Share

Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar
Pernikahan Kedua Dengan Kakak Ipar
Penulis: Endiy Fathia

Bab 1 Jangan Tinggalkan Aku!

Safia sangat senang hari ini karena suami akan segera pulang dari kantor pusatnya di Amerika . Ia berdandan sangat cantik mematut dirinya di cermin, dan menatap perutnya yang membesar sebab usia kandungan sudah sembilan bulan selisih satu minggu degan sang Kakak Laila.

Hatinya berdegup kencang karena setelah satu bulan pernikahannya sang suami meninggalkannya ke Amerika untuk mengurus perusahaan atasannya yang mendapatkan masalah. Akran pria yang sangat pintar itu mendapatkan promosi dari atasan untuk memegang perusahaan yang ada di Amerika. Sayangnya perusahaan tidak mengijinkannya safia ikut, terdengar sangat aneh tetapi ia akhirnya menepis kecurigaan yang tak beralasan.

Suara ketukan pintu terdengar dari luar, Safia membukakan pintu, tampak sang ibu berdiri dengan sangat cemas. Safia tersenyum. "Apa aku sudah cantik?" tanyanya pada Ibunya dan wanita itu hanya mengangguk

Terdengar dering handphone berbunyi di mejanya ia pun berjalan kesana dan mengambilnya serta menerimanya.

Mendengar suara yang ada di telpon ia tertegun sesat, sambil air mata menggenang di pelupuk matanya. Seketika itu ia kehilangan kewarasannya. Safia menyibak tubuh sang ibu sambil berlari menuruni tangga ia tidak mengingat bahwa ia tengah hamil besar ia hanya merasa tidak segesit dulu lagi dan larinya begitu lamban.

Dipertengahan tangga ia terpeleset jatuh dan terguling beberapa kali hingga. mencapai lantai dasar.

Ia mencoba bangun dan merangkak menghampiri peti jenazah yang telah ada diruang tamu. Ingin menatap jasad suaminya untuk terakhir kali. ia terus merangkak tidak menghiraukan darah mengalir di sela-sela kakinya sambil bergumam lirih. "Jangan tinggalkan aku, Mas Akran!"

Seseorang menyodorkan sesuatu yang harus ditandatanganinya agar jenasah langsung bisa segera di kuburkan oleh pihak perusahaan tanpa meghiraukan kesakitan wanita itu. Dengan pikiran kalut ia pun menandatangani surat tersebut tanpa melihat isinya terlebih dahulu kemudian ia pun tumbang.

Semua yang ada di sana panik dan segera membawa Safia ke rumah sakit sedangkan sang ibu pun pingsan karena melihat putri tak sadarkan diri dan berdarah.

Di tempat lain di rumah sakit Laila sang kakak tengah berjuang Melahirkan anaknya. suami yang bernama Manan itu membujuk sang istri untuk mau operasi sesar karena setelah berjuang tiga jam lamanya belum lahir juga, Akhirnya dokter memutuskan operasi.

Bayi laki-laki terlahir dengan selamat. Namun Laila mengalami pendarahan hebat, dua jam lamanya sang dokter berusaha untuk menghentikan pendarahannya. Namun tubuh sang pasien sudah semakin lemas. Akhirnya Laila menghembuskan nafas terakhirnya.

"Laila, bangunlah, sayang, lihat putra kita, kau sudah berjanji untuk merawat anak kita," ucap Manan di hadapan istri yang sudah tidak bernyawa itu sambil mengendong putranya. Hatinya sangat sedih wanita yang dicintainya telah berpulang mendahuluinya.

Manan bersimpuh di depan ranjang sang istri, Ia belum percaya kalau istrinya itu telah meninggal dunia, hingga keluarganya datang untuk mengurus kepulangan jenazah sang istri

Ambulance membawa Jenazah Laila dan Bayi Safia pulang ke rumah. Rumah itu kembali ramai di penuhi tetangga yang berdatangan melayat dan membantu pemakaman

Baru saja jenazah Arkan suami Safia dibawa oleh keluarga atasannya, mereka harus menghadiri prosesi pemakaman Laila dan bayinya Safia. Sedangkan Safia sendiri belum sadarkan diri di rumah sakit dan tidak tahu bahwa anaknya sudah meninggal dunia.

Manan meninggalkan putranya di rumah sakit dengan hati sedih. Ia mengikuti prosesi pemakaman istrinya dan mengantarkannya di peristirahatan terakhir lalu kembali lagi setelah prosesinya selesai.

Dengan langkah gontai ia memasuki rumah sakit. Pria itu berjalan menuju ruangan adik iparnya dan duduk di sofa menunggu Safiah sadar.

Matanya menatap iba pada adik iparnya itu yang telah kehilangan suami dan juga anaknya. Tidak tahu apa yang harus dikatakannya nanti, Ibu mertuanya berkali-kali pingsan tidak sanggup menemani Safiya di rumah sakit. Sementara ayah mertuanya dalam perjalanan pulang dari luar kota.

Setelah dua jam menunggu akhirnya Safia sadar dan melihat ruangan yang di tempatinya saat ini. Ia terkejut saat melihat kakak iparnya ada di ruangan bersama dirinya.

"Aku ada dimana? Bayiku?" ucapnya saat melihat perubahan dalam perutnya.

Ia menyapukan pandangannya dan melihat Kakak Iparnya duduk di sofa sambil menatapnya dengan iba.

"Mas Manan, ada di sini? Bagaimana bayiku? Bagaimana dengan Mbak Laila? pasti sudah melahirkan bukan, mereka akan tumbuh bersama," ucapnya dengan lemah dan air mata terus mengalir di pipinya.

"Kamu sudah sadar, Dek. Biar ku panggil Dokter!" ucapnya sambil beranjak dan keluar dari ruangan itu tanpa menjelaskan apa pun.

Dokter pun tiba di kamar Safia. "Anda sudah sadar,nyonya? Bagaimana keadaan, Nyonya? tidak boleh minum dulu sampai buang angin ya, Bu," ucap dokter sambil memeriksa wanita itu

"Bagaimana dengan anak saya, Dok, apa dia baik-baik saja? Apa jenis kelaminnya?" tanya Safia pada Dokter Secara beruntun.

Dokter menatap iba. "Maaf, Ibu yang sabar ya, kami tidak bisa menyelamatkan anak ibu."

Hati Safiah berdenyut nyeri baru suaminya meninggal kini anaknya menyusul juga, sudah tidak ada lagi yang menjadi penyemangat hidupnya.

'Mas aku tidak bisa menjaga anakmu, Kenapa aku masih hidup? Kenapa aku tidak menyusul kalian saja? Untuk apa aku hidup jika kalian tidak sisiku?'

Semua pertanyaannya mengendap di pikiran dan hatinya. Air matanya mengalir deras tanpa permisi. Bahkan kalimat penguat dari dokter tak mampu dia dengarkan. Hanya kesedihan yang menguasai hatinya.

Safia mulai rapuh ia tidak ingin hidup lagi, ia mencabut jarum infus sangat keras membuat darah mengucur di pergelangan tangannya, ia memejamkan matanya sambil tersenyum.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status