Jonas masih terus tersenyum seraya berkata, “Aku belum pernah mendapatkan rumput selama aku hidup. Jadi, aku akan menunggumu memerikannya padaku.”“Itu mudah saja. Aku akan pergi ke pasar dan membeli sekantung rumput lalu aku akan kasih kamu semua rumput itu,” balas Amelia. “Kalau begitu, apa aku harus beli sapi dan memeliharanya?” tanya Jonas lagi. “Kamu berani menggunakan rumput yang kubelikan untukmu sebagai makanan sapi?” ujar Amelia.“Tentu saja, aku nggak berani,” balas Jonas. Amelia kembali membuka tas belanjanya lalu mengeluarkan dua set pakaian baru dan menyerahkannya kepada Jonas seraya berkata, “Coba kamu lihat. Kira-kira kamu suka, nggak? Semua bajumu mereknya ini, jadi aku belikan merek ini buat kamu. Ada blazer, kemeja dengan merek yang sama.”Amelia membelikan semua itu untuk Jonas. Namun, dia malu untuk mengeluarkannya, jadi Jonas baru akan mengeluarkannya dari tas belanja sesampainya dia di rumah. Jonas meletakkan buket bunganya lalu mengambil baju dari tangan Amel
Hanya ada kakak ketiga Jonas yang belum menikah di antara semua saudara laki-laki yang berada di atasnya karena kakak ketiganya itu memiliki target yang ingin dia capai terlebih dahulu. Sekarang, Jonas dan Amelia-lah yang menjadi bahan incaran kakak iparnya. Sekarang, saudaranya yang lain merasa mati rasa setiap bertemu dengan Mulan. Namun, mereka tetap sering pergi menemuinya karena mereka ingin sekali bermain dengan Audrey si bayi kecil menggemaskan. “Apa Kak Mulan nggak mau menulis novel lagi? Menurutku, novelnya sangat bagus. Aku juga pernah membacanya dan isi novel itu bagus banget, loh. Dia punya imajinasi yang sangat kuat, ya,” ujar Amelia. “Kak Mulan sangat sibuk sekarang, jadi dia nggak punya waktu untuk menulis. Sebenarnya, dia masih suka menulis sesekali, tapi nggak diterbitkan. Dia menggunakan saudara-saudaraku sebagai bahan ceritanya,” balas Jonas.Amelia langsung terkekeh lalu berkata, “Kamu bisa meminta Kak Mulan untuk menjadikanmu pemeran utama laki-laki yang dikelil
Amelia menyentuh wajah Jonas dengan lembut setelah mereka selesai berciuman lalu bertanya, “Apa kamu masih marah?” Jonas kembali memberikan ciuman lembut di wajah Amelia lalu berkata, “Aku lega dan tenang setelah mendengar kalau Bram sudah menemukan gadis takdirnya. Tapi, aku masih takut sampai sekarang. Sepertinya, kamu harus kasih kehangatan untukku agar ketakutanku ini bisa mereda.”Amelia langsung tersenyum seraya berkata, “Aku kan sudah kasih kamu hadiah dan ciuman. Apa semua itu masih belum cukup?”Jonas kembali membenamkan kepala Amelia di dadanya lalu berkata, “Hangatnya.”“Semoga hal seperti itu nggak akan pernah terjadi lagi. Aku bisa serangan jantung karena ketakutan kalau sampai terulang lagi.”“Kita harus segera bertunangan dan membuat pesta pertunangan yang akan menggemparkan seluruh Mambera. Pesta kita nanti akan jauh lebih meriah daripada pestanya Calvin dan Rosalina.”Amelia tersenyum lalu berkata, “Kalau begitu, aku akan menunggu pesta pertunangan menggemparkan yang
Jonas sama sekali tidak menyembunyikan ketidaksukaannya dengan warna merah kepada perempuan yang dicintainya. Karena dia menganggap warna merah terlalu mencolok di mata. Kedua orang itu memiliki pandangan yang bereda tentang warna. Di satu sisi, Amelia menyukai warna merah yang mencolok, sedangkan Jonas tidak menyukainya. “Kalau begitu, aku akan menukarnya dengan warna lain.” Kemudian Jonas membisikkan sesuatu di telinga Amelia. Hal itu langsung membuat Amelia tersipu malu dengan wajah yang memerah. Dia pun tersenyum seraya berkata, “Nggak apa-apa. Kamu simpan saja semua barang berwarna merah itu. Lain kali, aku akan berhati-hati dan nggak akan membelikanmu barang-barang berwarna merah lagi.”“Bahkan lebih bagus lagi kalau kamu mencoba mengenakan pakaian perempuan lalu tunjukkan penampilanmu padaku. Kamu itu kan sangat ganteng, jadi kamu pasti akan cocok kalau mengenakan pakaian perempuan.”Raut wajah Jonas berubah serius lalu dia berusaha mengingatkan Amelia dengan berkata, “Amelia
“Pokoknya kamu nggak boleh bilang kalau kamu nggak berguna lagi. Aku nggak suka mendengarnya,” ujar Amelia dengan sedikit emosi. “Oke, oke, aku nggak akan meremehkan diriku sendiri. Aku, Jonas adalah laki-laki berguna dan sangat hebat,” ujar Jonas sambil tersenyum. “Tentu saja kamu hebat. Semua laki-laki yang bisa membuatku jatuh cinta adalah laki-laki hebat dan luar biasa,” ujar Amelia serius. Mereka berdua mengobrol sebentar di kantor lalu Amelia pergi meninggalkan kantor Jonas. Dia masih memiliki janji bertemu dengan kliennya untuk membicarakan urusan bisnis. Namun, Jonas terlihat sangat enggan untuk melepas Amelia pergi seakan kekasihnya itu akan pergi meninggalkannya ribuan kilo jauhnya. Amelia pun kembali berbalik lalu mencium wajah Jonas seraya berkata, “Aku benar-benar punya janji sama klien dan aku nggak bisa membatalkannya. Tunggu sampai meetingku selesai sama klien lalu aku akan segera datang menjemputmu ke sini.”“Sekarang, senyum, dong. Aku suka sekali melihat senyuman
Ricky segera melepas sepatu hak tingginya setelah dia tiba di dalam lift. Ternyata sulit sekali menggunakan sepatu hak tinggi. Pantas saja Rika selalu menolak untuk memakainya. Bahkan dia lebih suka berpura-pura menjadi laki-laki daripada berdandan seperti perempuan. Ricky sudah membelikan rok dan sepatu hak tinggi untuk Rika dan mengatakan kalau dia sangat ingin melihat Rika mengenakannya. Namun, Rika menolaknya mentah-mentah. Dia justru menyuruh Ricky untuk mengenakan semua pakaian itu. Oleh karena itu, Ricky mengenakan pakaian perempuan untuk menunjukkannya kepada Rika sekali saja. Bagi Ricky, mengenakan wig panjang dan rok sama sekali bukanlah suatu masalah. Begitu pun, merias wajahnya agar wajahnya yang tegas terlihat lebih lembut. Namun, hal paling sulit untuk dilakukan adalah ketika dia harus berjalan menggunakan sepatu hak tinggi.Untung saja, saat ini dia berada di Cianter. Dia juga tidak memberitahu orang-orang kalau dia sebenarnya adalah Ricky yang sedang menyamar menjadi
“Tapi, kamu berbeda sama aku. Kamu punya ciri-ciri feminin seorang perempuan. Kamu berpura-pura menjadi laki-laki, tapi sayangnya kamu masih kurang maskulin. Kamu pastinya akan menjadi sangat cantik dan menawan kalau saja kamu pakai baju perempuan. Kamu pada dasarnya adalah seorang perempuan. Sini, tukar bajumu. Aku sudah mempermalukan diriku dengan memakai baju perempuan begini hanya untukmu.”“Kamu nggak perlu memamerkan dirimu di luar sana dengan pakaian perempuan. Kamu hanya perlu mengganti pakaianmu dan menunjukkan dirimu yang memakai pakaian perempuan di depanku.” Namun, Rika hanya terdiam setelah mendengar perkataan Ricky. Bagaimanapun juga, Ricky sudah mempermalukan dirinya sendiri dengan berjalan di Aurora Group dengan mengenakan pakaian perempuan. Riko menatap Ricky dari atas sampai ke bawah. Tidak lama kemudian, dia pun tidak bisa menahan tawanya. “Pak Ricky terlihat cukup bagus dalam pakaian perempuan. Tapi, sayangnya kamu masih terlihat maskulin,” ujar Rika.“Aku tetap t
Rika tampak sangat bahagia ketika dia tertawa. Karena ada satu hal yang dia yakini tentang perasaan Ricky kepadanya. Sekarang, Ricky benar-benar menyukai Rika dan bukan lagi semata-mata hanya mengikuti keinginan neneknya yang menjodohkannya dengan Rika. Rika tiba-tiba saja berdiri lalu berjalan menuju ruang istirahat setelah dia berpikir selama beberapa saat. Ricky yang berada di dalam ruang istirahat sudah selesai mengganti pakaiannya tanpa mengenakan alas kaki. Dia melirik ke arah sepatu hak tinggi yang tadi dikenakannya lalu mengambilnya dan hendak membuangnya. “Buat apa kamu buang sepatu itu? Taruh saja di sini. Bagaimanapun juga itu kan sepatu yang sudah pernah dipakai seorang Ricky Adhitama,” ujar Rika dengan nada bercanda. Ricky langsung menoleh ke arah sumber suara. Dia melihat sosok Rika yang sedang berdiri sambil bersandar di pintu dengan tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana. Perempuan itu juga tampak sedang menyeringai sambil terus menatapnya. “Rok itu jangan d
Yohanna menyudahi percakapan dia dengan teman baiknya dan masuk ke ruang makan. Dua adik dan ibunya sudah duduk di tempat mereka masing-masing. Di depan mereka sudah tersedia semangkuk sup hangat yang menunggu untuk segera dinikmati. Di tempat duduk yang biasa Yohanna tempati juga sudah tersedia semangkuk sup, sama seperti yang diberikan untuk yang lain, yang disajikan langsung oleh Ronny. Setelah Ronny memanggil Yohanna untuk makan, dia langsung kembali ke dapur karena di dapur masih ada dua lauk lagi yang harus dia masak agar hidangannya lengkap. Seusai makan siang, Yohanna beristirahat sejenak karena sebentar lagi dia harus segera kembali ke kantor. Sejujurnya Ronny juga sedikit lelah, tetapi dia masih harus melayani tunangannya itu, dan baru bisa benar-benar beristirahat ketika Yohanna sudah berangkat kerja. Di malam harinya, jika Yohanna tidak makan di rumah, Ronny diberi kebebasan untuk bekerja atau terus beristirahat karena keluarga Pangestu masih memiliki koki yang lain untuk
“Bawa juga suami kamu biar dia nggak salah paham. Takutnya nanti dia pikir kamu datang ke rumahku untuk selingkuh.” “... oke. Aku bakal ajak dia juga. Aku mau lihat cowok kayak apa sih yang punya suara merdu begitu. Seharusnya nggak jelek, ‘kan?” Setelah sejenak terdiam, Yohanna membalas, “Kayaknya mending kamu nggak usah datang, deh. Takutnya kalau kamu datang dan ketemu dia, kamu bakal menyesal sudah menikah karena kamu sudah nggak bisa lagi ngejar-ngejar cowok ganteng.” “Wah, berarti dia pasti ganteng banget, nih. Aku jadi makin nggak sabar main ke rumah kamu. Bisa bikin kamu ngomong begitu berarti dia pasti punya muka yang menarik. Yohanna, kalau kamu sudah nggak mau pakai koki yang ini lagi, jangan lupa kabari aku, ya. Biar aku yang pakai dia. Selama ada koki ganteng di rumahku, aku nggak bakal pernah kelaparan lagi.” “Untuk sekarang, aku masih bisa makan masakannya dia, masih belum muak. Dia memang dari dulu hobinya memasak. Mungkin di zaman dulu dia sempat hidup jadi koki bu
Masalahnya, dengan harta dan kedudukan yang ketua kelas miliki sekarang pun, jarak antara dia dan Yohanna masih terlalu jauh. Yohanna berpikir sejenak dan menjawab, “Ketua kelas kita mukanya yang kayak gimana? Aku nggak ingat sama sekali.” Ketika masih bersekolah, ada banyak sekali kaum pria yang berusaha mendekati Yohanna, tetapi Yohanna sedikit pun tidak memiliki perasaan terhadap mereka. Jadi setiap hari dia hanya memasang wajah yang kaku dan dingin. Dari situ dia mendapat julukan “Ice Princess”, dan makin sedikit orang yang berani mendekatinya. Karena terlalu banyak pria yang menyukainya, Yohanna tidak ingat seperti apa wajah mereka semua. Itu karena Yohanna tahu, mereka bukanlah pria yang dia inginkan. Jadi tidak aneh jika Yohanna tidak ingat seperti apa paras ketua kelasnya. “... ketua kelas kita itu dianggap sebagai cowok terganteng di kelas. Masa kamu nggak ingat? Kita kan sekelas sama dia selama dua tahun, lho,” ujar Ruth. “Cowok yang sekelas sama aku selama dua tahun kan
“Sebentar lagi kan tahun baru, yang tua-tua setiap hari kerjanya telepon aku minta aku cepat pulang. Makanya sekarang aku sudah pulang.” Setelah Ruth menjawab pertanyaan Yohanna, sekarang gantian giliran dia yang bertanya, “Kamu kan baru pulang dari perjalanan bisnis, masa sudah langsung ke kantor lagi tanpa istirahat? Kamu terlalu keras kerjanya, kan kamu punya banyak adik-adik yang bisa bantu kamu. Bagi saja tugas kamu sebagian ke mereka. Jangan semuanya kamu tanggung sendiri. Nggak perlu bikin capek diri sendiri.” Ruth sangat memedulikan Yohanna. Mereka berdua adalah teman baik, tetapi semenak Yohanna mengambil alih bisnis keluarga, mereka jadi jarang bertemu karena Yohanna terlalu sibuk. Sering kali mereka hanya berhubungan melalui chat untuk tetap menjaga pertemanan. Untung saja mereka adalah teman sekelas sejak SD. dengan pertemanan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tentu tidak akan putus hanya karena Yohanna sibuk bekerja. Yohanna juga sering menjalin hubungan kerja
Yohanna harus membahas masalah pendidikan adiknya dengan kedua orang tuanya. Dia hanya punya satu adik kandung, jadi dia akan sangat mementingkan pendidikan adiknya. Sesibuk apa pun pekerjaan Yohanna, dia akan selalu meluangkan waktu untuk bertanya tentang kegiatan belajar adiknya. Apabila Tommy melakukan kesalahan dan malah dimanja oleh orang tuanya, maka Yohanna yang mau tidak mau harus memarahinya. Tidak peduli Tommy menangis atau merengek manja, kalau sampai Yohanna tahu adiknya bersalah, dia akan memberi pelajaran tegas agar kesalahan itu tidak terulang lagi. Lalu Yohanna juga akan menyuruh Tommy untuk menuliskan apa saja kesalahannya di atas kertas. Apabila orang tua atau om tante juga melindungi Tommy, mereka juga harus ikut menulis kesalahan mereka. Lihat saja siapa yang masih berani melindungi Tommy ketika dia berbuat kenakalan. Namun tentu Yohanna tidak akan menegur jika Tommy melakukan kenakalan kecil yang masih bisa diterima. Sebagai anak kecil, khususnya anak lelaki, waj
Yohanna spontan tersenyum mendengar ucapan manis adik-adiknya. “Berhubung kalian berdua sudah berbaik hati, kalau begitu aku panggil kakak-kakak yang lain untuk pergi belanja bareng. Siapkan dompet kalian, ya. Aku sudah lama nggak pergi belanja, lho. Kalau sudah pergi belanja nanti, apa pun yang aku suka langsung kubeli.” Kedua kakak beradik itu mengangguk, dan Tommy menyahut, “Biasanya Kak Yohanna sibuk kerja, jadi nggak ada salahnya sesekali belanja. Anggap saja waktu untuk bersantai.” Di antara semua anggota keluarga Pangestu, Yohanna memiliki pekerjaan yang paling sibuk dan paling melelahkan. Sejauh yang bisa Tommy ingat, dia tidak pernah satu kali pun melihat kakaknya pergi berbelanja atau pergi berlibur. Setiap hari dia harus bekerja di kantor, menemui klien, dan pergi dinas ke luar kota. Bahkan di akhir pekan pun Yohanna belum bisa bersantai. Terkadang dia masih harus menemani partner bisnis bermain golf, memancing atau berenang. Namun, hanya partner bisnis penting yang bisa
“Oke! Nanti aku beliin Kakak baju baru,” ucap Tommy. Tommy sama sekali tidak kekurangan uang saku. Ketika tahun baru tiba, para orang tua akan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop merah. Sebagian yang itu Tommy serahkan kepada ibunya, dan sebagian lagi dia pakai sendiri untuk membeli barang apa pun yang dia inginkan. Dia juga sangat pandai dalam mencatat keuangannya, dia ingat untuk apa saja uangnya dipakai, atau barang-barang apa saja yang dia beli. Yohanna membungkukkan badannya sedikit dan mencubit pipi adiknya. Mata dan alisnya membentuk setengah lingkaran seperti sedang tersenyum. “Kamu belajar yang benar dan harus nurut sama aku saja aku sudah senang. Nggak perlu beliin aku baju baru. Aku punya uang untuk beli baju baru sendiri.” Di lemari baju Yohanna masih banyak baju baru yang bahkan belum sempat dia kenakan. Biasanya dia sehari-hari mengenakan jas kerja, dan hanya mengenakan pakaian santainya di akhir pekan atau ketika sedang beristirahat di rumah. Ibu
Yohanna tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung keluar dari dapur dan duduk kembali ke sofanya semula. Risa tetap memberikan beberapa camilan yang ada dan berkata, “Yohanna, kalau sudah lapar banget, makan saja sedikit. Yang ini nggak terlalu manis. Koki yang biasa tahu kamu nggak suka manis, jadi gulanya dikurangi.” “Selama aku nggak di rumah, dia pasti bikin sesuai sama selera kalian. Aku nggak bisa makan,” balas yohanna. “Nggak terlalu manis pun aku tetap nggak suka.” Bukan hanya perkara tingkat kemanisan saja, tetapi Yohanna memang tidak suka segala jenis dessert yang dibuat oleh kokinya. “Gimana kalau makan biskuit saja?” tanya Risa khawatir seraya menyodorkan bungkusan biskuit kepadanya. “Atau makan buah juga boleh. Di rumah ada buah yang kamu bisa makan. Dijamin masih segar.” “Nggak usah, Ma. Mama duduk saja, nggak perlu kasih aku ini itu. Setengah jam lagi sup yang Ronny buat sudah jadi. Aku tunggu saja.” Yohanna tidak suka makan buah di saat perut kosong. Biasanya di
Ada sih ada saja, tetapi Yohanna tidak tertarik kepada mereka. Yohanna merasa dia punya selera yang cukup tinggi. “Ma, sudahlah, nggak usah bahas beginian lagi. Aku lapar, aku mau lihat apa ada camilan untuk ganjal perut.” Yohanna pun beranjak dari tempat duduknya karena sudah tidak ingin lagi membicarakan topik tentang pernikahan dengan ibunya. “Selama kamu dan Ronny pergi, dessert yang ada di rumah dibuat sama koki yang satu lagi. Dessert buatan dia terlalu manis buat kamu. Kamu pasti nggak bakal suka,” kata Risa. Walau begitu, anggota keluarga lainnya semua pada suka. Hanya Yohanna saja yang tidak suka. Yohanna masih bisa makan dessert buatan Ronny walaupun tidak terlalu banyak. Ronny mengaku dia tidak begitu pandai dalam membuat makanan manis. Risa pernah mencoba dessert buatan Ronny,dan memang tingkat kemanisannya tidak setinggi koki yang biasa, dan tingkat kelembutannya juga sedikit lebih baik. Mungkin karena itu, Yohanna masih bisa menikmati dessert buatan Ronny. Yohanna pu