Saat Odelina tiba di Resto Makan Sepuasnya, manajer yang direkrutnya sudah membuka restoran. Para karyawan sudah berada di tempatnya masing-masing, siap-siap untuk bertempur dengan pesanan di jam makan siang.“Bu Odelina.”“Bu Odelina.”Begitu melihat Odelina datang, semua orang menyapa sambil tersenyum. Restoran baru dibuka kemarin, tidak hanya penjualan restoran sangat bagus. Kehadiran para tamu terhormat yang datang untuk memberi selamat atas pembukaan restoran tersebut membuat semua orang bersemangat dan penuh energi.Mereka merasa masa depan mereka pasti akan menjadi lebih baik dan lebih baik lagi karena bisa bekerja untuk bos seperti Odelina. Penghasilan mereka juga akan semakin tinggi kelak.Selama mereka bekerja dengan baik, mereka mungkin saja bisa naik jabatan. Asalkan Odelina membuka beberapa jaringan restoran lagi, sebagai karyawan angkatan pertama, kemungkinan besar mereka akan ditugaskan sebagai manajer di restoran baru. Oleh karena itu, semua orang sangat termotivasi.Od
Mereka masih berharap Roni memiliki kesempatan untuk rujuk dengan Odelina. Padahal Roni juga belum bercerai dengan Yenny. Namun, Odelina dan Roni rasanya tidak mungkin untuk rujuk kembali, sekalipun Roni sudah bercerai dari Yenny. Roni juga mengerti akan hal ini. Oleh karena itu, dia sama sekali tidak pernah membahas tentang rujuk di hadapan Odelina. Namun, ibu dan kakak Roni yang selalu mendorong mereka berdua untuk rujuk. Padahal penyebab utama Roni dan Odelina bercerai adalah mereka berdua. Rita tersenyum canggung lalu berkata, “Kalau begitu, lain kali kami akan menelepon untuk memesan makanan di sini”“Odelina, bisnismu sekarang berkembang dengan sangat baik. Apa kamu membutuhkan orang lagi untuk bekerja di sini?” “Sekarang, aku sedang nggak butuh orang lagi. Aku juga sudah kasih tahu Kak Shella sebelumnya,” jawab Odelina. Shella langsung tersenyum canggung setelah mendengar penolakan Odelina untuk mempekerjakannya. Kedua ibu dan anak itu langsung tampak semakin canggung sampai
Rita langsung menarik putrinya setelah mereka keluar dari restoran Odelina. Dia tampak sangat kesal dengan putrinya itu. “Mama ngapain, sih?” tanya Shella pura-pura tidak mengerti maksud ibunya. “Kembalikan uang 10 juta itu sama Mama,” ujar Rita kesal. “Ma, usaha keluargaku lagi kurang baik belakangan ini. Uang yang kami hasilkan nggak banyak. kami berlima saja sering bingung mau makan apa setiap harinya. Jadi, tolong kasih uang 10 juta ini agar keluargaku bisa lebih baik, ya,” jawab Shella meminta belas kasihan ibunya. “Lagi pula, aku juga punya andil menyelamatkan nyawa Roni saat dia kecelakaan waktu itu. Aku menahan serangan itu dan membawanya ke rumah sakit, loh. Selain itu, aku juga terluka dan harus dirawat di rumah sakit,” balas Shella. “Si Yenny itu datang tanpa membayar biaya pengobatanku. Semua biaya pengobatanku harus aku tanggung sendiri. Lagi pula, Roni dan Yenny kan masih belum bercerai, jadi dia masih jadi menantu kalian. Menantu kalian sudah menyerang anak perempua
Karena dia sudah menggunakan mobil seharga puluhan miliar ketika dia bertemu dengan Chintya yang sudah menyelamatkan hidupnya. Bram juga sudah mengakui kalau dia adalah CEO dari sebuah perusahaan besar di Mambera. Jadi, dia juga tidak perlu lagi menyamar menjadi orang miskin di hadapan Chintya. Alasan Bram mengendarai mobil besar dan biasa hari ini adalah karena dia sudah menyiapkan hadiah untuk anak-anak murid Chintya. Hadiah yang dibawanya sangatlah banyak. Oleh karena itu, dia sampai harus mengganti mobilnya. Selain itu, dia juga tidak ingin menarik perhatian banyak orang, jadi dia mengganti mobilnya dengan mobil biasa. Walaupun Bram Ardabas adalah sosok yang sangat terkenal di Mambera, dia jarang sekali terlihat di depan umum. Hanya segelintir orang saja yang pernah melihatnya secara langsung. Kemunculannya di Mambera Hotel dengan mobil seharga ratusan juta sama sekali tidak menarik perhatian siapa pun di sana. Dia juga langsung menelepon Chintya setelah dia tiba di Mambera Hotel
“Pak Bram, nanti kita sambung lagi, ya. Sampai jumpa siang ini,” ujar Chintya berusaha menyudahi panggilan telepon dari Bram. “Oke, Bu Chintya! Silakan, lanjutkan urusan Ibu. Oh iya, apa Bu Chintya dan anak-anak ada kendaraan untuk kembali ke hotel? Aku bisa menjemput kalian di sana,” balas Bram. “Terima kasih atas kebaikan Pak Bram. Tapi, kami sudah menyewa bus dan akan kembali ke hotel dengan bus itu,” balas Chintya sopan. “Oke, lain kali kamu bisa langsung bilang padaku kalau memang butuh alat transportasi dan tidak perlu menyewa bus. Aku pasti akan menyediakannya untukmu dan murid-muridmu,” ujar Bram sambil tersenyum. “Oke, Pak Bram! Lain kali, kami sepertinya akan merepotkanmu dengan kedatangan kami ke Mambera,” ujar Chintya. Chintya dan murid-muridnya memang sering bepergian untuk bertanding, tapi mereka sangat jarang datang bertanding ke Mambera. Oleh karena itu, Chintya menyetujui tawaran Bram dengan santai karena berpikir Bram sangatlah sopan dan menawarkannya hanya untuk
“Bu Amelia, apa yang terjadi? Kenapa masalah ini bisa bocor? Kapan terjadinya?” tanya Bram dengan wajah kalut. “Kenapa kamu tanya padaku? Kamu kan pewaris keluarga Ardaba. Kamu adalah orang yang seharusnya tahu atas pertanyaanmu tadi. Pak Bram, kamu yang memulai masalah ini dan benar-benar sudah merugikanku. Sekarang, aku tidak peduli di mana pun kamu berada, kamu tetap harus segera datang ke rumahku!” seru Amelia penuh emosi. Bram tahu kalau dia adalah pihak yang salah dalam masalah ini, jadi dia pun berkata dengan tidak enak hati, “Bu Amelia, kamu tidak perlu marah. Aku memang orang yang salah dalam masalah ini sampai menyusahkanmu. Jadi, aku akan segera ke sana dan memberikan penjelasan kepada orang tuaku.”“Bu Amelia, kamu bisa menghubungiku kalau nanti kamu mungkin membutuhkan bantuanku. Aku akan segera membantumu sebisaku dan tanpa persyaratan apa pun,” ujar Bram yang merasa bersalah dan menawarkan bantuan untuk Amelia di masa depan untuk menghindari pertikaian dengan perempuan
Amelia mengangguk lalu berkata, “Aku sangat lelah sama mamaku saat itu. Aku yakin kalau Pak Yogi juga kesal dan lelah karena dia mengerti maksud dari mamaku. Bahkan sepertinya dia melihat keluargaku seperti sedang melihat kandang harimau karena sikap mamaku itu.”“Aku juga dengar kalau dia menjual rumahnya dan nggak lagi tinggal satu daerah dengan rumah keluargaku.” Amelia merasa sangat tidak berdaya sekaligus kasihan pada Yogi. Laki-laki itu harus terlibat dalam masalah keluarganya tanpa alasan yang jelas. “Yogi adalah sepupunya Stefan. Jadi, dia pasti langsung lari dan mengadu ke Stefan tentang rencana mamaku. Dia juga pastinya meminta bantuan sama Stefan,” lanjut Amelia sambil menebak sikap Yogi sebelum Olivia sempat membuka mulutnya. “Olivia, apa mungkin Yogi yang meminta Bram untuk mengejarku?” tanya Amelia tiba-tiba. Olivia sempat menghela napasnya lalu berkata, “Stefan memang sangat ahli dalam masalah seperti ini. Dia langsung menyuruh Yogi untuk meminta bantuan Pak Bram. Ba
Olivia mengikuti Amelia keluar kantor dan melihat sepupunya itu pergi dengan tergesa-gesa. Olivia kembali ke kantornya setelah mobil Amelia meninggalkan area kantor mereka lalu bergegas menelepon suaminya. Stefan tahu bagaimana sifat seorang Amelia, jadi dia buru-buru bertanya ketika Olivia meneleponnya, “ Apa Amelia marah padaku sampai mau menguliti kulitku?”Olivia sengaja meledek Stefan dengan berkata, “Dia sangat marah sampai mau menguliti kulitmu. Bahkan dia memintaku untuk membawanya ke ruang kerjamu saat kamu tidur.”“Nggak mungkin, ah! pokoknya nggak akan ada orang yang bisa memisahkan kita berdua. Aku juga akan menerima semua kemarahannya. Lagi pula, aku kan cuma bilang sama Yogi untuk bicara sama Bram. Tapi, aku juga nggak nyangka kalau Bram benar-benar bersedia membantu Yogi. Selain itu, Yogi juga merasa nggak enak sama Amelia karena Amelia dan Jonas punya perasaan yang kuat satu sama lain,” balas Stefan. “Yogi itu kan sepupuku, jadi wajar dong kalau aku membantunya. Lagi
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu