Share

Bab 6

Author: Elyssa
Gianna awalnya berniat menunggu Kenward datang agar bisa masuk lewat jalur tamu VIP secara terbuka dan elegan. Meskipun Kenward tidak memiliki undangan, identitas dan wajahnya saja sudah cukup menjadi tiket masuk.

Namun, pesta hampir dimulai dan Kenward belum juga muncul. Tak punya pilihan lain, Gianna akhirnya menggandeng Darshen dan Laura, berjalan menuju jalur staf.

Begitu masuk ke aula, dia menoleh ke sekeliling mencari sosok Darlene, tetapi sama sekali tak terlihat.

"Perempuan itu pasti cuma datang buat antar makanan. Undangan itu jelas bukan miliknya sendiri," ujar Laura dengan nada sinis.

"Ya, betul! Dia bahkan nggak lulus kuliah. Mana mungkin FY mengundang dia ke pesta besar seperti ini?" tambah Darshen.

Ucapan kedua sahabatnya membuat Gianna sedikit tenang. Mereka ada benarnya. FY adalah salah satu merek perhiasan mewah paling bergengsi di dunia.

Pesta malam ini diadakan untuk merayakan keberhasilan seri "Piano" yang diluncurkan empat tahun lalu. Perhiasan yang menggunakan teknologi paten terdepan di industri, dipadu konsep artistik unik, menjadikannya mahakarya dan penjualan terbaik selama empat tahun berturut-turut.

"Entah malam ini aku bisa bertemu nggak dengan desainer legendaris seri Piano itu ...." Gianna berkata dengan mata berbinar, dipenuhi rasa kagum dan antusiasme.

"Katanya sih sosoknya misterius banget. Bahkan nggak ada yang tahu dia pria atau wanita."

"Gianna, kamu 'kan sekarang kerja di FY. Masa kamu juga nggak tahu?"

Gianna menggeleng penuh penyesalan. "Yang aku tahu cuma inisialnya "BYC". Sisanya bahkan atasanku pun nggak tahu apa-apa."

Di dalam ruang VIP lantai dua, Darlene duduk berhadapan dengan Peter. Peter adalah salah satu pendiri FY sekaligus direktur eksekutif saat ini.

"Tiga tahun nggak ketemu, kamu makin cantik saja," puji Peter sambil menyerahkan secangkir kopi.

Darlene tahu itu hanya basa-basi. Tiga tahun menikah, hidupnya hanya berkutat dengan dapur dan rumah tangga. Tak ada waktu untuk diri sendiri, tak ada ruang untuk berdandan. Perempuan seperti itu tidak mungkin semakin cantik, hanya akan perlahan kehilangan sinar dan pesonanya.

Yang paling pahit, suaminya bahkan tidak mencintainya. Perempuan menikah tanpa cinta, hanya tinggal kelelahan dan kehampaan.

Darlene bahkan lebih tragis. Tiga tahun menjadi istri yang setia dan sabar, imbalannya adalah suami yang berselingkuh dengan wanita lain dan anak yang meninggal karena ulah mereka.

Begitu memikirkan anak itu, genggaman Darlene pada cangkir kopi mengencang sampai buku jarinya memutih.

"Gimana? Maestro BYC yang genius, apa kamu tertarik kembali bekerja di FY?" Suara Peter memecah lamunannya.

Darlene mendongak, menatap Peter. Tatapan penuh harap di mata pria itu sama persis seperti empat tahun lalu. Hanya saja, kali ini dia bilang "kembali". Padahal Darlene tak pernah benar-benar bekerja di FY.

Empat tahun lalu, saat masih mahasiswa tingkat satu di Universitas Avranos, dia secara kebetulan bertemu Peter, yang saat itu sedang mencari desainer muda berbakat. Saat itu, Darlene duduk sendirian di taman kampus, menggambar desain perhiasan dengan tema "piano".

Konsep desainnya memikat Peter. Demi mewujudkan ide itu, Darlene bahkan meneliti teknik pemotongan dan pemasangan batu permata yang baru.

Peter sempat mengundangnya bekerja di FY, menawarkan sistem paruh waktu agar kuliahnya tidak terganggu. Namun, Darlene menolak.

Dia tidak punya minat khusus pada dunia perhiasan, apalagi menjadi terkenal. Jadi, dia hanya menggunakan nama samaran BYC dan menerima bagi hasil dari penjualan seri Piano.

Tak disangka, seri itu meledak di pasaran. Nama BYC pun mendadak menjadi legenda, sosok misterius yang dijuluki maestro desain perhiasan.

Melihat raut wajah Darlene, Peter tahu pernikahannya pasti tidak bahagia. Jika tidak, Darlene tidak akan menerima undangan untuk datang ke pesta malam ini.

"Maestro, beri aku satu kesempatan ya?" kata Peter dengan nada bercanda.

Darlene tertawa kecil.

"Kamu terlalu melebih-lebihkan. Desain seri Piano itu cuma inspirasi sesaat. Kamu tahu sendiri, aku sebenarnya nggak suka desain perhiasan."

"Kamu itu menyia-nyiakan bakatmu! Tahu nggak, banyak desainer FY yang bermimpi punya 1% saja dari kemampuanmu!"

Darlene hanya tersenyum.

"Pokoknya, kapan pun kamu mau kembali, kontraknya sudah siap. Gajinya terserah kamu, sistem pembagian hasil tetap sama. Pintu FY selalu terbuka untukmu," ujar Peter dengan tulus.

Namun, Darlene tidak menjawab. Dia menatap ke luar jendela kaca besar yang menghadap aula di lantai satu.

Dari sana, terlihat suasana pesta dan Kenward yang baru saja datang. Seketika, seluruh ruangan menjadi riuh.

Di dunia bisnis, banyak pria sukses, tetapi tak banyak yang sekarismatik Kenward. Malam itu, dia mengenakan setelan jas putih dengan kemeja hitam, kontras dingin yang justru menonjolkan pesonanya.

Tanpa dasi, dia tampak sedikit santai, tetapi tetap elegan. Ketampanan tegas dengan senyuman tipis yang mematikan. Begitu dia muncul, nyaris semua mata wanita tertuju padanya.

Gianna sengaja berdiri di tengah aula, menunggu Kenward berjalan ke arahnya, seperti putri yang menanti pangeran. Tatapan iri dan kagum dari sekeliling membuatnya menjadi pusat perhatian.

Wajah Gianna memancarkan kebanggaan. Meskipun hanya pekerja magang di FY, malam ini sorotan tetap miliknya.

Darlene tak menyangka Kenward juga hadir. Dia melihat pria itu melangkah lurus tanpa ragu ke arah Gianna.

Tiga tahun menikah, Kenward tak pernah menunjukkan perhatian sekecil apa pun pada perempuan lain. Dulu, Darlene sempat percaya itu karena dia istimewa. Sekarang, dia tahu yang istimewa ternyata adalah Gianna.

Saat berdiri berdampingan, keduanya tampak serasi. Pria tampan dan wanita cantik, benar-benar pasangan yang sempurna.

Darlene tiba-tiba merasa keberadaannya tidak berarti apa-apa. Terakhir kali mereka bertemu di rumah, perbincangan berakhir buruk. Kenward merobek surat perjanjian cerai. Karena belum sah bercerai, Darlene masih berstatus istrinya. Namun, pesta dan semua kebahagiaan di bawah sana jelas bukan miliknya.

"Kamu nggak berniat pergi duluan, 'kan?" tanya Peter dengan hati-hati.

Dia tahu situasinya sensitif, tetapi juga punya harapan kecil agar Darlene tetap di sini. Mungkin dia bisa mengajak Darlene kembali ke FY. Namun, melihat tatapan Darlene yang tertuju pada pasangan di bawah, Peter tak tega menahan kalau dia ingin pergi.

Darlene terus menatap pasangan yang bercanda di bawah itu tanpa berkedip. Setelah lama terdiam, dia perlahan berkata, "Kalau aku minta satu hadiah sekarang, kamu bisa kasih nggak?"

Di bawah, Kenward menyerahkan sebuket besar mawar merah muda dalam bungkusan elegan ke pelukan Gianna. Gianna tersenyum manis, wajahnya sedikit merona.

Laura dan Darshen yang berdiri di dekat mereka merasa sangat iri. Mereka terus memuji Kenward.

"Gianna, kamu beruntung banget! Punya pacar setampan dan sekaya Pak Kenward benar-benar adalah impian setiap wanita!"

"Ya, apalagi Pak Kenward rela menunda rapat penting cuma demi menemanimu ke pesta!"

"Lihat deh, gaun Elie Saab yang kamu pakai itu model terbaru, harganya 1,5 miliar! Katanya juga hadiah dari Kenward, 'kan?"

Gianna tersipu, menggandeng lengan Kenward dengan manja. "Oh ya, Kenward, tadi aku lihat Darlene di sini ...."

Alis Kenward sedikit terangkat.

"Bajunya kelihatan sederhana sekali. Mungkin dia ke sini buat antar makanan ...."

Kenward tidak menanggapi.

Gianna melanjutkan, "Bagaimanapun juga, dia masih istrimu secara hukum. Tapi sekarang sampai harus kerja jadi kurir makanan. Kasihan juga ya ...."

"Itu pilihannya sendiri," jawab Kenward dengan dingin.

Perempuan tanpa pendidikan dan pengalaman kerja, setelah bertahun-tahun menjadi ibu rumah tangga, apa lagi yang bisa dilakukan? Kenward sudah menduga pekerjaan semacam itu.

Tiba-tiba, terdengar gumaman di antara tamu-tamu. "Hei, siapa ya wanita cantik yang berada di samping Pak Peter di lantai dua itu? Kalian kenal?"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 100

    Belum sempat dia minum, gelas anggur itu sudah direbut oleh Kenward."Dia cuma karyawan kecil. Kalau Pak Devan harus berurusan dengan dia, itu sama saja dengan merendahkan diri." Kenward meneguk habis isi gelas itu."Ah, iya, iya, Pak Kenward benar. Kalau begitu, aku minum satu gelas lagi sebagai hukumannya." Devan juga menenggak segelas.Keduanya terus minum, sementara Darlene yang duduk di samping merasa sangat bosan. Setiap kali Devan mencari kesempatan untuk menjejalkan minuman ke Darlene, Kenward selalu menghentikannya.Darlene tidak pernah membayangkan akan ada hari di mana Kenward mau membantunya menolak minuman. Meskipun begitu, kemungkinan besar alasannya hanya karena tidak mau repot mengurus dirinya kalau sampai mabuk.Saat itu, pelayan mengetuk pintu ruang privat, membawa satu hidangan baru."Ini khusus aku pesan untuk Bu Darlene, pepaya rebus snow jelly. Bagus untuk kecantikan. Ayo, cepat dicoba."Selesai berbicara dan melihat Darlene tidak bergerak, Devan langsung mendesak

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 99

    Saka memarkir mobil, lalu ikut menyusul. Dia berjalan di belakang Kenward dan Darlene dengan tangan membawa tas dokumen.Darlene menyadari sesuatu, lalu menoleh dan bertanya kepada Kenward, "Kamu membawaku untuk membicarakan urusan bisnis?""Kalau bukan itu, apa lagi?" Kenward juga menoleh, beradu pandang dengan Darlene. "Masa kamu berharap aku membawamu untuk berkencan?"Darlene melihat jelas godaan dalam mata Kenward. Dia buru-buru memalingkan wajah. Senyuman Kenward yang menawan sedikit terangkat di sudut bibir.Tiga orang berjalan masuk ke hotel besar itu. Mereka menuju ruang privat yang sudah ditentukan.Hotel ini berbeda dari kebanyakan hotel mewah lainnya. Gaya dekorasinya sangat kental dengan nuansa kuno.Darlene mengikuti Kenward masuk ke ruang privat. Ruang ini berbentuk suite. Bagian luarnya seperti ruang makan besar di restoran kuno, dengan meja makan bundar berputar dari kaca yang sangat besar. Sedangkan bagian dalam suite lebih mirip kamar hotel, lengkap dengan lemari dan

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 98

    Darlene akhirnya mencari sebuah klinik kecil dan mendapatkan obat untuk mengurangi bengkak dan meredakan nyeri. Di sisi lain, Kenward memberinya cuti sakit bergaji selama lima hari. Tidak ada pemotongan gaji.Meskipun demikian, Darlene tidak akan menganggap itu karena Kenward peduli padanya.Walaupun wajahnya tidak perlu lima hari untuk kempes kembali, memberinya lebih banyak hari libur memang lebih mudah untuk meredakan gosip di perusahaan.Saat Darlene kembali bekerja, orang-orang yang membicarakannya memang jauh berkurang. Awalnya dia masih bingung, kemudian baru tahu ternyata Freddy sudah dipecat.Dengan latar belakang pendidikannya dan masa kerjanya di perusahaan, sebenarnya yang seharusnya dipecat adalah dirinya.Namun, surat pemecatan Freddy ditulis langsung oleh Kenward sehingga tidak ada satu pun di perusahaan yang berani banyak bicara.Mereka semua penasaran apa sebenarnya hubungan antara Kenward dan Darlene, tetapi karena takut terseret, mereka hanya bisa menahan diri di kan

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 97

    "Gianna!" Evelyn sangat bersemangat, tetapi langsung ditahan oleh Gianna."Pelankan suaramu.""Hari ini si Darlene pasti akan dipecat oleh Pak Kenward, benar-benar memuaskan sekali!"Gianna tidak memberi komentar. Semalam, dia mengirim foto yang diam-diam dia ambil, foto Freddy dan Darlene yang sedang saling tarik-menarik, kepada Evelyn.Namun, dia tetap pura-pura bertanya kepada Evelyn, "Bukankah Freddy punya istri? Apa hubungannya dengan Darlene?"Semua sesuai dugaannya. Keesokan harinya istri Freddy datang ke perusahaan mencari Darlene dan membuat keributan.Reputasi Darlene di perusahaan sekarang semakin buruk. Jika karena masalah ini dia dipecat oleh Kenward dan keluar dari Grup Bramantyo, itu akan sempurna sekali.Namun ....Gianna melihat arah yang dituju Kenward saat membawa Darlene pergi bukan menuju ruang rapat, melainkan menuju lift.Di dalam lift, Darlene juga mengira Kenward akan memecatnya. Namun, ternyata Kenward membawanya ke area parkir B2."Kita mau ke mana?" Darlene

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 96

    Sekarang sudah lewat tengah malam. Mungkin masih ada orang di bar, tetapi di dek sudah tidak ada siapa pun. Kecuali Darlene.Darlene datang sesuai janji dan melihat Freddy, staf penjualan itu. Katanya saat mereka berjalan-jalan di tempat wisata siang tadi, dia membantu Darlene memotret beberapa foto dan ingin mengirimkannya.Namun, Darlene merasa itu hanya alasan untuk menambah kontaknya. Keduanya mengobrol, lalu Freddy mengajaknya melihat pemandangan laut di dek. Darlene menolak tiga kali. Freddy sampai melakukan panggilan video dan akhirnya dia terpaksa setuju."Kamu ngotot banget minta aku keluar, ada urusan apa?" tanya Darlene langsung.Freddy kelihatan polos. Senyumannya pun tampak jujur. "Darlene, sebenarnya aku sudah lama memperhatikanmu di kantor."Kalimat pembuka itu membuat Darlene mengira Freddy ingin menyatakan cinta."Aku tahu aku nggak bisa dibandingkan dengan Pak Kenward ...."Freddy yang tiba-tiba menyebut Kenward, membuat ekspresi Darlene berubah."Tapi bulan depan aku

  • Pernikahan Dengan CEO Kandas Setelah Matinya Buah Hati   Bab 95

    Entah kenapa, Darlene tiba-tiba muncul rasa ingin bersaing. Dia mulai mempercepat gerakan. Orang itu sepertinya juga memahami maksud Darlene dan juga mulai mempercepat gerakan.Keduanya pun saling berlomba dan akhirnya Darlene terlambat selangkah.Ketika muncul kembali ke permukaan, Darlene melepas kacamata renangnya dan melihat ke jalur renang sebelah. Orang di jalur sebelah itu juga melepas kacamata renang dan memperlihatkan wajahnya."Kok kamu di sini?" Melihat Kenward, Darlene membelalakkan mata. "Kamu nggak pergi ke pesta dansa?""Pesta dansanya sudah lama selesai."Mendengar ucapan Kenward, barulah Darlene sadar kalau ternyata dia sudah berenang selama itu.Kenward yang berada di dalam air berbeda dengan saat siang hari di taman air. Dia tidak mengenakan atasan, hanya mengenakan celana renang. Bagian atas tubuhnya yang terekspos, terlihat berotot dan proporsional. Di kolam renang biru jernih, dia terlihat seperti pahatan marmer yang halus.Darlene tak menyangka dirinya berlomba d

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status