Share

Bab 7

Penulis: Elyssa
"Nggak kenal, mungkin aktris muda yang baru naik daun di dunia hiburan lokal?"

"Kalau dibandingkan dengan aktris muda lain, dia ini jauh lebih cantik."

Semakin banyak orang yang mulai membicarakan perempuan di samping Peter.

Wanita itu tampak sangat mencolok. Gaun beludru hitam tanpa tali yang dikenakannya menonjolkan lekukan tubuhnya dengan pas. Rambut ikal yang disanggul elegan dihiasi jepit berlian hitam putih dari seri Piano. Perhiasan paling mahal di koleksi itu berkilau memukau hingga tidak ada yang sanggup mengalihkan pandangan.

Kenward merasa sosok wanita di samping Peter itu tampak agak familier, sampai akhirnya wanita itu berbalik menghadapnya.

"Darlene?" Gianna, Laura, dan Darshen sontak terkejut.

Kenward tidak berkata apa-apa, hanya saja matanya menjadi jauh lebih terang dari sebelumnya. Ini adalah kali pertama dia melihat Darlene dengan riasan bibir merah menyala. Riasannya tebal, tetapi tidak berlebihan. Entah karena tangan penata rias atau karena Darlene sendiri yang membuat semuanya tampak berkelas.

"Benar-benar nggak kusangka, rupanya Darlene sudah menemukan penyokong barunya. Percuma aku mengkhawatirkannya tadi ...." Gianna berbicara dengan lembut, sementara tatapan Kenward tampak dingin.

Busana malam ini sebenarnya hanyalah "hadiah" yang Darlene pinjam dari Peter. Dia tidak berniat datang untuk melihat Kenward dan Gianna bermesraan, tetapi karena terlanjur hadir, dia pun tidak punya alasan untuk melarikan diri.

Tatapan Kenward hanya berhenti sebentar pada Darlene, lalu berpaling seolah-olah tak melihatnya sama sekali. Kemudian, dia kembali bersama Gianna dengan senyuman penuh kasih yang dulu tak pernah dia berikan pada istrinya.

Darlene memandang wajah itu. Wajah tampan yang bagaikan pahatan, dihiasi senyuman lembut yang tidak pernah dia dapatkan selama tiga tahun pernikahan. Hasrat ingin membuat Kenward terkesan, perlahan menjadi kekalahan yang menusuk.

Darlene pergi ke kamar mandi, mencoba menenangkan diri. Bagaimanapun, keputusan untuk bercerai sudah bulat. Tak ada gunanya lagi menyiksa diri.

Namun, ketika keluar, rasa perih di kakinya semakin menjadi-jadi. Sepatu hak tinggi yang tidak terbiasa dipakai itu telah melukai tumitnya hingga nyaris membuatnya kehilangan keseimbangan. Untung seseorang sigap menahan tubuhnya.

Baru saja hendak mengucapkan "terima kasih", Darlene bertemu pandang dengan mata Kenward.

Lengkungan bibirnya itu tampak menggoda, sementara matanya itu gelap dan dalam. Dilihat dari dekat, Darlene merasa sangat gugup.

Dia berusaha menarik lengannya, tetapi Kenward menggenggamnya kuat-kuat.

"Nggak perlu sampai menyiksa diri hanya demi membuatku cemburu." Nada suaranya datar, dingin, lalu diakhiri dengan tawa yang penuh sindiran. "Main tarik-ulur itu terlalu murahan."

Selesai berkata begitu, Kenward melepaskan tangannya, menyerahkan selembar plester, lalu melangkah masuk ke kamar mandi tanpa menoleh lagi.

Darlene ingin menjelaskan, tetapi Kenward bahkan tak memberinya kesempatan. Setelah ragu sejenak, dia akhirnya tetap menempelkan plester itu di tumitnya. Luka di kaki sedikit mereda, tetapi sesak di dada justru semakin berat.

Setelah kembali ke aula pesta, pikirannya kacau. Dia berdiri di depan meja prasmanan cukup lama tanpa menyadari belum mengambil apa pun.

"Bingung mau coba yang mana karena belum pernah lihat makanan semewah ini?" Laura dan Darshen menghampiri.

"Biar aku ajarin. Ini kaviar premium, biasanya dimakan bareng panekuk."

Belum sempat melanjutkan, Darshen sudah menyenggolnya dengan siku. "Kamu mesti jelasin dulu ke dia kaviar itu apa. Siapa tahu dia belum pernah dengar?"

Darlene malas menanggapi, tetapi Gianna tiba-tiba muncul dan mengadang jalannya. "Sudahlah, kalian jangan bicara sembarangan. Darlene 'kan bukan orang zaman batu, masa belum pernah dengar kaviar ...."

Gianna tersenyum manis, lalu menaruh sesendok kaviar di atas panekuk dan menyodorkannya pada Darlene. "Tapi kamu pasti baru pertama kali mencicipinya ya? Semua salah Kenward, nggak pernah ajak kamu keluar buat nambah pengalaman."

Laura tertawa kecil. "Wajar sih, dia 'kan memang nggak pantas dibawa ke tempat seperti ini! Bayangin saja, dulu Kenward sering ajak kamu ke acara internasional. Sekarang malah punya istri cuma lulusan SMA. Sial banget!"

"Benar banget. Yang satu doktor lulusan luar negeri, yang satu ibu rumah tangga. Aku juga heran gimana dia bisa punya muka datang ke acara elite kayak begini."

Ketiga orang itu saling melontarkan hinaan, sementara Darlene hanya tersenyum tenang.

"Kalau wawasanmu memang seluas itu, seharusnya tahu kalau kaviar yang kamu ambil tadi itu jenis Beluga. Cocoknya dimakan sendiri atau dipadukan dengan sampanye," ujar Darlene.

Senyuman di wajah Gianna langsung membeku.

"Kalau mau dimakan pakai panekuk Rusia, seharusnya pakai kaviar Osetra." Sambil berbicara, Darlene mengambil selembar panekuk tipis, meletakkan sedikit salmon asap di atasnya, lalu menambahkan sesendok kaviar Osetra dan krim asam. Dia menyodorkannya kepada Gianna.

"Ini baru namanya panekuk yang autentik."

Melihat perbandingan antara panekuk tipis di tangan Darlene dan miliknya yang tebal, wajah Gianna langsung memucat.

"Belagu banget! Siapa juga yang tahu kamu benar atau ngarang?" bela Darshen segera.

"Ya, palingan cuma karena sering masak di dapur, jadi ngerti lebih banyak soal makanan. Bukan berarti kamu hebat juga!" tambah Laura dengan sinis.

Darlene meletakkan panekuknya ke piring, berkata dengan tidak acuh, "Aku memang nggak hebat. Tapi jelas lebih baik dari kalian."

Tanpa menoleh lagi, dia berbalik meninggalkan mereka.

Tak lama kemudian, Kenward kembali ke sisi Gianna. "Kenapa? Wajahmu pucat. Ada yang sakit?"

Gianna menggeleng, matanya tertuju ke arah kaviar.

"Mau makan kaviar?" Kenward mengambil piring dan mulai menyiapkan panekuk, dengan cara yang sama persis dengan yang dilakukan Darlene tadi.

Tak jauh dari situ, seorang tamu menatap deretan kaviar di meja dan bergumam dengan bingung, "Banyak banget jenisnya, bedanya apa sih?"

Gianna langsung bereaksi cepat, mengulangi penjelasan yang tadi diucapkan Darlene dengan penuh percaya diri.

Orang itu berterima kasih sambil memuji, "Wah, masih muda tapi pengetahuannya luar biasa ya."

Gianna tersenyum manis. "Ah, aku cuma belajar dari pacarku."

Melihat tangan Gianna melingkar di lengan Kenward, tamu itu tersenyum kagum. "Benar-benar pasangan sempurna, berbakat dan rupawan."

Kenward menatap Gianna, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis. "Kalau dibalik juga bisa."

"Dibalik? Oh, maksudnya wanitanya berbakat, prianya rupawan? Duh, Pak Kenward jago banget memuji."

Laura dan Darshen ikut menggoda, membuat Gianna menunduk malu dengan senyuman bahagia. Sungguh pemandangan yang membuat semua orang di ruangan itu iri.

Tak jauh dari sana, Darlene sebenarnya mendengar semua kata-kata Gianna yang mencuri penjelasannya barusan, tetapi dia tidak berniat menjelaskan apa pun. Toh meskipun dia membuka mulut, pandangan kagum di mata Kenward tidak akan pernah ditujukan untuknya.

Dalam hati Darlene penuh pertentangan. Di satu sisi, dia sudah memutuskan untuk bercerai. Kalaupun Kenward tiba-tiba berubah, dia tidak akan kembali. Namun, di sisi lain, hatinya masih belum rela.

Kenapa hanya dia yang mengingat janji mereka dulu? Kenapa hanya dia yang masih terperangkap, sementara Kenward bisa begitu mudahnya berpaling? Tiga tahun pernikahan yang dijalaninya dengan sepenuh hati, ternyata kalah oleh kembalinya sang cinta lama.

Darlene meneguk segelas minuman keras hingga habis. Rasa panasnya membakar tenggorokan, tetapi justru membuat pikirannya sedikit jernih. Dia menatap gelas kosong di tangannya, lalu tiba-tiba menyadari sesuatu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 50

    Adelio awalnya ingin menyahut ketus, "Kamu siapa sih?" Namun, melihat pakaian wanita itu tampak berkelas, dia tidak berani sembarangan bicara.Vida memandangi wanita yang wajahnya tampak asing itu dan bertanya ramah, "Maaf, Anda siapa?""Aku pemilik Rumah Herba, Marina."Begitu mendengarnya, ekspresi Gianna langsung berubah. Namun karena banyak orang di sekitarnya, dia tetap berusaha menahan diri agar tidak terlihat panik."Semua tonik dan ramuan penenang di tokoku adalah resep rahasia buatanku sendiri," kata Marina santai. "Nggak dijual sembarangan dan dalam sebulan terakhir, aku hanya menjualnya kepada Darlene."Begitu nama Darlene disebut, Vida yang paling terkejut. Sementara ekspresi di wajah Kenward tetap tenang dan sulit terbaca."Waktu itu, Darlene bilang ada ibu temannya yang kaget hingga harus dirawat di rumah sakit, jadi dia butuh ramuan penenang dan penguat tubuh. Aku nggak menyangka yang dimaksud ternyata adalah Nyonya Bramantyo."Ucapan Marina tentang "ibu temannya" membua

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 49

    "Jangan pakai alasan orang lain. Kalau memang mau ketemu Kenward, bilang saja mau ketemu. Kalau nggak mampu beli gaun, bilang saja nggak mampu. Cara kamu begini cuma bikin Kenward makin muak sama kamu."Begitu Adelio selesai bicara, Kenward tersenyum. Senyumnya yang biasanya memesona, kali ini malah terasa menyakitkan.Darlene hanya terdiam, lalu berjalan melewati celah di antara Kenward dan Gianna, lalu melangkah cepat menuju rumah besar."Wanita itu benar-benar penuh perhitungan. Tempat seluas ini nggak dilalui, malah sengaja jalan di antara Kenward dan Kak Gianna," gerutu Adelio dengan kesal.Harold sama sekali tidak menyangka Darlene akan datang malam itu. Setelah mendengar penjelasan apa yang sebenarnya terjadi, dia pun sadar Darlene sudah dijebak oleh Vida."Darlene, kamu mau gaun dari merek apa? Biar Kakek belikan," ucap Harold sambil mengeluarkan ponselnya. "Menantu Keluarga Bramantyo bukan orang yang bisa dihina sembarangan oleh siapa pun."Darlene buru-buru menahan tangannya.

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 48

    Begitu Darlene berjalan mendekat, barulah dia melihat jelas bahwa semua pria berpakaian jas rapi dan para wanita mengenakan gaun mewah. Ternyata di sana sedang diadakan pesta koktail.Beberapa tamu segera memperhatikannya, karena hanya Darlene yang datang dengan kaus biasa dan celana jeans."Ya ampun, Darlene, kenapa kamu pakai baju seperti ini?" Gianna langsung berseru begitu melihatnya. Dia bergegas mendekat dengan langkah cepat di atas sepatu hak tinggi dan berdiri tepat di depan Darlene.Hari itu Gianna mengenakan gaun haute couture terbaru, terbuat dari sutra warna merah muda yang bertabur kristal Swarovski. Dibandingkan dengan Darlene yang hanya memakai jeans, perbedaan kelas terlihat mencolok."Kak, ngapain juga kamu ngomong sama dia?" Adelio menghampiri Gianna, lalu menatap Darlene dari atas ke bawah. "Acara sepenting ini kamu malah pakai begituan? Kamu sengaja mau bikin Kenward malu, ya?""Adelio, jangan begitu. Darlene bukan orang seperti itu," ucap Gianna lembut, seolah mene

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 47

    Sejak pertama kali Gianna menerima kiriman itu, setiap kali berikutnya dia selalu menyuruh kurir mengantarkan ke lantai satu gedung rawat, lalu turun sendiri untuk mengambilnya.Di kamar pasien, Gianna memotret Vida yang sedang minum sarang burung, lalu mengirim foto itu pada Kenward.Saat itu Kenward sedang berada di kantor. Setiap hari Gianna memang mengirim foto perkembangan ibunya dan kini sudah sepuluh hari Vida dirawat. Selama sepuluh hari itu, Darlene tidak datang menjenguk sekali pun.Di ruang kerja, Saka sedang merapikan dokumen. Dia tidak mengerti mengapa ekspresi Kenward malah tampak menyeramkan, padahal ibunya terlihat pulih dengan baik."Halo?" Kenward menekan nomor telepon dan menunggu.Di kantor pusat FY.Darlene sama sekali tidak menyangka Kenward akan meneleponnya duluan.Begitu tersambung, yang terdengar hanya keheningan. Akhirnya Darlene yang lebih dulu berbicara, "Kenward, kamu mau ngomong apa?"Masih tidak ada suara. Baru saat Darlene hendak menutup panggilan, suar

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 46

    Harold terus menasihati dengan nada lembut, tapi bagi Darlene, semua kata-katanya hanya sekadar lewat. Semua orang selalu memintanya untuk memahami Kenward. Dia memang sudah melakukannya. Selama tiga tahun penuh.Namun, hasil yang didapatkannya adalah Kenward malah membuat anak pertama mereka gugur demi wanita yang dia sebut cinta sejatinya.Wajah Darlene semakin pucat, hatinya pun semakin dingin. Harold memang orang yang paling baik padanya di Keluarga Bramantyo, tapi pada akhirnya dia tetap kakek kandung Kenward. Jadi, tentu saja dia tetap membela cucunya.Darlene merasa benar-benar sendirian.Harold terus berbicara panjang lebar tentang betapa sibuknya Kenward dan betapa berat tanggung jawabnya, sampai-sampai Darlene merasa telinganya hampir kapalan mendengarnya."Kamu pikirkan lagi baik-baik. Kasih Kenward satu kesempatan, sekaligus kasih kesempatan buat dirimu juga. Tapi ...." Harold berhenti sejenak, suaranya jadi lembut, "Kalau akhirnya kamu tetap mau bercerai, Kakek juga akan m

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 45

    "Tapi kamu masih harus kerja. Kalau malam ikut jaga, kamu pasti capek. Nanti nggak bisa istirahat, besok gimana mau masuk kantor?" Nada bicara Kenward tetap datar, tapi siapa pun bisa mendengar nada perhatiannya terhadap Gianna."Tuh, Gianna, meski kamu mau, Kenward saja nggak tega," sahut Whitney menggoda. Beberapa kerabat lain langsung ikut memuji Gianna, sampai pipinya memerah karena malu.Suasana di ruang rawat sempat terasa hangat dan akrab, sampai akhirnya Kenward melangkah ke arah Darlene.Semua orang otomatis diam. Pandangan mereka serentak beralih ke dua orang itu.Gianna yang sedang mengupas apel perlahan menggenggam pisau buah di tangannya. Dia tahu Kenward sedang melindunginya, tapi kesempatan ini jelas tak bisa dia sia-siakan.Darlene mendongak, menatap mata Kenward yang dingin."Kamu yang jaga malam ini." Nada itu bukan pertanyaan maupun permintaan, melainkan perintah.Darlene mengepalkan tangan. "Aku juga punya kerjaan. Besok aku harus masuk.""Kalau begitu, berhenti saj

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status