Share

Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan
Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan
Author: Syanin

Bab 1

Author: Syanin
last update Last Updated: 2024-03-17 01:04:33

“Tidak perlu campuri urusanku. Aku ada janji dengan kekasihku.”

Eva terpaku sesaat ketika mendengar ucapan Anggara, suami yang baru dinikahinya 5 jam yang lalu. Mereka baru sampai di rumah pengantin, tapi suaminya malah mengatakan hal seperti itu.

Ia menggenggam erat koper di tangannya. Apa ini yang namanya pernikahan? Padahal ini adalah malam pertama mereka.

“M-Mas Gara gak capek selepas pernikahan kita?” Eva bingung bagaimana mencegah Anggara.

Anggara menghentikan langkahnya, mendengarkan panggilan asing untuk pertama kalinya. Tatapan mata memindai Eva dari atas sampai bawah.

"Pernikahan ini terjadi hanya karena Eyang, jadi kamu tidak perlu bersikap seperti istri sungguhan," Anggara menjawab dengan wajah datar.

Brak!

Eva terkejut bertepatan dengan pintu utama tertutup kembali dengan kasar. Ini pertama kalinya ia dibentak seperti itu seumur hidupnya.

Eva tahu bahwa air matanya tidak berarti, apalagi sampai membuat Anggara kembali. Mereka menikah karena perjodohan dadakan oleh kedua keluarga besar.

Sebagai cucu perempuan pertama dan kesayangan mendiang kakek dan neneknya, Eva tidak bisa menolak permintaan terakhir mereka. Sedangkan Anggara, terancam oleh hak waris oleh eyangnya yang sedang sakit.

“Mungkin Mas Gara masih butuh penyesuaian atas ini," Eva menguatkan dirinya sendiri sambil menghela napas. "Pernikahan ini memang tiba-tiba."

Eva kembali melanjutkan niatnya menuju kamar utama.

Akhirnya, malam itu Eva habiskan seorang diri. Karena rumah ini masih baru, belum ada siapa pun yang membantunya. Perabot rumahnya pun masih sangat sederhana. Eva hanya berkeliling rumah dan berakhir memasak untuk menghilangkan rasa bosan.

Selesai memasak, Eva makan nasi goreng itu sendirian, dan sampai habis pun Anggara belum pulang. Ia kembali ke kamar seorang diri. Ranjangnya begitu luas, tapi sisinya seharusnya terisi Anggara kini kosong dan dingin.

Baru matanya akan terpejam, ia mendengar suara pintu kamar terbuka. Dalam kegelapan kamar, Eva melihat sosok pria tinggi berjalan sempoyongan.

Eva menyalakan lampu di atas nakas, tepat ketika sosok itu melemparkan dirinya di kasur dengan posisi sembarangan. Eva pun melihat jam hampir pukul satu dini hari.

Di sisi kasur yang lain, Eva melihat Anggara sudah berbaring, menutup mata dengan lengannya yang kokoh. Kemejanya pun sudah tampak berantakan.

Eva segera menghampiri.

“Mas Gara,” panggil Eva lembut.

Eva meringis ketika mencium aroma alkohol pekat dari Anggara. Tampilan Anggara tidak serapi sebelumnya, apalagi terdapat noda lipstik merah terlihat jelas di bagian dada kemejanya.

Deg!

Meski mereka menikah karena terpaksa, tapi tetap Eva berstatus istri. Bagaimana tidak sakit melihat noda itu?

Eva menarik napas dalam, dan memanggil lagi, "Mas Gara, tidur yang benar."

Eva berusaha memperbaiki posisi Anggara, tapi pria itu tidak bergerak. Beberapa kali dipanggil pun, Anggara tidak menyahut. Sampai ketika Eva berusaha melepaskan jas di badannya, tiba-tiba pria itu membuka matanya.

"Mas Gara—aahh!" Eva memekik ketika Anggara tiba-tiba menariknya dan menjatuhkannya ke atas sofa.

Sekarang, Anggara berada di atas tubuh Eva, mengurungnya di antara dua lengannya.

"Berisik!" Anggara menatap Eva tajam dengan mata yang memerah.

Dalam jarak sedekat ini, Eva bisa mencium aroma parfum wanita menyeruak dari pakaiannya. Namun, hal yang lebih penting sekarang adalah tatapan Anggara yang semakin tajam sampai membuat Eva merinding.

"M-Mas Gara... lepas...." Eva mencoba memberontak, tapi justru Anggara malah mendekatkan wajahnya ke leher Eva.

Dalam sekejap Eva terkejut. Bibir Anggara sudah mendarat dan meraup kasar bibirnya. Tidak ada kenikmatan, bahkan rasa anyir Eva rasakan ketika Anggara menggigit bibirnya.

“Tolong jangan seperti ini!” seru Eva dengan napas tersengal-sengal.

Bibirnya terasa kebas. Apalagi melihat tatapan tidak suka Anggara membuat nyalinya takut.

Namun, Anggara tidak menggubris tangisan Eva, malah semakin gencar meraba setiap inci tubuh wanita itu. Tangannya merayap ke paha, perut, sampai dada Eva. Air mata Eva pun mengalir deras karena ketakutan.

Harusnya ini menjadi pengalaman pertamanya, tapi kenapa rasanya mengerikan. Eva membencinya!

“Mas Gara mabuk, tolong sadar! Eva….”

Sret!

Suara pakaian disobek paksa oleh Anggara terdengar nyaring. Kancing terjatuh ke lantai juga terdengar menggema di sela napas Eva yang memburu. Air mata tidak tertahan mulai menetes, cengkraman erat Eva pada bahu Anggara menjadi saksi.

“Sakit.... tolong....”

Rintihan Eva malah semakin membuat Anggara memicu gairahnya. Tidak ada pemanasan, semua dilakukan Anggara dengan paksa dan kasar.

***

Sinar cahaya masuk melalui celah gorden membuat Eva terusik. Eva terbangun dengan tubuh terasa sakit. Ia merasa dingin, membuatnya lantas menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

Eva mulai beranjak duduk dengan susah payah. Kilasan malam tadi menjadi hal yang menyakitkan untuknya. Malam pertama yang seharusnya dilakukan penuh cinta, malah terasa seperti dilecehkan. Dan itu suaminya oleh sahnya sendiri.

Anggara memaksanya berkali-kali, baik itu di sofa maupun di kamar mereka. Seberapa sering pun Eva berteriak kesakitan, pria itu tidak mau berhenti.

Eva tidak bisa lagi menahan sakit, air matanya kembali meluncur deras. Dia ingin jadi anak dan cucu yang baik dan penurut, tapi apa ini semua? Bukan seperti ini harapan kecil pernikahannya.

Ceklek!

Eva mengangkat kepala, dan melihat Anggara keluar dari kamar mandi.

Anggara keluar dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Tatapan mereka saling beradu, tapi Anggara langsung melengos, seolah semalam tidak terjadi sesuatu.

Eva berharap dapat kata maaf, tapi itu hanya harapan semu yang tidak akan mungkin terjadi.

"Berhenti memasang wajah seperti itu," ucap Anggara ketus sambil berjalan menuju lemari. "Walaupun kita melakukannya, tapi aku sama sekali tidak sadar, jadi...."

Anggara berbalik, menatap Eva yang meremas selimut dengan kuat. "Jangan menaruh harapan soal pernikahan ini."

Deg!

Jangankan kata maaf, bahkan Anggara malah semakin menorehkan luka. Eva bukanlah seorang istri di mata Anggara, melainkan seorang wanita yang ditidurinya karena kesalahan.

Eva pun menundukkan kepala, membiarkan air matanya menetes membasahi selimut.

"K-Kalau begitu..." Eva mengangkat kepalanya. "Kita sudahi saja pernikahan ini!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 77

    “Bagaimana kerja kamu hari ini?” Anggara dengan balutan baju tidur keluar dari kamar mandi. Langkahnya pelan menghampiri Eva yang sibuk dengan ponselnya.Kedua pasangan menginap di rumah Mama Dara tentu Aluna berhenti berdebat karena suara rendah Mama Dara. Entah perempuan muda masih belum menerima kenyataan kakaknya yang disakiti, atau mungkin karena sesama perempuan dengan ego tinggi merasa tidak terima dengan perlakuan Anggara dengan mudah mendapatkan maaf kakaknya.Eva mendongak kepalanya dengan cepat. Beberapa saat aktivitasnya terhenti ketika mendengarkan pertanyaan Anggara. Bukan merasa aneh, lebih tepatnya kenapa Anggara perlu bertanya, merasa tidak biasa.“Kamu tanya?” balas Eva dengan nada malas.Anggara segera duduk di sofa kosong tepat di sebelah Eva. Anggukan kepala Eva lakukan, kemudian membalas tatapan Eva dengan sorot mata menunggu jawaban dari Eva.“Bukannya laporan Sarah tidak telat, bukan?” balas Eva dengan nada sindiran, “kurang kerjaan banget ada Sarah.”“Kamu bis

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 76

    “Mama ….” Eva memeluk Mama Dara. Pelukan begitu erat seakan lama tidak bertemu.“Sudah mulai bekerja lagi?” Mama Dara membalas pelukan dengan lembut. Tatapan beralih pada kedatangan putri sulungnya yang tidak sendiri, ada David dan perempuan yang baru ditemuinya.“Baru hari ini, Ma.” Eva melepaskan pelukan dengan pelan.“Kenapa David tidak bercerita?” Kedua mata Mama Dara menatap David, kemudian bergerak cepat beralih menatap Sarah hari ini hanya punya kerjaan satu hari penuh tidak menjauh meninggalkan Eva.“David juga baru tahu, Ma.” David mengatakan tanpa ekspresi seperti biasanya.“Sore, Tante.” Sarah menyadari tatapan Mama Dara segera mengulurkan tangannya. Tersenyum dengan sopan santun.“Sore, Sayang. Ini siapa? Mama baru lihat. Pacar kamu David?” Mama Dara tertawa seraya menatap anak laki-laki dengan gelengan kepala.David nampak terhenyak beberapa saat karena terkejut tuduhan tiba-tiba Mama Dara, sementara Eva sudah duduk di sofa.“Tidak menyangka sekali, ini sangat peningkatan

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 75

    Eva menatap bingung dengan kelakuan Anggara. Masih dengan wajah tidak mengerti ucapan terakhirnya, lebih tepatnya di saat ini merasakan jantungnya terpompa lebih cepat karena tindakan Anggara yang menciumnya di depan David. Meski pria terlihat datar tidak peduli tetap Eva tidak merasa biasa.“Ibu ukuran sandalnya berapa?” Sarah bertanya dengan pelan ketika Anggara sepenuhnya tidak terlihat lagi. Suaranya terdengar memburu sepertinya tadi cukup menguras tenaganya membawa barang brand tidak hanya satu, melainkan cukup memenuhi kedua tangannya.Eva segera tertarik dari lamunannya sekilas hanyut jauh menatap Anggara yang keluar ruangannya. Langkahnya begitu nampak terburu-buru, bahkan mengabaikan sekertarisnya Sarah yang masih tertinggal.“Tiga sembilan, kenapa?” kata Eva menatap Sarah mulai mengeluarkan sandal-sandal yang dibawanya.“Syukurlah.” Sarah membuang napasnya lega.“Kenapa?” Eva masih belum mencerna.“Mau minum dulu?" David menyerahkan air mineral. Tidak menunggu Sarah menerim

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 74

    “Davit, kapan kamu datang?” Eva tidak kuasa untuk langsung menghamburkan memeluk adiknya.Davit segera membalasnya, memeluk dengan wajah cuek, datar, senyum sekilas tampak sedikit langsung lenyap dalam hitungan beberapa detik.“Apa sekolah kamu selesai? ada agenda apa pulang? kenapa tidak ngabarin?” Eva melepaskan pelukan. Pertanyaan muncul dengan beruntun dan berbicara terdengar sangat cepat.“Dua hari yang lalu. Hampir selesai, doakan segera selesai.” David melenggang menuju sofa. Dimana Anggara yang menyaksikan adegan pelukan itu dengan rasa dongkol dan cemburu karena ia tidak seluassa dan sebebas Davit memeluk Eva yang tampak mesra.Eva segera mengikuti. Masih mengenakan sandal bulu miliknya. “Kenapa tidak ngasih kabar. Kamu baik-baik saja, bukan?”Davit hanya membalas dengan anggukan sekali. Kemudian tatapannya menoleh teralih menatap Anggara. “Kak Angga, aku sudah kirim email. Aplikasi baru milik Kakak luar biasa.”Eva mengerutkan dahinya. Apalagi respon Anggara terlihat mengang

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 73

    Eva menatap tampilannya saat ini. Entah sudah tidak terhitung berapa kali dia melihat tampilannya kini, hingga sampai di kantor semakin membuat Eva memelankan langkahnya setelah menyadari tatapan tidak biasa para karyawan sejak keluar mobil.Ekor matanya melirik Anggara tidak melepaskan belitan tangan menggenggam tangannya sejak keluar mobil. Pria yang terkenal, sombong, arogan dan bermulut pedas tanpa ekspresi melangkah satu langkah lebih dulu dari langkahnya.“Ada apa? apa merasakan sakit?” tanyanya sangat jelas terdengar. Semakin membuat suara bisik-bisik dan perhatian karyawan tertuju pada Eva dan Anggara.Eva menggeleng pelan. Merapatkan langkahnya mendekati Anggara. “Tampilanku jelek banget? mereka melihat terus.”“Mereka punya mata.”Anggara mengatakan dengan santai. Menoleh sekilas dan mata mengedarkan ke sekitar menurutnya hal biasa.“Bukan itu,” kesal Eva.“Kamu seksi dan cantik, Sayang. Jangan lupakan kalau suami kamu cukup sangat tampan, jadi biasakan seperti ini.”Eva lant

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 72

    “Duduk dulu. Tunggu sebentar.” Anggara datang dengan kursi meja rias. Wajahnya tampak sangat datar tidak terbaca. Suara tidak sekeras sebelumnya, terdengar merendah penuh penekanan seperti menahan amarahnya.Eva masih tidak mengerti menautkan alisnya. Tangan kanan masih memegang handle pintu yang belum terbuka sepenuhnya.“Duduk, jangan kemana-mana.” Anggara mengatakan tegas. Menarik Eva dan mendudukkannya pelan.Eva tidak bisa mengelak banyak. Apalagi gerakan Anggara kali ini. Kemudian nampak pria itu mulai berlari menuju walk in closet dengan langkah cepat terburu-buru.“Apasih? gak jelas.” Eva mengatakan dengan kesal. “Aku tidak tuli,” geramnya mengingat tidak terima atas suara keras Anggara yang terkejut, tapi di terima Eva seperti bentakan perintah.“Ganti sepatu kamu.” Anggara datang dengan sandal rumahan milik Eva. Sandal berbulu imut tanpa hak yang dibelikan Bunda Zia, beberapa waktu lalu. Sandal trepes satu-satunya miliknya.“Apa!” Eva memekik kaget. Menatap sepatu berhak tid

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 71

    “Kamu mau kemana? kenapa sudah cantik sekali?” Anggara menatap Eva. Tubuhnya mulai terlihat lebih berisi, meski setiap malam selalu mual-mual hingga muntah parah.Bila kebanyakan ibu hamil merasakan morning sick parah setelah bangun pagi, beda dengan Eva lebih sering mual di malam hari di dua Minggu terlahir ini.Eva melanjutkan menyisir rambutnya. Menatap Anggara dengan balutan pakaian olahraga dari kaca riasnya. Dokter kandungan sudah mengatakan janinnya sudah kuat, bahkan Eva tidak mengalami flek lagi. Bisa dikatakan dua Minggu hampir tiga minggu diperlakukan Anggara seperti orang lumpuh berhasil membuat kehamilannya aman, atau bisa dikatakan emang bayi tanpa rencana yang hidup di rahimnya memilihnya untuk jadi ibu.“Ke kantor. Lama gak ke kantor.” Eva mengatakan dengan tenang. Masih melanjutkan merapikan ribut dan mengaplikasikan skincare ke wajahnya.“Apa!” Anggara tampak terkejut. Keringat terlihat menetes di wajahnya, rambut tampak lembab. Langkahnya segera berayun cepat mendek

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 70

    “Semua sudah aku urus. Berkas perceraian yang naik sudah aku tarik. Pengalihan sudah tidak jelas semua harta akan berpindah pada kamu dan anak kita.” Anggara kembali dengan kertas di tangannya. Suaranya terdengar tenang, tapi beda dengan Eva sangat penasaran apa yang dimaksud atas apa yang Anggara katakan.“Maksudnya?” Eva menautkan alisnya. Ponselnya sudah diabaikan dan fokusnya pada Anggara.“Kamu bisa baca sendiri.” Anggara tersenyum tipis. Menyerahkan kertas pengalihan harta yang baru diterimanya tidak lama. Bahkan pengesahannya tepat saat Eva masuk ke rumah sakit, itu artinya saat peresmian sekaligus pesta pernikahan yang berakhir dengan berita kehamilan. Dan saat ini tepatnya kemarin semua berubah isinya.Eva menerima dan setiap kata tertulis, angka hingga huruf tidak lepas dari kedua mata Eva. Ia butuh dua kali untuk membaca untuk menyakinkan semua, meski kenyataannya isinya sangat jelas dan sebenarnya bukan pertama kalinya membaca meski dengan konsep dan isi yang berbeda berb

  • Pernikahan Dingin Dengan CEO Arogan   Bab 69

    Eva melototkan matanya. Perasaan baru beberapa hari tidak memegang ponsel dan yang terjadi sangat luar biasa. Berita tentang pernikahan menjadi trending, begitu juga kehamilannya menduga karena tragedi saat resepsi dan dibenarkan oleh Anggara. Bahkan di akun media sosialnya biasanya sepi saat ini sangat ramai sekali.“Apa-apaan ini?” Eva sampai tidak berkedip. Notifikasi tidak berhenti ketika ponselnya mulai menyala. Bagaimana bisa akunnya di temui oleh orang-orang. Bahkan karyawannya banyak yang tidak tahu jadi sekarang tahu. Apalagi komentar yang bermunculan tidak berhenti.“Astaga! dia banyak idola!” Eva menggeleng melihat tag dirinya dengan Anggara.“Dia milikku!” lirih Eva dengan muka mulai serius. Dahi berkerut dengan alis terangkat.“Apa maksudnya? akun tidak jelas!” Eva mengatakan dengan pelan. Dua kata aneh dengan tanda seru tidak hanya sekali begitu banyak dibaca berulang-ulang oleh Eva. Belum lagi akun tidak ada nama yang jelas pemiliknya bisa dikatakan akun palsu.Guratan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status