Share

7. pernikahan

"Bisa tolong pejamkan matamu?" pinta penata rias padaku. Aku menurut saja dan menikmati setiap polesan diwajahku.

Aku sedang berada di dalam kamar pengantin. Kamar Alexey di rumah keluarga Ovechkin yang disulap menjadi kamar yang indah.

Aku mendengar gumaman rendah para tamu yang hadir di pernikahan kami hari ini. Meskipun hanya pernikahan kontrak, tapi kegugupan membuat saraf-sarafku tegang.

Setelah riasanku selesai, aku memakai gaun pengantin berwarna putih tulang. Gaun warisan ibunya Alexey yang ukurannya pas untukku.

Alexey bersikeras ingin datang ke butik, tapi aku menolak karena Vladimir menunjukkanku gaun cantik itu. Vladimir sangat berterima kasih padaku dan memberikan cincin pernikahan mereka sebagai ungkapan bahagianya.

"Oh putriku yang cantik," Vladimir berseru di ambang pintu.

Aku tersenyum malu seraya memperhatikan ekor gaun dengan detail payet berbentuk kupu-kupu.

Vladimir datang untuk memelukku dan mengecup pucuk kepalaku.

"Jangan menangis, nanti maskaramu luntur," Bisiknya menggodaku.

"Tidak akan," gumamku memastikan.

"Ah, kau tidak tau rasanya sebagai orang tua yang melihat putranya selalu menyendiri, bersikap dingin kepada semua gadis. Meskipun dia memiliki prestasi yang gemilang, akhirnya menemukan pujaan hatinya," ujarnya terharu.

Aku sedikit tersentak, mengingat saat Alexey menjelaskan kenapa kami harus menikah secara resmi meski diatas kontrak.

"Kau gadis baik-baik, dan aku ingin membahagiakan ayahku dihari tuanya dengan memberikannya seorang putri sepertimu. Maafkan aku melibatkanmu dalam masalah keluargaku," kata Alexey padaku malam itu.

"Aku tidak keberatan jika harus bersandiwara menjadi istrimu, tapi untuk menjadi putrinya itu bukan sandiwara bagiku, Alex," jawabku sedikit menahan tangis.

Vladimir memperlakukanku dengan penuh kasih. Dia mengingatkanku pada ayah. Dan membuatku ingin memilikinya sebagai ayahku yang sesungguhnya.

"Ayo, Gregory sudah menunggumu dibawah,"

Pria yang sebentar lagi menjadi ayah mertuaku itu dengan bangganya memberikan tangannya untuk ku gandeng.

"Ah, gagah sekali aku dengan tuksedo ini. Terima kasih nak, kau memberikan kebahagiaan padaku hari ini,"

"Hati-hati ayah, kita tidak mau pengantin cantik adikku tersandung," Goda kakak pertama Alexey yang baru saja datang minggu lalu.

"Frank, jaga sopan santunmu dan berhentilah mempermalukan wibawa ayahmu yang sudah tua ini!" gerutu Vladimir sambil melotot.

Tapi tak urung dia meminta bantuan Frank juga. Membuatku terbahak selama menuruni tangga yang tidak terlalu tinggi.

"Greg!"

"Hai besan! Kau sangat gagah" Sergah kakek menyambut vladimir dengan memeluknya.

"Sebaiknya kau temani putramu, dia kelihatan sangat gugup diatas altar itu," kata kakek menyarankan.

"Ah ya, aku terlalu gembira dengan putri baruku hingga melupakan siapa yang sudah membawanya kerumah suram ini,"Celoteh ayah mertuaku riang.

Vladimir berjalan cepat untuk menemani putranya. Sementara aku berhadapan dengan kakek dengan malu-malu.

"Cantik sekali cucuku, kau bahkan melebihi ibumu sayang," kata kakek memuji.

"Terima kasih kakek, seharusnya aku bisa memberikan pernikahan sungguhan untuk kakek dan vlad," jawabku sedikit merasa sedih seraya melihat vladimir yang sedang menyemangati Alexey.

Kakek memeluk pundakku dengan erat, "sungguhan atau tidak, bukan kontrak yang menentukannya sayang. Setidaknya, kau bisa membahagiakan Vladimir. Kakek tau dia sangat kesepian,"

Aku memeluk kakek karena terharu. Frank mengingatkan untuk tidak menangis sehingga aku pun tertawa.

"Terima kasih sudah mengingatkan aku, Frank,"

"Tentu dik, santai saja,"

Musik sudah berganti, memanggilku untuk menuju ke altar menemui pengantin pria ku. Dengan gugup aku menggandeng tangan kakek dan berjalan perlahan keluar rumah menuju pekarangan yang sudah disulap menjadi pesta yang meriah.

Sejenak aku terus menatap kakiku, tapi kakek mengangkat wajahku agar tegak dan bersikap berani. Sungguh, usiaku baru saja masuk 20 tahun. Menikah muda bukanlah impianku.

Para tamu yang sebagian besar adalah anggota organisasi bergumam kagum saat aku berjalan menuju altar.

Barisan paling depan paling heboh. Mereka barisan keluarga Alexey dari pihak ayah dan ibunya.

Mataku lalu terpaku pada sosok tampan dan menawan diatas altar. Dia sama gugupnya denganku. Tatapan kami bertemu dan dia tersenyum dengan kikuk.

Aku sedikit mengulas senyum. Saat ini, aku merasa Alexey lah alasan aku terus berjalan menuju altar pernikahan kami. Tangannya terulur tatkala aku hampir sampai.

Kakek memberikan tanganku pada Alexey, dan berdiri disebelah nya dengan kaki yang bergetar.

"Aku sama gugupnya denganmu, Hannah," Bisik Alexey ditelingaku.

"Kakiku mati rasa," balasku berbisik.

Kami cekikikan berdua sebelum janji suci diucapkan. Menyenangkan bisa menertawakan rasa gugup kami yang terasa konyol ini.

Vladimir menatap kami berdua dengan mata berkaca-kaca. Sesaat, aku melihatnya mengusap ujung matanya yang basah. Janji suci telah diucapkan, dia menekan dadanya dengan mengucap syukur.

"Kau boleh mencium istrimu, Alexey,"

Aku berhadapan dengan suami ku, dan dia menggaruk kepalanya dengan gugup. Hampir saja aku tergelak saat Vladimir sedikit mendorong putranya untuk mendekatiku.

"Oh ayolah nak, apa kau tidak tau cara mencium wanita?" gerutunya mengejek karena Alexey salah tingkah.

Aku pun sama butanya dengan Alexey, tapi untuk mempercepat drama di atas altar ini aku pun mencium pipi Alexey sekilas.

Mata Alexey menyiratkan keterkejutan, dan aku menatapnya lembut dan penuh makna. Kau tau maksudku seperti,

"Lakukan saja ciuman bodoh itu Alex!"

Alexey akhirnya tersadar dan mencium bibirku perlahan dan manis. Aku memeluknya agar tidak terlihat seperti pasangan robot yang menikah.

Nah, ciuman canggung itu sudah selesai. Semua orang bertepuk tangan sangat meriah bahkan sampai ada yang bersiul.

"Terima kasih sudah mengizinkan aku, Hannah," ujar Alexey saat kami sedang bersalaman dengan beberapa tamu.

"Untuk apa?"

"Menciummu,"

"Tapi kita sudah menikah," jawabku heran.

"itu tidak ada dalam kesepakatan kita,"

"Alex, kita harus berimprovisasi. Bagaimana tanggapan orang-orang kalau kau tidak mau mencium ku?"

Alexey mengedikkan bahunya acuh, "mereka akan berpikir pengantin wanitanya pasti bau mulut,"

Aku menjitak kepala Alex dengan kesal. Dia mengaduh dan ditertawakan oleh Frank dan Shawn, kakak kedua Alex yang menjadi seorang pilot angkatan udara Rusia.

"Bagus dik, Alex itu tidak tersentuh. Akhirnya kami puas kau mewakili kami,"

Alexey diam saja sementara aku menahan rasa geliku karena suamiku masih bersikap sangat sopan pada kedua kakaknya yang usil.

Langit cerah berganti menjadi temaram dengan semburat senja yang syahdu. Acara dilanjutkan dengan resepsi yang meriah. Musik terus berganti sesuai request. Kebanyakan itu ulah Frank.

Kadang dia bernyanyi dengan percaya diri meski suaranya cempreng dan nada yang berkejar-kejaran. Shawn hanya menonton dan terbahak-bahak sambil menjauhkan mikrofon yang dipegangnya.

Pemandangan keluarga yang indah, jika saja ada sosok ibu Alexey dan orang tuaku yang sudah tiada. Meskipun awalnya ku pikir ini akan menjadi pernikahan yang kaku dan menyebalkan.

Alexey ternyata berhati baik dan hangat. Anggota organisasi yang menjadi tamu memasang wajah terkejut ketika setiap kali Alexey tersenyum atau menggandengku dengan mesra.

Beberapa kali aku mendapat bisikan keheranan melihat Alexey yang menjadi berbeda. Meskipun aku yakin saat di kastil nanti dia akan berubah jadi batu lagi.

Sebuah helikopter militer turun tepat dihalaman belakang rumah. Dua orang pria turun dengan menggunakan setelan jas rapi dan gagah.

Banyak orang menganga melihat pemandangan mengagumkan itu terutama wanita. Alexey berdiri disampingku sambil berpangku tangan sambil tersenyum simpul.

"Bro!" kedua pria tadi langsung menyalami kami

"Ayo berangkat sekarang!"

Aku melongo saat Alexey menarik tanganku bersamanya. Dia memeluk ayah dan kedua kakaknya. Aku pun melakukan hal yang sama tanpa tau apa yang sedang terjadi.

"Selamat bulan madu dik," kata Frank dengan wajah jahilnya.

"Apa?" aku begitu terkejut dan menatap Alexey tidak percaya.

Alexey hanya mengangkat bahunya acuh sambil menunjuk kakekku yang berdiri dengan wajah sendu. Aku memeluknya.

"Untuk apa ini kek?"

"Setidaknya kalian bisa merasakan bulan madu sayang, entah itu sungguhan atau tidak,"

Aku mengangguk paham. Kakek hanya ingin membuatku bahagia, meskipun pernikahan yang aku jalani ini palsu.

"Kita akan kemana?" tanyaku pada Alexey yang menggandeng tanganku erat saat berjalan ke helikopter.

Gaun pengantin masih melekat di tubuhku dan aku menggulung ekornya agar tidak tersandung.

"Ini kejutan, jadi kita akan tau saat sampai nanti,"

Aku sangat tidak suka dengan kejutan rahasia jika aku tidak termasuk didalamnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status