LOGINHari keberangkatan ka Catla tiba.Ayudhia dan Arlo naik pesawat jet milik Andreas, sedangkan para staff dipesankan kursi kelas satu di pesawat berbeda karena kapasitas kursi pesawat jet milik Andreas terbatas.Duduk di kursi penumpang yang luas dan nyaman, Ayudhia menatap keluar jendela, melihat beberapa pesawat yang terparkir di landasan pacu, menunggu jadwal keberangkatan mereka.“Cemas?”Genggaman tangan Arlo membuat Ayudhia menoleh ke arah suaminya yang duduk di kursi sampingnya. Dia tersenyum melihat tatapan Arlo, setelahnya kepala Ayudhia menggeleng pelan.“Tidak cemas,” balas Ayudhia, “hanya penasaran saja, apa yang harus aku lakukan di sana dan bagaimana kalau aku tak sengaja bertemu dengan wanita itu.”Mengetahui Ayudhia memikirkan soal Cassandra, Arlo mempererat genggaman sambil berucap, “Aku berharap kalian tidak bertemu. Aku tidak mau kalau dia sampai menyakitimu jika tahu kamu adalah putri ayahmu.”Ayudhia tersenyum masam. Dia lalu mengangguk pelan.Andreas dan Steven bar
Ayudhia terkejut mendengar pertanyaan Zahra, tetapi dia tetap berusaha tenang dengan membuat alasan.“Dia tidur dan dirawat pengasuh barunya,” katanya, Ayudhia lalu meraih telapak tangan Zahra, sebelum kembali berkata, “karena itu, cepatlah sehat. Minum obatnya, istirahat yang cukup, jangan lagi berpikiran cemas, apalagi mengkhawatirkanku karena aku baik-baik saja. Begitu nanti kamu sembuh, kamu bisa kembali menggendong putriku.”Mendengar ucapan Ayudhia, Zahra mengangguk-anggukkan kepala cepat.“Saya pasti akan segera sehat, Nona. Saya sudah sangat rindu pada Nona Kecil.”Ayudhia mengangguk pelan, senyumnya begitu getir, ‘Nona Kecil’ yang dimaksud kini ada di hadapannya, tetapi kondisi Zahra membuatnya harus bersandiwara.Setelah bicara berdua, Ayudhia mengantar Zahra ke kamar. Bahkan dia memastikan sendiri Zahra beristirahat dengan tenang, sebelum dia tinggal keluar.“Kondisinya semakin baik setelah mengira kalau kamu mamamu. Tapi itu bagus, setidaknya ada perkembangan dalam pemulih
Saat siang hari.Andreas duduk di teras depan rumah menunggu kedatangan Ayudhia.Saat dia masih terus memperhatikan gerbang rumah, menanti mobil Arlo datang, suara dering ponsel di atas mejanya, membuat Andreas mengalihkan pandangan ke benda pipih itu.Melihat nama William terpampang di layar, ekspresi wajah Andreas berubah datar.“Pak Tua ini, dia pasti ingin menanyakan soal investasi yang kubatalkan,” gumam Andreas.Ingin mendengar apa yang William akan bicarakan, Andreas menggeser tombol hijau sebelum menyentuhkan ponsel di telinganya.“Andreas!” Suara William melengking di seberang panggilan. Andreas sempat sedikit menjauhkan ponsel dari telinga, sebelum kembali mendekatkan dan mendengar William mengamuk.“Apa maksudmu membatalkan semua investasi Haven ke perusahaan Duboist?”Mendengar amukan William dengan ekspresi tenang, Andreas lantas berucap, “Aku punya hak untuk menerima atau membatalkan investasi maupun kerjasama dengan perusahaan mana pun, jika aku menilai tidak akan meng
Di mansion Cassandra.Wanita itu meremat rambutnya, frustasi dengan ancaman yang Andreas berikan.“Kamu benar-benar ingin menyingkirkanku, Andreas? Lihat saja, aku benar-benar akan menghancurkan kalian!” geram Cassandra.Dia berteriak keras untuk melepas beban amarah yang menekan dadanya, saat Cassandra sedang berusaha untuk menenangkan diri, ponselnya berdering dan kini nama sang ayah terpampang di layar.Menjawab panggilan dari sang ayah, Cassandra mendengar suara keras dari seberang panggilan.“Apa, hah? Katakan! Apa yang sudah kamu lakukan?!”Cassandra begitu geram mendengar amukan sang papa tanpa tahu masalah yang terjadi, sehingga Cassandra membalas dengan nada suara tinggi.“Apa? Aku melakukan apa? Selalu saja, ada kesalahan sedikit pun, Papa meluapkan semuanya padaku!”“Kamu masih berani meneriakiku? Kamu berulah apa lagi sekarang, sampai-sampai Andreas membatalkan semua kerjasama dan investasi yang telah diajukan perusahaan kita? Bahkan mereka memblokir perusahaan kita agar t
Di tempat Andreas.Andreas berdiri di depan pintu kamar Zahra, menunggu dokter selesai melakukan terapi pada Zahra.Setelah beberapa saat, dokter akhirnya keluar menemui Andreas dan Zaki yang sudah menunggu di luar.“Apa ada perkembangan?” tanya Andreas.Zaki yang ada di dekat Andreas juga menatap cemas. Dia sangat berharap sang ibu bisa sembuh seperti dulu.Dokter tersenyum mendengar pertanyaan Andreas, lalu dengan sikap tenang, Dokter menjawab, “Ada perkembangan signifikan. Bu Zahra lebih tenang dari sebelumnya, dia bisa diajak bicara walau yang diingatnya masih soal masa lalu. Mungkin karena beliau sempat koma, sehingga Bu Zahra tidak ingat setelah kejadian terakhir yang dialaminya.”Zaki mengembuskan napas lega mendengar balasan Dokter, begitu juga dengan Andreas yang usahanya tidak sia-sia untuk menyembunyikan Zahra.“Tadi, Bu Zahra menanyakan keberadaan wanita bernama Lani, sepertinya kondisinya saat ini ada kaitannya dengan kedatangan wanita ini yang menemuinya,” ucap Dokter la
Henry benar-benar pulang setelah mendengar semua yang Andreas katakan.Setelah penerbangan belasan jam, akhirnya Henry tiba di kota. Melanjutkan perjalanan menggunakan mobil yang menjemputnya, akhirnya Henry tiba di mansion Cassandra.Setibanya di mansion.Langkah cepat Henry langsung tertuju ke arah Cassandra berada, di balkon lantai atas mansion.Saat mencapai balkon, tatapan Henry langsung tertuju pada Cassandra yang sedang duduk menikmati teh. Kakinya berhenti melangkah, dia melihat sang mama menolehnya, senyum wanita itu merekah sempurna.“Henry, Sayang. Akhirnya kamu pulang juga.”Cassandra langsung berdiri dari tempatnya. Kakinya terayun cepat ke arah Henry berdiri, dengan kedua tangan yang terbuka untuk memeluk putranya.Namun, Henry melangkah mundur saat Cassandra hampir memeluknya, membuat Cassandra terkejut dengan tatapan bingung.“Ada apa, Sayang?” tanya Cassandra dengan tatapan bingung.“Aku mau bertanya sesuatu,” kata Henry.Melihat tatapan serius sang putra, senyum Cass







