Share

Bab 2

“Aku sudah menyetujuinya, jadi aku nggak akan menarik balik kata-kataku.”

Olivia juga sudah memikirkannya selama beberapa hari sebelum mengambil keputusan ini. Jadi, dia tidak akan mundur.

Mendengar perkataan Olivia, Stefan juga tidak berusaha membujuknya lagi. Pria itu mengeluarkan kartu identitasnya dan meletakkannya di depan staf Kantor Urusan Agama.

Olivia juga melakukan hal yang sama.

Keduanya dengan cepat menyelesaikan proses pembuatan buku nikah, yang memakan waktu kurang dari sepuluh menit.

Setelah menerima buku nikah dari staf, Stefan mengeluarkan satu set kunci yang telah dia siapkan sebelumnya dari saku celananya. Dia kemudian menyerahkannya kepada Olivia dan berkata, “Rumah yang aku beli ada di Lotus Residence. Kata Nenek, kamu membuka sebuah toko buku di depan SMP Negeri Kota Mambera. Rumahku nggak jauh dari sana. Kalau naik bus, kamu bisa sampai ke sana dalam sepuluh menit.”

“Kamu punya SIM, nggak? Kalau punya, beli satu mobil saja. Aku bisa membantumu membayar DP, lalu kamu bayar cicilan setiap bulannya. Kalau ada mobil, kamu bisa lebih gampang pulang pergi kerja.”

“Kerjaanku sangat padat. Aku sering pergi pagi dan pulang malam, terkadang juga harus melakukan perjalanan bisnis. Kamu jaga diri sendiri, nggak usah mengurusi aku. Aku akan mentransfer uang untukmu di tanggal sepuluh setiap bulannya setelah gajian.”

“Selain itu, supaya nggak merepotkan, kita sembunyikan dulu pernikahan ini.”

Stefan mungkin sudah terbiasa memberi perintah di kantor, jadi dia langsung mengatakan rentetan hal tanpa menunggu Olivia menjawab.

Olivia bersedia menikah dalam waktu singkat karena dia tidak ingin kakaknya bertengkar dengan kakak iparnya terus. Dia harus menikah dan pindah dari rumah kakaknya. Dengan begitu, kakaknya tidak akan khawatir lagi. Dia dan Stefan sebenarnya hanya hidup bersama.

Stefan berinisiatif untuk memberi Olivia kunci rumahnya, jadi Olivia mengambilnya tanpa sungkan lagi.

“Aku nggak punya SIM, jadi untuk saat ini nggak perlu beli mobil. Aku biasanya naik motor listrik untuk pulang pergi kerja. Motor listrikku baru ganti baterai, jadi sayang kalau nggak dipakai lagi.”

“Oh ya, Pak Stefan. Kita perlu patungan, nggak?”

Kakak Olivia dengan suaminya yang punya hubungan berdasarkan cinta saja, suaminya bisa mengusulkan agar mereka patungan. Suami kakaknya itu selalu merasa kakaknya keenakan hidup menggunakan uangnya.

Tidak ada yang tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengasuh anak, membeli sayur dan memasak, serta membersihkan rumah. Pria yang belum pernah mengalaminya selalu merasa istri mereka sangat santai di rumah, kerjaannya hanya mengasuh anak dan memasak.

Dia dan Stefan menikah tanpa mengenal satu sama lain dengan dekat sebelumnya. Mereka bahkan belum pernah bertemu sebelum hari ini. Jadi, mereka bisa patungan dengan lebih nyaman.

Stefan bahkan tidak memikirkannya, langsung berkata dengan suara yang berat, “Aku sudah menikahimu, jadi aku tentu sanggup menghidupimu. Nggak perlu patungan.”

Olivia tersenyum, “Kalau begitu, ikut apa katamu saja.”

Dia tidak akan hanya mengambil keuntungan ini tanpa memberikan imbalan sedikit pun.

Dia tinggal di rumah pria ini, jadi kalau ada perlu apa di rumah, dia akan menggunakan uangnya untuk membelinya.

Bagaimanapun juga, dia sudah menghemat uang sewa.

Mereka harus saling memberi dan saling memperhatikan, dengan begitu baru bisa hidup bersama.

Stefan mengangkat tangan kanannya untuk melihat jam lagi, kemudian berkata pada Olivia, “Aku sangat sibuk, harus kembali ke kantor. Kamu bisa meminjam mobilku dulu untuk pulang ke rumah, atau kamu bisa naik taksi. Aku akan mengganti ongkosnya. Aku akan mengantar nenekku ke rumah adikku.”

“Oh ya, kita saling simpan nomor WhatsApp dulu, supaya gampang kontakan.”

Olivia mengeluarkan ponselnya, bertukar nomor telepon dengan Stefan, lalu berkata, “Aku naik taksi sendiri saja. Kamu urus saja kerjaanmu.”

“Oke, saling menghubungi saja kalau ada sesuatu.”

Sebelum pergi, Stefan masih memberi Olivia uang empat ratus ribu untuk ongkos taksi. Olivia tidak ingin mengambilnya, tapi pria itu memelototinya, jadi dia tanpa sadar mengambil uang itu.

Mereka, pasangan suami istri yang baru mengurus buku nikah, tidak meninggalkan Kantor Urusan Agama bersama. Stefan duluan keluar, kemudian langsung naik mobilnya sendiri.

“Di mana cucu menantu Nenek?”

Sarah bertanya heran ketika melihat hanya Stefan yang keluar, “Kalian berdua masuk bersama, kenapa nggak keluar bareng? Kamu membatalkannya? Atau Olivia?”

Setelah memasang sabuk pengamannya, Stefan mengeluarkan buku nikahnya, menoleh dan menyerahkannya kepada neneknya, “Kami sudah mendapatkan buku nikah. Aku sangat sibuk, jadi harus segera kembali ke kantor untuk rapat. Aku sudah memberinya uang 400 ribu, supaya dia bisa naik taksi pulang.”

“Nenek, aku akan membawamu sampai ke persimpangan di depan. Setelah itu, biar pengawal yang membawa Nenek pulang.”

“Sesibuk apa pun kamu, kamu seharusnya nggak meninggalkan Olivia sendirian di sana. Jangan pergi dulu. Tunggu Olivia keluar dan antar dia pulang sebelum kembali ke kantor,” kata Nenek Sarah, lalu ingin keluar dari mobil. Namun, pintunya dikunci.

“Nek, aku sudah berjanji pada Nenek untuk menikahinya, jadi Nenek nggak perlu mengurusi hal lain lagi. Aku sudah menikahinya dan akan menjalani hidup bersamanya. Jadi, aku akan membuat semua keputusan ke depannya. Selain itu, aku masih harus melihat sifat wanita itu pelan-pelan. Sebelum dia lolos tes, kami nggak akan menjadi suami istri yang sebenarnya.”

Sarah berkata, “Para pria di keluarga Adhitama nggak pernah bercerai!”

“Itu tergantung, apa istri yang Nenek pilihkan untukku layak untuk aku hidupi seumur hidup,” kata Stefan sambil menyalakan mobil.

“Kamu ini, mana ada suami sepertimu? Baru buah buku nikah, sudah meninggalkan istrinya sendirian dan pergi sendiri.”

Sarah tahu, batas kesabaran cucunya ini adalah setuju untuk menikahi Olivia. Selain itu, cucunya ini akan teguh pada prinsipnya. Dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau dia terlalu memaksa, dia malah akan membuat Olivia menjadi janda, menghancurkan masa depan anak itu.

Stefan membiarkan neneknya memarahinya.

Jika Olivia benar-benar orang yang baik, dia akan membahagiakan wanita itu. Kalau wanita itu ternyata menipu neneknya dan berpura-pura baik, maka dia akan menceraikan wanita itu setengah tahun lagi. Lagi pula, dia tidak akan menyentuh wanita itu. Mereka juga menikah diam-diam. Jadi, wanita itu masih bisa menikah dengan pria lain.

Setelah berkendara sekitar sepuluh menit, mobil Stefan berhenti di sebuah persimpangan.

Ada beberapa mobil mewah terparkir di sana, salah satunya sebuah Rolls Royce.

Stefan menghentikan mobilnya di pinggir jalan, keluar dari mobil dan melemparkan kunci mobilnya ke pengawal yang menunggu. Setelah itu, dia memerintahkan, “Antar Nenek pulang ke rumah.”

Sarah berdebat, “Nenek nggak mau pulang. Nenek mau tinggal bersamamu, menemani cucu menantu Nenek.”

Namun, cucu sulungnya itu sudah masuk ke mobil Rolls Royce-nya dan tidak mau mendengar protes dari neneknya.

Sarah pun hanya bisa melihat cucu sulungnya itu pergi naik mobil mewahnya.

Stefan sebenarnya adalah cucu dari perusahaan terbesar di Mambera, juga kepala keluarga dari keluarga terkaya di kota itu. Dia memiliki kekayaan bersih sebesar ratusan triliun!

“Dasar anak itu, kejam sekali!” Nenek Sarah mengomel dan bergumam dengan kejam, “Bagusnya kamu itu jatuh cinta pada Olivia nanti. Nenek mau lihat kamu menjilat omonganmu sendiri.”

Semarah apa pun dia, dia juga tidak bisa menyuruh cucunya itu kembali ke sana. Jadi, Sarah pun buru-buru menelepon Olivia, yang sudah dalam perjalanan pulang dengan taksi.

“Olivia, Stefan terlalu sibuk dengan pekerjaannya, jadi jangan marah, ya.”

Olivia menyentuh buku nikah yang dia masukkan ke saku celananya dan berkata, “Nenek Sarah, aku mengerti, kok. Aku nggak keberatan. Nenek nggak perlu merasa bersalah. Dia juga sudah memberiku ongkos untuk naik taksi. Aku sudah dalam perjalanan pulang sekarang.”

“Kamu sudah menikah dengan Stefan, masih saja memanggil Nenek dengan sebutan Nenek Sarah.”

Olivia membeku sesaat, lalu mengubah panggilan itu menjadi “Nenek”.

Sarah menjawab dengan girang.

“Olivia, mulai sekarang kita adalah keluarga. Kalau Stefan berani menindasmu, beri tahu Nenek. Nenek akan memberi pelajaran padanya.”

Dia mendapatkan cucu menantu ini dengan susah payah, jadi dia tidak akan membiarkan cucunya itu menindas cucu menantunya ini.
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nasib Untung
bab 1, jam tangan Stefan di tangan kiri. kok di bab 2 pindah ke tangan kanan teori?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status