Pernikahan KeduaAncaman NadiaBab 45Rumah itu dibuat atas nama Riri. Awalnya Riri menolak dan minta diganti saja karena menurutnya itu terlalu besar baginya. "Ku mohon jangan ditolak, itu ku persembahkan untuk masa depan kita nantinya. Itu sengaja aku desain sendiri loh, khusus buat my love Riri," ucap Gilang lalu beranjak menuju lemari untuk memperlihatkan pada Riri gambar rumah itu. "Apaan sih, lebay tau! Geli aku dengar Kamu bilang my love-my love." Riri tertawa. "Wow! Ini Kamu yang gambar?" Riri suka melihatnya. Seperti gambar orang yang sudah profesional dibidangnya. Gilang mengangguk. "Spesial for you!" ucap Gilang seraya tersenyum menatap Riri. Senyum yang selalu dirindukan Riri. "Terimakasih banyak!" Riri terharu untuk yang kesekian kalinya. Air matanya luruh karena bahagia. Gilang tak kalah bahagia, melihat Riri menerima dan menyukai hadiah darinya. "Cepat habiskan kopimu! aku harus mengantarmu setelah ini." Gilang mengingatkan Riri. Pasalnya sudah jam sembilan mala
Pernikahan KeduaGilang Di CulikBab 46Wiren benar-benar takut setelah mendengar ancaman dari Akmal tadi, ia berjalan mondar mandir di rumahnya. Berat rasanya harus meninggalkan rumah ini dan kembali ke Batam. Dia terlalu menyukai rumah ini dan disini ia bisa sering menghabiskan waktu dengan suaminya. "Ada apa?"Handy muncul dari depan. Rupanya Wiren tadi menghubunginya ingin minta solusi."Aku harus bagaimana, Han? Aku nggak mau pindah lagi," keluh Wiren, berharap Handy dapat menolongnya."Kalau Kau tak pergi, Akmal akan menceraikanmu," jawab Handy.Wiren semakin pusing saja, Handy pun sepertinya tak akan bisa menolongnya. Sia-sia dia menghubungi pria itu."Apa tidak ada jalan lain?" tanya Wiren lagi.Handy menggedikkan bahunya. Mau menolong bagaimana. Dia sendiri pun tau Nadia adalah orang berduit yang bisa membayar siapapun untuk menangkap Wiren. "Br***ng**ek!"Wiren yang tak tenang itu pun mengumpat."Saran Akmal benar, sebaiknya kalian pergi dari sini! Aku khawatir Nadia su
Pernikahan KaduaPertolongan Untuk GilangBab 47Adrian mondar mandir di dalam rumah. Sudah jam sembilan malam namun Gilang belum menampakkan batang hidungnya.Ponselnya pun tidak di angkat sama sekali, Adrian berdecak. Tadi dia berpikir mungkin Gilang sedang nongkrong dengan teman vollinya. Ternyata tidak ada setelah Adrian menyusul kelapangan. Pikiran-pikiran buruk mulai berkeliaran dikepalanya. Adrian menimbang-bimbang, apakah harus memberitahu Riri sekarang.Dia benar-benar bingung.Dirumah Riri pun tak bersemangat, Gilang tidak membalas chat dan juga mengangkat telponnya. Apa pria itu marah lagi padanya? Tadi mereka baik-baik saja. Riri menepis pikiran itu. Ia berbaring di atas ranjang memainkan ponsel pintarnya. Tiba-tiba ia merasa bosan, Riri berbalik kesana, sebentar kesini. Gelisah tak menentu.Pukul sebelas malam, matanya belum juga terpejam, sesekali tangan itu mengambil ponselnya untuk melihat apakah ada notifikasi berupa balasan dari calon suaminya itu. Tok tok tok
Pernikahan KeduaTidak BersemangatBab 48Riri terlihat kurang semangat hari ini, karena Gilang tak masuk kerja, begitupun dengan Adrian.Kemana kira-kira mereka atau ada urusan apa? Begitulah pikiran Riri sekarang.Pikirannya tidak fokus jadinya. Sesekali Riri melihat mamanya yang sejak tadi bermain ponsel disofa. Riri beranjak kemudian duduk di samping mamanya."Udah kelar kerjaan, Kamu?" Mama melirik Riri yang baru menyandarkan tubuhnya disofa."Nggak semangat, Ma. Nanti saja di lanjut." Dari nada bicaranya saja pun mama sebenarnya tahu.Mama pun sebenarnya sama, ia menanti kabar dari suaminya terkait pencarian Gilang."Kira-kira kemana ya, Ma, Gilang sama Adrian?" Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulutnya."Mana mama tau, Ri. Mungkin ada urusan keluarga jadi mereka pulang kampung, gitu," jawab mama sekenanya."Harusnya kan, bilang sama Riri." Bukan hanya tidak semangat yang Riri rasakan, namun juga kecewa."Mungkin urgent, Sayang. Jadi nggak sempat pamit atau mengabari gi
Pernikahan KeduaKondisi GilangBab 49Danu dan Adrian langsung berlari kerumah sakit, mereka menghampiri meja resepsionis."Ruangan pasien bernama Gilang!" Adrian rasanya sudah tak sabaran lagi untuk melihat dan mengetahui kondisi sepupunya itu.Hati yang sedang harap-harap cemas itu, berdiri tak tenang menunggu jawaban dari pertanyaannya."Ruang melati nomor tiga, lurus saja nanti belok kiri!" jawab resepsionis sambil menunjuk arahnya. "Terimakasih!" ucap Adrian cepat. Adrian dan Danu segera beranjak mengikuti petunjuk resepsionis tadi. Mereka berhenti di depan ruang melati tiga. Ada dua orang polisi dan juga Roy serta Chandra menunggu diluar. "Saya keluarganya, dimana Gilang?" Adrian tak dapat lagi sabar ingin bertemu saudaranya itu. Sungguh ia tak tenang, apa lagi kabar yang mereka dapatpun dari polisi, hingga membuat kecemasannya bertambah. Dapat dipastikan Gilang tidak baik-baik saja kondisinya. Rupanya dokter yang sudah dapat kabar dari resepsionis, bahwa keluarga Gilang
Pernikahan KeduaTekad RiriBab 50Malam harinya Danu dan istrinya pulang ke jakarta. Adrian dan Riri yang menemani Gilang dirumah sakit.Polisi belum memperbolehkan Gilang dibawa kejakarta, karena akan dilakukan visum dulu untuk melengkapi laporan atas insiden yang menimpanya. Untuk sementara Danu kembali ke perusahaan."Selamat siang, Pak! Ada tamu dari Solmas ingin bertemu dengan Pak Gilang!" lapor Nana."Bawa keruangan saya, saja!" jawab Danu."Baik, Pak!" tutup Nana."Mari, Pak , Bu! Saya antar!" ajak Nana ramah. Ia kemudian memimpin jalan dan di ikuti oleh Handy dan Deswita.Tok tok tok"Masuk!" Ceklek"Silahkan, Pak, Bu!" Nana mempersilahkan tamu mereka masuk. Setelah Handy dan Deswita masuk Nana kembali ke mejanya. Deswita sempat heran, karena bukan Gilang dan Riri yang ada disitu melainkan pemilik Subrata itu sendiri. Handy sih, biasa saja, karena dia tau Gilang sudah koit, dan Riri pasti masih menangis atas kehilangan pria itu. "Selamat siang, Pak!" ucap Deswita sopan.
Pernikahan KeduaPelaku BerbohongBab 51Sudah dua hari berlalu. Polisi kini sudah berhasil menciduk pelaku. Kini mereka di tahan di kantor polisi. Danu dan Riri segera berangkat begitu mendapat kabar. Sedangkan Gilang pun yang baru diberi tahu sang Bibi ingin ikut kekantor polisi."Jangan! Kondisimu belum pulih benar, biarkan calon mertuamu yang mengurusnya duluan, lagi pula Adrian sudah berangkat dari kantor," Tahan bibinya.Meskipun kata dokter tidak ada luka dalam, tapi mereka tetap waspada, karena nyerinya belum hilang padahal sudah empat hari berlalu.Gilang akhirnya pasrah dan kembali berbaring."Aku sebenarnya mencurigai seseorang, Paman." Gilang mengutarakan kecurigaannya."Jangan menduga-duga lah, Lang. Kalau tidak benar nanti jatuhnya suudzon," sela sang bibi. Dia sedang mempersiapkan makan siang untuk mereka. "Aku khawatir sama Riri saja, Bi. Takutnya dia berbuat nekat nanti." Gilang masih ingin ikut kekantor polisi. "Udahlah! Fokus sama kesehatan mu saja. Disana ada p
Pernikahan KeduaDugaan DeswitaBab 52Akmal yang tadinya duduk kini berdiri, menyugar rambutnya kasar. Dia yang tidak tahu menahu tentang Gilang pun kini dituduh jadi dalangnya alias pelaku utama atas kejadian yang menimpa calon adik iparnya itu. "Kak Akmal, jawab dengan jujur, apa benar kakak terlibat?" tanya Riri lagi, ingin memastikan. "Astaga Riri! Mana mungkin kakak tega melakukan hal itu. Demi Tuhan!" Bahkan Akmal berani membawa nama Tuhan."Tapi namamu sudah disebut oleh dua pembunuh itu, Kak?" tanya Riri lagi.Mama Anita sejak tadi sudah menangis mendengar cerita suaminya. Mendadak pikirannya kini buntu. Dia pun sungguh tidak percaya kalau Akmal putranyalah pelakunya, tega melakukan hal kejahatan seperti itu. Adrian sejak tadi hanya menyimak saja, dia membiarkan keluarga itu yang berbicara, memastikan kebenaran nya. "Nadia, Kamu percayakan, aku tak mungkin melakukan itu." Akmal berharap ada pembelaan dari istrinya. Nadia yang di tatap pun iba melihat suaminya.Dia tahu A