"Ini kamarmu sekarang! Kamu bisa tidur di sini. Dan ingat, jangan coba-coba berani masuk ke dalam kamarku, mengerti? Kalau sampai kamu dengan lancangnya masuk ke kamarku, aku akan mematahkan tanganmu." ancam seorang pria yang kini mengenakan jas hitam setelah acara pernikahannya dengan wanita yang saat ini berhadapan dengannya.
"Tapi kita kan suami istri. Kenapa kita harus pisah kamar?" tanya seorang wanita yang masih mengenakan gaun pengantin."Jangan banyak bicara! Atau aku akan memindahkanmu di gudang," pria itu menatap tajam wanita yang sekarang sudah sah menjadi istrinya."Maaf! Aku hanya menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan." Wanita itu menunduk.Pria itu langsung pergi dari sana dan berjalan menaiki anak tangga menuju kamarnya.Pria tersebut langsung menghubungi seseorang yang sejak tadi sudah sangat dirindukannya."Hallo, Honey!" Suara seorang wanita."Hallo, kamu sedang apa?""Sedang memikirkanmu. Apalagi yang bisa aku lakukan selain memikirkanmu, hm?""Kamu ini begitu menggemaskan. Oh iya, apa kamu tahu, apa yang sudah aku lakukan pada saudara tirimu itu?" ujar pria tersebut."Apa?" tanya wanita tersebut."Aku memintanya untuk tidur terpisah denganku. Melihat wajahnya saja aku merasa jijik," jelas pria itu."Baguslah kalau begitu. Ingat, jangan sampai kamu tergoda padanya! Atau aku akan marah padamu" ancam sang wanita."Kau tenang saja, Honey! Tidak ada wanita yang mampu menggodaku selain dirimu, benarkah?" jawab pria tersebut."Kamu ini, selalu bisa mengambil hatiku,""Hahaha.... jangan panggil aku Deon Hayden kalau aku sendiri tidak bisa menjerat kekasihku sendiri, Aurora Jovita.""Jangan banyak bicara, Deon! Lebih baik kamu istirahat. Aku tidak ingin kamu kelelahan.""Baiklah, Honey! Kalau begitu, aku tutup dulu teleponnya. Bye!""Bye, Honey!"Deon langsung menutup teleponnya dan mengganti jas pengantinnya dengan piyama tidurnya. Meskipun sekarang adalah malam pengantinnya, tapi bagi Deon tidak ada yang spesial, karena ia menikahi wanita yang tidak ia cintai.**Di kamar yang berukuran sangat kecil, seorang wanita sedang duduk termenung di atas tikar yang akan menjadi alas tidurnya saat ini. Karena di dalam kamar tersebut tidak ada kasur. Hanya ada satu bantal dan satu bantal guling. Jadi, mulai malam ini wanita tersebut tidak bisa merasakan tidur di kasur yang empuk. Suaminya hanya menyediakan kamar seadanya. Bahkan kamar tersebut lebih kecil dari kamar pembantu yang berada di rumah besar tersebut."Ibu, aku merindukanmu, Bu! Andai Ibu masih ada di sini, aku pasti tidak akan kesepian." Wanita tersebut meneteskan air matanya.Hingga pagi hari tiba, Deon sudah bersiap untuk pergi ke kantornya seperti biasa. Ia bekerja di perusahaannya sendiri sebagai direktur utama. Perusahaan yang bernama PT Ursa Major adalah perusahaan yang ia dirikan sendiri tanpa bantuan siapa pun."Selamat pagi, Bi!" sapa Deon dengan pembantu yang tinggal di rumahnya."Selamat pagi, Tuan!""Di mana Iza? Apa dia belum bangun?" tanya Deon karena ia tidak melihat istrinya."Nona Izabel belum bangun, Tuan! Nona masih di kamarnya." jawab bi Kinar, pelayan di rumah Deon.Tanpa bicara, Deon langsung menghampiri Izabel di kamarnya. Ia membuka pintu kamarnya begitu saja karena memang tidak dikunci. Di sana terlihat Izabel masih berbaring di atas tikar dengan masih mengenakan gaun pengantinnya. Deon berbalik badan lagi untuk mengambil sesuatu. Saat ia sudah kembali, ia langsung menyiram tubuh wanita yang bernama lengkap Izabel Taqi Ganendra dengan air yang sudah ia bawa.ByuuurrrrrrSontak saja Izabel merasa terkejut dan langsung bangun begitu saja. Ia merasa kedinginan karena Deon menyiram tubuhnya dengan air yang ia ambil dari kulkas."Mas Deon, kenapa kamu siram aku?" tanya Izabel begitu ia menyadari Deon sudah berdiri di hadapannya."Kamu pantas untuk disiram. Kamu pikir kamu siapa, hah? Kamu tidak lihat ini sudah jam berapa? Jangan berlagak seperti Nyonya di rumah ini! Karena bagiku, kamu itu lebih rendah dari pada pembantu." ucap Deon dengan emosinya. Ia tidak suka melihat Izabel yang masih tertidur, sedangkan dirinya sendiri sudah siap untuk bekerja."Kenapa kamu bicara seperti itu, Mas? Aku ini istrimu, Mas Deon!" Mata Izabel berkaca-kaca."Jangan katakan kalau kamu adalah istriku! Meskipun itu benar. Karena aku jijik mendengar kata-kata itu dari mulutmu."Izabel hanya bisa sabar dan menahan dirinya. Ia tidak tahu mengapa Deon membencinya. Padahal sebelumnya, pria itu selalu bersikap manis padanya meskipun saat itu mereka baru mengenal selama satu bulan dan Deon langsung mengajaknya menikah."Cepat bangun! Bereskan tempat tidurmu!" titah Deon."Iya," lirih Izabel.Deon langsung keluar dari kamar Izabel. Ia kembali ke meja makan untuk menikmati sarapannya. Setelah selesai, ia langsung pamit pada bi Kinar untuk pergi ke kantornya."Bi Kinar,""Iya, Tuan?""Tolong awasi Izabel! Ingat, jangan biarkan dia menyentuh barang-barang di rumah ini! Termasuk dia juga tidak boleh duduk di sofa dan duduk di meja makan. Kalau dia mau makan, suruh dia duduk di lantai. Dan kalau dia mau makan atau pun minum, jangan izinkan dia memakai piring dan gelas yang sama dengan yang aku pakai. Mengerti?" tegas Deon dengan pesan-pesannya."Baik, Tuan!" kata bi Kinar menunduk.Deon pun segera pergi dari sana untuk berkerja seperti biasa di kantornya. Ia sengaja tidak mengambil cuti meskipun semalam baru saja ia merayakan pesta pernikahannya.Setelah kepergian Deon, kini Izabel sudah membersihkan kamarnya dan juga dirinya. Ia beranjak ke dapur untuk makan karena perutnya terasa sangat lapar dari semalam."Selamat pagi, Bi!" sapa Izabel pada bi Kinar."Pagi, Non Iza sudah bangun?" balas bi Kinar."Iya, Bi. Oh iya, apa Bibi sudah memasak? Perutku lapar sekali dari semalam," ucap Izabel."Iya, Non, Bibi sudah masak. Mau Bibi siapkan?" tawar bi Kinar."Tidak usah, Bi! Aku ambil sendiri saja," Izabel tersenyum dan berjalan ke arah meja makan. Ia baru saja ingin mengambil piring, namun tiba-tiba saja bi Kinar mencegahnya."Non Iza, jangan pakai piring itu!" cegah bi Kinar."Kenapa, Bi?" tanya Izabel heran."Maaf, Non, bukannya Bibi melarang, hanya saja Tuan Deon meminta Bibi untuk melarang Non Iza memakai barang yang biasa dipakai oleh Tuan Deon. Tuan Deon juga meminta Bibi untuk melarang Nona menyentuh barang-barang di rumah ini. Nona tidak boleh duduk di sofa yang ada di sini. Tuan Deon meminta Nona untuk duduk di lantai. Pokoknya, Nona tidak boleh menyentuh barang apa pun yang ada di sini. Sekali lagi Bibi minta maaf ya, Non. Bibi hanya menjalankan perintah Tuan." Bi Kinar sebenarnya merasa kasihan pada Izabel. Namun ia tidak bisa melakukan apa pun selain menuruti apa kata majikannya itu.Izabel yang mendengar pesan dari bi Kinar tentu saja merasa teriris hatinya. Ia merasa tidak ada harga dirinya di mata suaminya. Padahal Deon sendiri yang memintanya untuk menikahinya. Ia tidak tahu mengapa Deon bersikap kejam pada dirinya."Tidak apa-apa, Bi, aku mengerti! Kalau begitu, mana piring yang boleh aku pakai untuk makan?" tanya Izabel.Bi Kinar mengambil piring yang biasa digunakan oleh pelayan di sana. Ia memberikan piring tersebut pada majikannya."Ini Non piringnya,""Terima kasih, Bi!" Izabel mencoba untuk tetap tersenyum.Setelah mengambil nasi dan lauk, Izabel makan dengan duduk di lantai dapur. Bi Kinar yang melihatnya menjadi tidak tega. Ia hanya bisa berdo'a semoga majikannya itu selalu diberikan kekuatan.Hingga tak terasa sore hari tiba, Deon baru saja sampai di rumah pukul lima sore. Deon tidak melihat Izabel di manapun."Bi, di mana Iza?" tanya Deon menghampiri bi Kinar yang sedang menyiapkan makanan untuknya."Non Iza ada di taman belakang," jawab bi Kinar.Deon langsung menghampiri istrinya yang sedang duduk di rumput sambil memandangi danau buatan yang berada di halaman belakang rumah suaminya."Izabel," bariton suara Deon begitu menggelegar di telinga Izabel. Ia menoleh ke asal suara tersebut dan langsung berdiri kala melihat Deon berjalan ke arahnya."Ada apa?" tanya Izabel."Cuci mobilku, sekarang!" titah Deon."Aku? Cuci mobil?" tanya Izabel terbata."Iya, cepat!""Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya," jawab Izabel."Dasar bodoh! Kamu tinggal bersihkan semuanya dan jangan sampai ada k
Tiga hari sudah setelah pernikahannya dengan Deon, kini Izabel harus kembali bekerja karena waktu cutinya telah habis. Sebelum bekerja, seperti biasa, Izabel sarapan terlebih dahulu dan duduk di lantai dapur seperti yang diminta oleh Deon. Deon yang melihat Izabel makan sambil duduk di lantai, tersenyum smirk."Kamu memang pantas di situ karena itu adalah tempatmu. Jangan berharap aku akan membiarkanmu bebas! Aku akan membuat hidupmu seperti di neraka, Izabel Taqi," ucap Deon dalam hati sambil mengunyah makanannya.Setelah selesai sarapan, Izabel langsung mencuci piringnya karena Deon tidak mengizinkan piring bekas Izabel dicuci oleh bi Kinar. Izabel diharuskan mencuci piring bekas makanannya sendiri. Setelah selesai, Izabel berpamitan pada suaminya untuk bekerja."Mas Deon, aku berangkat dulu, ya!" Izabel memberikan tangannya untuk menyalami tangan suaminya. Namun Deon masih tetap menyantap makanannya tanpa mempedulikan Izabel. Karena tidak ada tanggapan dari Deon, akhirnya Izabel me
Hingga pukul delapan malam, Izabel belum menampakkan dirinya. Dan itu sukses membuat Deon merasa kesal dengan istrinya."Argghh... kemana dia? Kenapa sampai saat ini belum pulang? Awas saja kamu Izabel, aku tidak akan mengampunimu!" Deon mengepalkan tangannya dengan tatapan mata yang begitu menghunus tajam.***Di kafe tempat Izabel bekerja, gadis itu baru saja selesai mengganti pakaian kerjanya dengan rok selutut dan kaos lengan pendek. Izabel hari ini terpaksa lembur karena kebetulan hari ini kafe milik Joshua begitu sangat ramai hingga mereka kewalahan."Jo, aku pulang dulu, ya!" Izabel berpamitan pada boss nya."Kamu pulang dengan siapa? Apa suamimu menjemputmu?" tanya Joshua.Mendapatkan pertanyaan seperti itu membuat Izabel bingung harus menjawab apa karena sungguh mustahil bagi Deon mau menjemput dirinya. Tapi Izabel juga tidak ingin orang lain tahu bagaimana keadaan rumah tangganya yang sebenarnya."Ah, tidak! Maksudku, aku menolak dia untuk menjemputku meskipun tadi dia menaw
Pasangan ibu dan anak saat ini baru saja pulang dari acara shoppingnya di mall. Mereka adalah Sara dan putri kesayangannya, Aurora Jovita. Mereka baru saja mendapatkan uang dari Deon, yang merupakan kekasih Aurora. Aurora sendiri yang meminta uang pada kekasihnya karena ia ingin membeli barang-barang terbaru. Dan tanpa berpikir dua kali, dengan senang hati Deon memberikannya pada Aurora karena ia begitu mencintai Aurora, wanita yang sudah dua tahun ia kencani."Ma, aku merasa sangat bahagia sekarang. Semenjak Deon memutuskan untuk menikahi Iza, kekasihku itu selalu memberikan apa pun yang aku minta. Bahkan Deon bilang padaku bahwa dia tidak pernah sekalipun memberikan uang pada Iza, meskipun Iza sekarang menyandang status sebagai istrinya. Tapi aku tetap yang nomor satu di hati Deon." ucap Aurora pada ibunya dengan bangga."Aurora, meskipun Deon mencintaimu, tapi Mama takut Deon tergoda dengan gadis itu. Mama tidak ingin kalian berakhir hanya karena Izabel," cemas Sara.Aurora tertawa
Di tempat lain, Aurora sedang merias dirinya. Ia begitu senang Deon memintanya untuk datang ke rumahnya. Ia pun segera keluar dari kamarnya dan bersiap menemui kekasihnya."Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Sara."Tentu saja bertemu dengan Deon, Ma. Deon mengatakan bahwa dia merindukanku. Dan apa Mama tau, Deon mengatakan padaku bahwa ia sedang menghukum Izabel. Aku begitu senang mendengarnya, Ma." ucap Aurora dengan perasaan senang."Benarkah? Ah, Mama senang sekali mendengarnya, Sayang.""Kalau begitu, aku pergi dulu ya Ma, bye!" pamit Aurora."Hati-hati, Sayang!"Memerlukan waktu satu jam bagi Aurora untuk bisa sampai di rumah kekasihnya dengan mobil Range Rover pemberian Deon saat ulang tahunnya tahun lalu. Kini mobil Aurora sudah memasuki gerbang rumah mewah nan megah milik Deon Hayden. Ia turun dari mobil dengan gaya angkuhnya selama ini."Di mana Deon?" tanya Aurora pada salah satu pelayan di rumah tersebut."Tuan ada di kamarnya, Nona. Tuan sudah menunggu Nona," sahut sang pela
Hingga hampir tengah malam, Deon baru menemui Izabel kembali."Iza, ayo turun!" teriak Deon dari bawah.Namun saat ini Izabel tertidur di atas pohon karena menahan kantuk dan lapar."Iza, cepat turun!" teriak Deon lagi lebih keras. Dan teriakan tersebut berhasil membangunkan Izabel dari tidurnya."Mas Deon?" Izabel melihat ke bawah dan ada Deon di sana yang sedang menatapnya tajam."Cepat turun! Atau aku akan membiarkanmu di atas sana lebih lama!" seru Deon dengan ancamannya."Jangan! Aku akan turun sekarang, Mas!" jawab Izabel dari atas sana. Perlahan ia pun menurunkan kakinya. Hingga hampir saja ia akan sampai ke bawah, tiba-tiba saja ia terpeleset dan terjatuh."Awwww...!!!" jerit Izabel saat kakinya terkikir."Dasar bodoh! Turun saja kamu tidak bisa. Ayo cepat masuk!" umpat Deon."Aww, kakiku sakit, Mas! Aku sulit untuk berjalan." keluh Izabel karena memang sangat sakit dan sulit jika digunakan untuk jalan."Jangan berlebihan, Iza! Ayo cepat bangun!" paksa Deon."Tidak bisa, Mas!
Pagi hari saat Deon baru akan sarapan, ia tidak melihat Izabel di dapur. Biasanya saat ia sedang sarapan, Izabel pasti juga melakukan hal yang sama sarapan di dapur dan duduk di bawah lantai. Namun kali ini ia tidak melihat istri yang sangat dibencinya itu."Bi, di mana Iza?" tanya Deon."Non Iza sakit, Tuan, dan dia ada di kamarnya," jawab bi Kinar.Ya, tadi pagi saat baru bangun tidur, kepala Izabel terasa pusing dan badannya juga lemas. Ditambah kakinya yang masih sedikit nyeri meskipun sudah dipijat oleh bi Kinar semalam."Sakit?" ucap Deon."Iya Tuan, Non Iza mengeluhkan kepalanya terasa pusing dan badannya juga lemas. Saya lihat sendiri bagaimana pucatnya wajah Non Iza. Ditambah lagi kakinya yang masih belum sembuh," jelas bi Kinar."Tuan, apa sebaiknya kita panggilkan dokter saja untuk memeriksa Non Iza?" lanjut bi Kinar."Tidak! Biarkan saja!" tolak Deon dengan tegas.Deon tidak akan pernah membiarkan Izabel mendapatkan perlakuan baik di rumahnya. Apalagi sampai memanggil dokt
Malam ini di sebuah kamar hotel, sepasang kekasih baru saja selesai melakukan percintaan di kamar yang sering mereka kunjungi. Sang wanita kini sedang berada di dalam pelukan pria yang saat itu sama-sama dalam keadaan polos."Mau sampai kapan kita akan seperti ini secara sembunyi-sembunyi? Aku bahkan tidak tega padanya. Aku merasa telah mengkhianatinya, apalagi selama ini dia sudah begitu banyak membantuku." ucap pria tersebut."Bersabarlah! Aku akan menyelesaikannya. Tapi tidak sekarang. Jadi, aku mohon pengertianmu! Selama dia tidak tahu dengan apa yang kita lakukan saat ini, kita pasti akan aman. Kamu tenang saja, ya! Aku begitu sangat mencintaimu dan aku sangat nyaman berada di dekatmu. Jadi, tolong jangan pernah tinggalkan aku!" kata wanita tersebut dengan mata berkaca-kaca.Wanita itu memang begitu sangat mencintai pria yang sudah beberapa bulan ini telah resmi menjadi kekasihnya. Di dekat pria itu, ia merasakan kenyamanan yang tidak pernah ia dapatkan dari pria manapun."Tenangl