Home / Rumah Tangga / Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar / Bab 1 Jangan Tinggalkan Aku!

Share

Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar
Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar
Author: Endiy Fathia

Bab 1 Jangan Tinggalkan Aku!

Author: Endiy Fathia
last update Last Updated: 2023-12-21 08:45:56

Safia sangat senang hari ini karena suami akan segera pulang dari kantor pusatnya di Amerika . Ia berdandan sangat cantik mematut dirinya di cermin, dan menatap perutnya yang membesar sebab usia kandungan sudah sembilan bulan selisih satu minggu degan sang Kakak Laila.

Hatinya berdegup kencang karena setelah satu bulan pernikahannya sang suami meninggalkannya ke Amerika untuk mengurus perusahaan atasannya yang mendapatkan masalah. Akran pria yang sangat pintar itu mendapatkan promosi dari atasan untuk memegang perusahaan yang ada di Amerika. Sayangnya perusahaan tidak mengijinkannya safia ikut, terdengar sangat aneh tetapi ia akhirnya menepis kecurigaan yang tak beralasan.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar, Safia membukakan pintu, tampak sang ibu berdiri dengan sangat cemas. Safia tersenyum. "Apa aku sudah cantik?" tanyanya pada Ibunya dan wanita itu hanya mengangguk

Terdengar dering handphone berbunyi di mejanya ia pun berjalan kesana dan mengambilnya serta menerimanya.

Mendengar suara yang ada di telpon ia tertegun sesat, sambil air mata menggenang di pelupuk matanya. Seketika itu ia kehilangan kewarasannya. Safia menyibak tubuh sang ibu sambil berlari menuruni tangga ia tidak mengingat bahwa ia tengah hamil besar ia hanya merasa tidak segesit dulu lagi dan larinya begitu lamban.

Dipertengahan tangga ia terpeleset jatuh dan terguling beberapa kali hingga. mencapai lantai dasar.

Ia mencoba bangun dan merangkak menghampiri peti jenazah yang telah ada diruang tamu. Ingin menatap jasad suaminya untuk terakhir kali. ia terus merangkak tidak menghiraukan darah mengalir di sela-sela kakinya sambil bergumam lirih. "Jangan tinggalkan aku, Mas Akran!"

Seseorang menyodorkan sesuatu yang harus ditandatanganinya agar jenasah langsung bisa segera di kuburkan oleh pihak perusahaan tanpa meghiraukan kesakitan wanita itu. Dengan pikiran kalut ia pun menandatangani surat tersebut tanpa melihat isinya terlebih dahulu kemudian ia pun tumbang.

Semua yang ada di sana panik dan segera membawa Safia ke rumah sakit sedangkan sang ibu pun pingsan karena melihat putri tak sadarkan diri dan berdarah.

Di tempat lain di rumah sakit Laila sang kakak tengah berjuang Melahirkan anaknya. suami yang bernama Manan itu membujuk sang istri untuk mau operasi sesar karena setelah berjuang tiga jam lamanya belum lahir juga, Akhirnya dokter memutuskan operasi.

Bayi laki-laki terlahir dengan selamat. Namun Laila mengalami pendarahan hebat, dua jam lamanya sang dokter berusaha untuk menghentikan pendarahannya. Namun tubuh sang pasien sudah semakin lemas. Akhirnya Laila menghembuskan nafas terakhirnya.

"Laila, bangunlah, sayang, lihat putra kita, kau sudah berjanji untuk merawat anak kita," ucap Manan di hadapan istri yang sudah tidak bernyawa itu sambil mengendong putranya. Hatinya sangat sedih wanita yang dicintainya telah berpulang mendahuluinya.

Manan bersimpuh di depan ranjang sang istri, Ia belum percaya kalau istrinya itu telah meninggal dunia, hingga keluarganya datang untuk mengurus kepulangan jenazah sang istri

Ambulance membawa Jenazah Laila dan Bayi Safia pulang ke rumah. Rumah itu kembali ramai di penuhi tetangga yang berdatangan melayat dan membantu pemakaman

Baru saja jenazah Arkan suami Safia dibawa oleh keluarga atasannya, mereka harus menghadiri prosesi pemakaman Laila dan bayinya Safia. Sedangkan Safia sendiri belum sadarkan diri di rumah sakit dan tidak tahu bahwa anaknya sudah meninggal dunia.

Manan meninggalkan putranya di rumah sakit dengan hati sedih. Ia mengikuti prosesi pemakaman istrinya dan mengantarkannya di peristirahatan terakhir lalu kembali lagi setelah prosesinya selesai.

Dengan langkah gontai ia memasuki rumah sakit. Pria itu berjalan menuju ruangan adik iparnya dan duduk di sofa menunggu Safiah sadar.

Matanya menatap iba pada adik iparnya itu yang telah kehilangan suami dan juga anaknya. Tidak tahu apa yang harus dikatakannya nanti, Ibu mertuanya berkali-kali pingsan tidak sanggup menemani Safiya di rumah sakit. Sementara ayah mertuanya dalam perjalanan pulang dari luar kota.

Setelah dua jam menunggu akhirnya Safia sadar dan melihat ruangan yang di tempatinya saat ini. Ia terkejut saat melihat kakak iparnya ada di ruangan bersama dirinya.

"Aku ada dimana? Bayiku?" ucapnya saat melihat perubahan dalam perutnya.

Ia menyapukan pandangannya dan melihat Kakak Iparnya duduk di sofa sambil menatapnya dengan iba.

"Mas Manan, ada di sini? Bagaimana bayiku? Bagaimana dengan Mbak Laila? pasti sudah melahirkan bukan, mereka akan tumbuh bersama," ucapnya dengan lemah dan air mata terus mengalir di pipinya.

"Kamu sudah sadar, Dek. Biar ku panggil Dokter!" ucapnya sambil beranjak dan keluar dari ruangan itu tanpa menjelaskan apa pun.

Dokter pun tiba di kamar Safia. "Anda sudah sadar,nyonya? Bagaimana keadaan, Nyonya? tidak boleh minum dulu sampai buang angin ya, Bu," ucap dokter sambil memeriksa wanita itu

"Bagaimana dengan anak saya, Dok, apa dia baik-baik saja? Apa jenis kelaminnya?" tanya Safia pada Dokter Secara beruntun.

Dokter menatap iba. "Maaf, Ibu yang sabar ya, kami tidak bisa menyelamatkan anak ibu."

Hati Safiah berdenyut nyeri baru suaminya meninggal kini anaknya menyusul juga, sudah tidak ada lagi yang menjadi penyemangat hidupnya.

'Mas aku tidak bisa menjaga anakmu, Kenapa aku masih hidup? Kenapa aku tidak menyusul kalian saja? Untuk apa aku hidup jika kalian tidak sisiku?'

Semua pertanyaannya mengendap di pikiran dan hatinya. Air matanya mengalir deras tanpa permisi. Bahkan kalimat penguat dari dokter tak mampu dia dengarkan. Hanya kesedihan yang menguasai hatinya.

Safia mulai rapuh ia tidak ingin hidup lagi, ia mencabut jarum infus sangat keras membuat darah mengucur di pergelangan tangannya, ia memejamkan matanya sambil tersenyum.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Saat Engkau Pergi

    Malam semakin larut, Manan tak bisa memejamkan matanya. Berbaring di ranjang sebentar kemudian duduk lalu bangkit dan berjalan mondar-mandir. Saat hatinya gusar meraih sesuatu dan melemparkannya begitu saja. vas bunga yang pecah berhamburan kosmetik Safia yang bertebaran. Suara pecahan kaca, benda-benda yang jatuh di malam yang sunyi. Manan benar-benar menyesal dengan keputusan yang telah diambilnya. Setelah Safia pergi baru sadar, di mana hatinya berada dan untuk siapa. Badan lelah, mata merah dan pikiran berkecamuk tak tentu arah. Saat tubuhnya tak mampu lagi menahan kantuk dan lelah ia pun mengelepar di atas ranjang dengan kaki menjuntai menapak lantai. Seperti baru terpejam beberapa menit, terdengar suara ketukan pintu dan anak-anak yang berusaha membangunkannya. "Papa, bangun, ayo antar kami!" teriak mereka saling bersautan. Manan membuka matanya saat terdengar suara-suara samar di telinganya. Ia mengerjab beberapa kali untuk menghilangkan kantuknya Dengan langkah

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Hari-hari Menyakitkan

    Akran mengusap wajahnya. membersihkan wajah dari makanan yang disemburkan oleh Safia. Ia menatap dengan dalam lalu membungkuk dan mendekatkan bibirnya tepat di telinga Safia. "Aku perna melihat Mas Manan melakukannya padamu, aku pun bisa lebih gila melakukan itu padamu." Mata Safia terbelalak dan ia menggeleng. Berharap ia tidak melakukan hal yang sama. Dua lelaki yang pernah begitu sangat dekat sama-sama melukainya sangat dalam. "Kalau begitu makanlah! Aku akan memperlakukanmu dengan baik," tekan Akran tepat di depan telinganya. pria itu kembali menegakkan tubuhnya lalu kembali menyodorkan sendok di depan mulut Safia. Wanita itu mau tidak mau harus menerima suapan Akran. Perlahan ia membuka mulut dan mulai mengunya makanan itu dan menelannya dengan susah payah. Terasa ada duri menyangkut di lehernya. Sementara itu Manan mulai cemas dan bingung. Hari sudah mulai petang tetap

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Aku Membencimu Akran

    Safia terbangun, dan ia terkejut saat melihat tangannya terikat di selah-selah ranjang yang terbuat dari kayu jati itu dan tak memakai sehelai benang pun di tubuhnya. Akran bangkit dari duduknya dan berjalan mendekatinya. "Aku sangat merindukanmu, Safia. Rindu dengan bentuk tubuhmu, rindu dengan aromamu dan sangat rindu menyentuhmu. "Aku tidak mau, kau sentuh, Akran. Aku tidak mau di sentuh oleh pria yang membunuh anakku. Kau tegah membohongiku!" teriak Safia dengan keras. "Aku terpaksa Safia. Aku harus memilih antara engkau dan ibuku. Maaf aku memilih ibuku," ucapnya seraya melepaskan pakaian. "Jangan khawatir aku akan memberikan keturunan lagi untukmu, " lanjut Akran berjalan semakin dekat. "Kau, gila!Jangan sentuh aku!" teriak Safia sambil berusaha melepaskan ikatan tangannya. "Saat kuminta baik-baik tidak bisa, maka aku akan kuminta dengan paksa," ucap Akran menyentuh tubvh bagian bawah Safia. Membelai dengan lembut membuat Safia memejamkan matanya menahan rasa yang b

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Niat Jahat Aran

    Amplop coklat melayang dan isinya terburai menapar muka Aran, Pias di wajahnya terlihat sekilas saat ia terkejut lalu dengan cepat ia merubah ekspresinya. Tersenyum dengan tenang, sebab ia sudah menduga ini akan terjadi. Safia akan tahu cepat atau lambat. "Tenanglah, Safia! Akan kujelaskan," ucap seraya jemari tangannya dengan cepat menyemprotkan cairan yang ada dalam botol kecil di arah muka Safia. Beberapa saat kemudian, tubuh Safia limbung setelah menghirup aroma cairan yang terpercik di wajahnya. Aran menangkap tubuh Safia dan membawanya ke dalam kamar lalu pria itu keluar rumah menemui supir taksi, bernegoisasi sebentar. Setelah itu, taksi itu berjalan meninggalkan rumahnya. Aran meraup wajahnya dan menghelah napas berat. 'Aku tidak punya kesempatan untuk bersamamu lagi, Safia, tetapi biarkan aku memiliki keturunan denganmu sekali lagi.' Ia berjalan masuk kembali dalam rumahnya, dan melangkah dengan tenang ke dalam

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Kau Aran Apa Akran

    Safia melempar amplop coklat ke arahnya. "Apa maksudmu menyembunyikan Semua ini, hah?!" "Katakan padaku!" teriak Safia lebih lantang seraya memukuli dada Manan dengan sekuat tenaga sambil menangis dan berteriak histeris. "Ahhhh! Kalian berdua biadap!" teriaknya lagi. Manan memegang kedua tangan Safia dan mencoba menghentikan pukulan wanita itu lalu memeluknya erat. "Tenangkan dirimu, Safia. Kau boleh memakiku sepuasmu, tetapi dengarkan aku dulu," ucap Manan lembut. "Apa lagi yang harus kudengar darimu, Mas Manan?" ucapnya lirih sebab ia tak lagi bisa berteriak. Manan memeluknyq sangat kuat. "Aku tanya padamu, Fia, apa saat itu jika aku mengatakannya kau akan percaya? Tidak Safia kau tidak akan percaya padaku. Dimatamu Akran ada pria baik, lagi pula kau baru saja kehilangan putrimu." Safia ter

  • Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar   Rahasia terungkap

    Hari berganti hari, mereka berjalan sendiri- sendiri. Hangat saat di dalam rumah tetapi dingin ketika berada di luar dan jauh dari anak-anak mereka. Menjalani cinta yang tak sewajarnya. Manan dengan Lala dan Safia dengan Aran. Hingga suatu ketika Manan melihat sesuatu yang membuatnya terpukul. Siang itu Manan melihat Lala masuk ke dalam kamar hotel yang sama dengan Aran. Saat dimana ia harus menghadiri pertemuan dengan kliennya. Sementara itu di rumah, Safia telah menemukan kunci serep ruang kerja Manan dan ia segera membukanya. ia ingin mengumpulkan surat-surat untuk mengurus perceraiannya dengan Manan. Namun saat ia tengah mencari berkas-berkas yang akan dibutuhkan. Ia menemukan sebuah amplop coklat yang begitu menarik perhatiannya. saat melihat isinya ia begitu sangat terkejut. "Surat Cerai," bisiknya lirih "Apa Mas Manan diam-diam sudah mengurusnya? Bukankah ia menyerahkan semua it

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status