Tommy, aku di sini.” Tommy dan Christian spontan langsung menoleh ke asal suara itu. Saat mereka memastikan itu benar adalah suaranya Ronny, mereka langsung meninggalkan Yohanna dan berlari ke mendatangi Ronny. Hanya saja karena masih belum terlalu dekat, mereka masih tidak enak hati meminta Ronny memeluk. Namun Ronny seakan bisa membaca pikiran, tanpa berlama-lama langsung menggendong Tommy dan berputar-putar. Setelah Ronny menurunkan Tommy, kini giliran Christian yang digendong dan diajak berputar juga. Mereka berdua sangat senang bisa bertemu lagi dan bermain dengan Ronny. Dari kejauhan Yohanna menyaksikan intera
Namun Olivia justru malah bertanya, “Russel, kamu mau menemani Liam kerjain tugasnya? Anggap saja ini sebagai latihan menulis. Ingatan kalian berdua kan bagus, kalau kamu nulis banyak dan bisa ingat apa yang kamu tulis, di masa depan bakal berguna juga buat kamu, lho.” Tidak pernah ada salahnya mengerti sedikit tentang kesehatan dan ilmu kedokteran. Karena ditatap oleh tante dan teman baiknya, Russel secara tak terduga menerima tantangan itu. Biarlah, dia pikir, tidak ada ruginya juga menemani teman baiknya mengerjakan tugas. ***Sementara itu di Aldimo ….Kemarin malam baru saja turun salju yang sangat deras, maka dari itu hari ini di mana-mana dipenuhi dengan pemandangan jalan yang putih pekat. Di halaman rumah keluarga Pangestu, terlihat dua orang anak dengan pakaian tebal sedang asyik bermain dan membuat boneka salju. Mereka adalah dua anak penerus keluarga Pangestu. Tommy membuat boneka salju dengan ukuran yang sangat besar. Setelah boneka salju itu jadi, dia mundur beberapa l
Dalam hatinya Yose berkata “Stefan belajarnya cepat juga ternyata, padahal waktu itu dia yang datang berguru padaku.” Setelah sarapan, Mulan dan Olivia membawa anak-anak mereka untuk bermain di ruang tengah utama, semetara Yose harus berangkat ke kantornya untuk bekerja. Dengan hati yang sangat berat dia menyerahkan putri kesayangannya kepada Mulan, lalu meminta Mulan untuk mengantarnya sampai ke pintu depan. Setelah itu baru Yose berangkat kerja. “Dasar … anak sudah sebesar ini masih saja manja,” ujar Mulan mengeluhkan sikap suaminya kepada Olivia. “Romantis banget. Hubungan kamu dan Yose masih sama seperti waktu pertama kali kalian pacaran. Kalau bukan romantis, apa namanya? Kamu itu kan wanita idaman yang sudah Yose impikan selama belasan tahun, wajah saja kalau dia masih suka bersikap manja sama kamu.” Seketika rona wajah Mulan langsung memerah. Di saat itu juga, Dokter Panca baru datang sambil menggendong Tiano. Sally juga datang menggandeng dua anak lelakinya untuk meramaikan
Raut wajah Liam langsung berubah masam dan seketika nafsu makannya juga hilang. Namun mengingat, jarak liburan musim panas nanti masih ada setengah tahun, nafsu makannya kembali membaik. “Olivia, biasanya Russel dikasih pelajaran apa? Liburan musim panas tahun depan kan mereka berdua main bareng lagi, gimana kalau kita suruh mereka belajar bareng juga. Kalau ada teman belajar, belajarnya pasti bisa lebih cepat masuk,” Yose mengusulkan. “Liburan musim panas nanti, mungkin aku nggak bisa datang, kecuali Liam yang datang ke rumahku,” kata Olivia. Di saat itu anak Olivia baru genap satu bulan. Anaknya masih sangat kecil sehingga tidak memungkinkan Olivia untuk melakukan perjalanan jauh. Jika Liam yang datang ke Mambera juga akan menjadi tanggung jawab yang berat. Olivia tidak berani menanggung itu. Andaikan Mulan mau membawakan Liam dan kedua anak kembarnya ke Mambera, itu akan lebih baik, karena bagaimanapun Mulan dan Yose adalah orang tuanya Liam. Di liburan musim panas nanti, kedua