Share

Bab 2: Kejam

Setelah mengambil nasi dan lauk, Izabel makan dengan duduk di lantai dapur. Bi Kinar yang melihatnya menjadi tidak tega. Ia hanya bisa berdo'a semoga majikannya itu selalu diberikan kekuatan.

Hingga tak terasa sore hari tiba, Deon baru saja sampai di rumah pukul lima sore. Deon tidak melihat Izabel di manapun.

"Bi, di mana Iza?" tanya Deon menghampiri bi Kinar yang sedang menyiapkan makanan untuknya.

"Non Iza ada di taman belakang," jawab bi Kinar.

Deon langsung menghampiri istrinya yang sedang duduk di rumput sambil memandangi danau buatan yang berada di halaman belakang rumah suaminya.

"Izabel," bariton suara Deon begitu menggelegar di telinga Izabel. Ia menoleh ke asal suara tersebut dan langsung berdiri kala melihat Deon berjalan ke arahnya.

"Ada apa?" tanya Izabel.

"Cuci mobilku, sekarang!" titah Deon.

"Aku? Cuci mobil?" tanya Izabel terbata.

"Iya, cepat!"

"Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya," jawab Izabel.

"Dasar bodoh! Kamu tinggal bersihkan semuanya dan jangan sampai ada kotoran yang tersisa! Kalau sampai aku menemukan kotoran yang masih tertinggal di mobilku, kamu tidak akan aku beri makan selama satu hari. Mengerti?" tegas Deon.

"Ba... baik." Izabel menunduk.

"Cepat!" Deon mendorong tubuh Izabel hingga wanita itu hampir saja terjungkal ke depan.

Sesuai perintah suaminya, Izabel langsung ke depan dan mencuci mobil yang tadi Deon gunakan untuk ke kantor.

"Loh, Non Iza sedang apa?" tanya seorang pria paruh baya yang merupakan tukang kebun di rumah Deon. Para pelayan di sana memang sudah mengenal Izabel, karena sebelumnya Deon sudah memperkenalkan istrinya pada mereka semua.

"Saya ingin mencuci mobil Mas Deon," jawab Izabel pada pak Anjar.

"Jangan, Non! Biar saya saja yang mencuci mobil Tuan," cegah pak Anjar.

"Tidak usah, Pak! Biar saya saja, karena ini perintah dari Mas Deon. Saya tidak ingin Mas Deon marah pada saya kalau dia tahu Pak Anjar yang mencuci mobilnya," kata Izabel.

"Tapi, Non..."

"Sudah, tidak apa-apa. Lebih baik Pak Anjar teruskan tugas Bapak saja, ya!" Izabel tersenyum.

"Baik, Non!" kata pak Anjar dan ia langsung pergi dari sana.

Pak Anjar tidak tega melihat majikan wanitanya diperlakukan seperti itu. Pak Anjar tahu bahwa Deon tidak memperlakukan Izabel dengan baik. Ia tahu dari bi Kinar yang cerita padanya tadi siang.

Izabel pun mencuci mobil tersebut dengan begitu detail. Dimulai dari atas hingga ke bawah. Ia juga membersihkan mobil tersebut hingga ke sela-selanya. Setelah kurang lebih satu jam, mobil yang ia cuci kini sudah bersih. Dan sudah ia pastikan tidak ada kotoran yang terlewat.

Setelah selesai mencuci mobil, Izabel kembali masuk ke dalam. Ia merasa sangat lelah karena ia tidak terbiasa dan belum pernah sama sekali mencuci mobil. Apalagi dress rumahan yang dikenakannya juga basah. Tanpa sadar, ia pun akhirnya duduk di sofa ruang tamu untuk mengistirahatkan tubuhnya. Izabel memejamkan matanya sebentar dengan posisi masih duduk.

Dari arah dapur, Deon yang saat itu baru saja selesai makan malam tidak sengaja melihat istrinya yang sedang tertidur di sofa ruang tamunya. Ia begitu marah melihat Izabel telah berani menyentuh barang-barang di rumahnya. Padahal Deon sudah memperingatinya melalaui bi Kinar. Tanpa pikir panjang ia pun segera menghampiri Izabel dan...

Sretttt...

"Awww!!!" pekik Izabel.

Deon menyeret Izabel hingga wanita itu terjatuh ke lantai karena merasa kaget. Kepalanya juga tidak sengaja terbentur kaki sofa kayu.

"Siapa yang menyuruh kamu untuk duduk di sofa, hah? Aku sudah peringatkan padamu, jangan pernah berani menyentuh barang-barang di rumah ini! Apa kamu tuli, hah? Aku tidak sudi barang-barangku disentuh oleh tangan kotormu itu," Deon menjambak rambut Izabel dengan begitu kencang.

"Awwww, sakit, ampun, Mas! Aku tidak sengaja, aku mohon ampuni aku, sakit!!!" Izabel menahan sakit pada rambutnya.

"Ayo ikut aku!" Deon menyeret Izabel dengan tangan yang masih menjambak rambut wanita itu. Ia membawa istrinya itu ke kolam renang, dan dengan kejamnya, ia memasukkan kepala Izabel keluar masuk berkali-kali ke dalam air kolam renang hingga wanita tersebut kesulitan bernapas dan tersedak.

"Ampun! Mas Deon, lepaskan aku! Maafkan aku! Aku janji tidak akan mengulanginya lagi, uhuk... uhuk..." Suara Izabel terdengar sangat lirih. Namun Deon tidak mendengarkan ampunan dari istrinya. Deon terus melakukannya hingga ia puas.

"Ini belum seberapa. Jika kamu berani melanggar aturan yang aku buat, kamu akan menerimanya yang lebih dari ini." ucap Deon dan langsung mendorong kepala Izabel. Lalu pergi dari sana.

Izabel hanya bisa menangis tanpa bisa melawan. Ia tidak tahu mengapa Deon begitu membencinya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah mengenal pria tersebut.

"Ya Tuhan, mengapa dia tega sekali padaku? Apa salahku padanya hingga dia memperlakukan aku dengan tidak manusiawi?" ucap Izabel dalam hati.

Bi Kinar yang melihatnya merasa kasihan. Ingin sekali ia membantu Izabel, namun Deon sudah memperingatkannya agar tidak ada yang boleh membantu wanita itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status