Share

Bab 8

Author: Elyssa
Pesta malam ini sudah berlangsung hampir dua jam, tetapi Kenward belum meneguk setetes alkohol pun.

Darlene menebak, mungkin penyakit maag Kenward kambuh lagi. Beberapa hari terakhir mereka memang sedang berseteru soal perceraian. Ramuan herbal yang biasanya dia rebus setiap hari untuk Kenward pun belum sempat dia buat.

Kenward pasti juga tidak meminumnya karena hanya Darlene yang tahu takaran, urutan, dan waktu perebusannya dengan tepat.

'Biar saja dia sakit perut sampai mati.' Pikiran itu sempat melintas di benaknya.

Namun akhirnya, Darlene tetap tidak tega. Dia mengambil ponselnya, lalu menuliskan dengan rinci seluruh resep pengobatan maag Kenward. Mulai dari nama setiap bahan, perbandingannya, hingga cara merebusnya dengan detail sempurna.

Sebelum menekan tombol kirim, Darlene sempat ragu, apakah perlu menambahkan kalimat pembuka, sapaan, atau penjelasan. Dia mengetik, lalu menghapus berkali-kali. Pada akhirnya, dia tidak menulis sepatah kata tambahan pun dan langsung menekan kirim.

Pesan itu memang masuk ke ponsel Kenward, tetapi yang membuka bukanlah dia. Gianna berbalik, diam-diam membaca isi pesan Darlene sampai habis, lalu segera menghapus tanpa meninggalkan jejak.

Sementara itu, Kenward sedang sibuk meladeni tamu-tamu. Malam ini, meskipun tujuannya adalah menemani Gianna, banyak orang yang mengenalnya, jadi dia tidak bisa menolak berinteraksi.

Namun, dari awal sampai sekarang, dia sama sekali tidak menyentuh minuman beralkohol karena perutnya sudah sakit cukup parah.

Rasa sakit itu membuat aura dinginnya semakin tajam, seolah-olah seluruh pesta malam ini tidak membuatnya puas.

"Kenward ...." Menjelang pesta berakhir, Gianna menghampiri dengan semangkuk ramuan hangat di tangan.

Aroma obat itu begitu familier. Namun, Kenward tahu ketika dia menjalin hubungan dengan Gianna dulu, dia belum punya penyakit maag.

"Gimana kamu tahu aku sakit maag? Dan ramuan ini ...." Kenward menoleh sekilas ke arah Gianna.

"Aku tahu kondisimu lebih dari siapa pun," jawab Gianna dengan lembut. "Obat ini aku dapat dari dokter langganan, katanya manjur sekali. Sekali minum langsung sembuh."

Padahal sebenarnya, Gianna menyuruh Darshen dan Laura membeli semua bahan sesuai resep yang Darlene kirimkan. Karena tidak sempat merebusnya, mereka hanya menyeduhnya seadanya. Setidaknya masih bisa sedikit membantu.

"Ini semua salahku," ucap Gianna dengan mata memerah, suaranya serak. "Kalau waktu itu aku nggak begitu keras kepala, sakitmu juga nggak akan sampai separah ini ...."

Darlene yang duduk agak jauh mencium aroma obat itu. Dia menoleh, tepat melihat Gianna bersandar manja di bahu Kenward, sementara pria itu sedang menyuapkan sepotong kue red velvet ke mulutnya.

Kue red velvet. Darlene dulu sering memanggangkan kue itu untuk Kenward.

Kenward punya masalah pencernaan. Tidak bisa makan pedas, juga tidak suka makanan terlalu manis. Padahal dia tidak suka makanan manis, tetapi untuk kue red velvet, dia selalu membuat pengecualian.

Darlene pernah berkali-kali mencoba resep, menyesuaikan kadar manisnya agar pas di lidah Kenward. Namun, tetap saja dia selalu merasa pria itu tampak tidak puas.

Sekarang, Darlene akhirnya mengerti. Yang tidak memuaskan bukanlah kuenya, melainkan dirinya sendiri.

Dalam perjalanan pulang, Darlene terus memikirkan satu hal. Bagaimana caranya agar dia bisa benar-benar bercerai dari Kenward?

Namun, belum juga sempat mengurus perceraian, pekerjaannya di panti rehabilitasi sosial justru bermasalah.

"Begini, Bu Darlene, suamimu sudah menghubungi kami dan meminta penundaan tanggal mulai kerjamu. Aku hanya ingin mengonfirmasi kembali."

Saat itu, Darlene baru saja tiba di depan gedung apartemennya dan panggilan dari pihak panti membuat langkahnya terhenti.

Di pandangannya, sebuah mobil hitam Maybach milik Kenward perlahan berhenti di depannya.

Begitu menutup telepon, Darlene melihat kaca jendela mobil turun. Bukan Saka yang duduk di belakang kemudi, tetapi Kenward sendiri.

"Apa maksudmu dengan semua ini?" Darlene menatapnya tajam.

"Masuk ke mobil." Nada suara Kenward pendek dan datar, jelas tidak berniat menjelaskan apa pun.

Darlene menatap dalam ke arah mata pria itu. Mata gelap yang sulit ditebak seperti samudra yang tidak berujung. Namun, dia tetap tidak bergerak.

"Hari ini ada makan malam keluarga." Suara Kenward terdengar dari belakangnya. Datar, dingin, penuh keyakinan.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 100

    Belum sempat dia minum, gelas anggur itu sudah direbut oleh Kenward."Dia cuma karyawan kecil. Kalau Pak Devan harus berurusan dengan dia, itu sama saja dengan merendahkan diri." Kenward meneguk habis isi gelas itu."Ah, iya, iya, Pak Kenward benar. Kalau begitu, aku minum satu gelas lagi sebagai hukumannya." Devan juga menenggak segelas.Keduanya terus minum, sementara Darlene yang duduk di samping merasa sangat bosan. Setiap kali Devan mencari kesempatan untuk menjejalkan minuman ke Darlene, Kenward selalu menghentikannya.Darlene tidak pernah membayangkan akan ada hari di mana Kenward mau membantunya menolak minuman. Meskipun begitu, kemungkinan besar alasannya hanya karena tidak mau repot mengurus dirinya kalau sampai mabuk.Saat itu, pelayan mengetuk pintu ruang privat, membawa satu hidangan baru."Ini khusus aku pesan untuk Bu Darlene, pepaya rebus snow jelly. Bagus untuk kecantikan. Ayo, cepat dicoba."Selesai berbicara dan melihat Darlene tidak bergerak, Devan langsung mendesak

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 99

    Saka memarkir mobil, lalu ikut menyusul. Dia berjalan di belakang Kenward dan Darlene dengan tangan membawa tas dokumen.Darlene menyadari sesuatu, lalu menoleh dan bertanya kepada Kenward, "Kamu membawaku untuk membicarakan urusan bisnis?""Kalau bukan itu, apa lagi?" Kenward juga menoleh, beradu pandang dengan Darlene. "Masa kamu berharap aku membawamu untuk berkencan?"Darlene melihat jelas godaan dalam mata Kenward. Dia buru-buru memalingkan wajah. Senyuman Kenward yang menawan sedikit terangkat di sudut bibir.Tiga orang berjalan masuk ke hotel besar itu. Mereka menuju ruang privat yang sudah ditentukan.Hotel ini berbeda dari kebanyakan hotel mewah lainnya. Gaya dekorasinya sangat kental dengan nuansa kuno.Darlene mengikuti Kenward masuk ke ruang privat. Ruang ini berbentuk suite. Bagian luarnya seperti ruang makan besar di restoran kuno, dengan meja makan bundar berputar dari kaca yang sangat besar. Sedangkan bagian dalam suite lebih mirip kamar hotel, lengkap dengan lemari dan

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 98

    Darlene akhirnya mencari sebuah klinik kecil dan mendapatkan obat untuk mengurangi bengkak dan meredakan nyeri. Di sisi lain, Kenward memberinya cuti sakit bergaji selama lima hari. Tidak ada pemotongan gaji.Meskipun demikian, Darlene tidak akan menganggap itu karena Kenward peduli padanya.Walaupun wajahnya tidak perlu lima hari untuk kempes kembali, memberinya lebih banyak hari libur memang lebih mudah untuk meredakan gosip di perusahaan.Saat Darlene kembali bekerja, orang-orang yang membicarakannya memang jauh berkurang. Awalnya dia masih bingung, kemudian baru tahu ternyata Freddy sudah dipecat.Dengan latar belakang pendidikannya dan masa kerjanya di perusahaan, sebenarnya yang seharusnya dipecat adalah dirinya.Namun, surat pemecatan Freddy ditulis langsung oleh Kenward sehingga tidak ada satu pun di perusahaan yang berani banyak bicara.Mereka semua penasaran apa sebenarnya hubungan antara Kenward dan Darlene, tetapi karena takut terseret, mereka hanya bisa menahan diri di kan

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 97

    "Gianna!" Evelyn sangat bersemangat, tetapi langsung ditahan oleh Gianna."Pelankan suaramu.""Hari ini si Darlene pasti akan dipecat oleh Pak Kenward, benar-benar memuaskan sekali!"Gianna tidak memberi komentar. Semalam, dia mengirim foto yang diam-diam dia ambil, foto Freddy dan Darlene yang sedang saling tarik-menarik, kepada Evelyn.Namun, dia tetap pura-pura bertanya kepada Evelyn, "Bukankah Freddy punya istri? Apa hubungannya dengan Darlene?"Semua sesuai dugaannya. Keesokan harinya istri Freddy datang ke perusahaan mencari Darlene dan membuat keributan.Reputasi Darlene di perusahaan sekarang semakin buruk. Jika karena masalah ini dia dipecat oleh Kenward dan keluar dari Grup Bramantyo, itu akan sempurna sekali.Namun ....Gianna melihat arah yang dituju Kenward saat membawa Darlene pergi bukan menuju ruang rapat, melainkan menuju lift.Di dalam lift, Darlene juga mengira Kenward akan memecatnya. Namun, ternyata Kenward membawanya ke area parkir B2."Kita mau ke mana?" Darlene

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 96

    Sekarang sudah lewat tengah malam. Mungkin masih ada orang di bar, tetapi di dek sudah tidak ada siapa pun. Kecuali Darlene.Darlene datang sesuai janji dan melihat Freddy, staf penjualan itu. Katanya saat mereka berjalan-jalan di tempat wisata siang tadi, dia membantu Darlene memotret beberapa foto dan ingin mengirimkannya.Namun, Darlene merasa itu hanya alasan untuk menambah kontaknya. Keduanya mengobrol, lalu Freddy mengajaknya melihat pemandangan laut di dek. Darlene menolak tiga kali. Freddy sampai melakukan panggilan video dan akhirnya dia terpaksa setuju."Kamu ngotot banget minta aku keluar, ada urusan apa?" tanya Darlene langsung.Freddy kelihatan polos. Senyumannya pun tampak jujur. "Darlene, sebenarnya aku sudah lama memperhatikanmu di kantor."Kalimat pembuka itu membuat Darlene mengira Freddy ingin menyatakan cinta."Aku tahu aku nggak bisa dibandingkan dengan Pak Kenward ...."Freddy yang tiba-tiba menyebut Kenward, membuat ekspresi Darlene berubah."Tapi bulan depan aku

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 95

    Entah kenapa, Darlene tiba-tiba muncul rasa ingin bersaing. Dia mulai mempercepat gerakan. Orang itu sepertinya juga memahami maksud Darlene dan juga mulai mempercepat gerakan.Keduanya pun saling berlomba dan akhirnya Darlene terlambat selangkah.Ketika muncul kembali ke permukaan, Darlene melepas kacamata renangnya dan melihat ke jalur renang sebelah. Orang di jalur sebelah itu juga melepas kacamata renang dan memperlihatkan wajahnya."Kok kamu di sini?" Melihat Kenward, Darlene membelalakkan mata. "Kamu nggak pergi ke pesta dansa?""Pesta dansanya sudah lama selesai."Mendengar ucapan Kenward, barulah Darlene sadar kalau ternyata dia sudah berenang selama itu.Kenward yang berada di dalam air berbeda dengan saat siang hari di taman air. Dia tidak mengenakan atasan, hanya mengenakan celana renang. Bagian atas tubuhnya yang terekspos, terlihat berotot dan proporsional. Di kolam renang biru jernih, dia terlihat seperti pahatan marmer yang halus.Darlene tak menyangka dirinya berlomba d

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status