Share

Chapter 5

Author: Author newbie
last update Last Updated: 2024-12-16 13:09:22

Di pagi hari Adimas datang menemuinya dengan membawa baki berisi makanan lengkap, Karina menerima baki tersebut dan memakan isinya hingga habis tidak tersisa karena ia memang benar-benar sudah sangat kelaparan. Karina begitu diam dan patuh hari ini, padahal Adimas mengira jika Karina akan memberontak lagi dan membuatnya kesal.

"Rin, bantu-bantu ibu yuk di dapur. Ibu bilang dia kangen masakan kamu," bujuk Adimas sambil mengelus lembut rambut Karina.

"Baik mas," sahutnya dengan seulas senyum.

Di dalam hatinya Karina hanya bisa tertawa mendengar kebohongan Adimas, sejak kapan nenek sihir itu bisa merindukannya? bertatap mata saja enggan. Tetapi Karina lebih memilih menuruti ucapan Adimas, karena semuanya harus berjalan sesuai dengan rencananya dan Adimas tidak boleh mengurungnya lagi di tempat ini. Akhirnya Karina bisa terbebas dari gudang pengap itu, saat ia ke dapur keadaan begitu sepi dengan cucian piring kotor yang menumpuk dan bahan masakan yang masih utuh tergeletak di atas meja. Karina kerjakan semuanya satu persatu tanpa mengeluh, sebentar lagi, ia hanya perlu menahannya sebentar lagi.

Saat Karina tengah mengiris sayuran, Alya datang dan melempar piring yang baru saja ia gunakan ke lantai hingga pecah berserakan. Satu sudut bibirnya terangkat sambil mengunyah sepotong apel, lalu ia dengan sengaja menumpahkan susu ke atas meja hingga mengotori taplak meja kesayangan Imah. Lagi-lagi Karina hanya diam sambil membersihkan semuanya, lalu mencuci taplak meja tanpa mengeluh sedikitpun. Alya berdecih kesal, usahanya untuk memancing amarah Karina agar terjadi keributan gagal total.

"Mbak, apa kamu tidak mau berterimakasih kepadaku sedikitpun? kalau bukan karena aku kamu pasti masih dikurung di gudang kotor dan pengap itu."

Karina tetap tidak menggubrisnya, setelah pekerjaannya di dapur selesai Karina pergi membawa alat pembersih lantai ke kamar Adimas. Tujuan pertama yang Karina harus lakukan adalah mengambil buku nikahnya juga dokumen pribadinya di brankas dokumen, setelah itu ia harus mengambil uang tabungannya yang ia simpan di dalam lemarinya. Namun saat ia membuka lemari, semua pakaiannya tidak lagi ada disana dan tabungannya juga sudah hilang entah kemana. Lemari itu kini sudah diisi oleh pakaian dan barang pribadi Alya, seberapa telitipun Karina mencarinya tetap tidak ia temukan dimanapun tabungannya.

"Cari apa mbak?" tanya Alya mengejek, seolah ia sudah tau apa yang Karina cari.

"Dimana tabunganku? kenapa kamu lancang mengisi barangmu ke dalam lemariku!"

Alya tertawa licik, "Mas Adimas bilang semua yang ada disini itu milikku, lagipula uang itu pasti juga dari mas Adimas kan? berarti uang itu juga milikku mbak."

Tangan Karina mengepal erat sampai terlihat memucat, itu adalah uang tabungan hasil jerih payahnya bekerja selama bertahun-tahun. Tidak ada satu rupiahpun uang Adimas disana, karena Adimas tidak pernah menafkahinya dengan layak. Ingin rasanya Karina memberi pelajaran pada wanita jalang ini, tetapi ia tahan sekuat mungkin emosinya demi rencananya. Karina akhirnya bisa mengontrol emosinya, ia tersenyum tipis sambil menatap dingin Alya.

"Baiklah Al, nikmati saja semua hasil curianmu itu. Sampai tiba nanti waktunya kamu akan menyesali semuanya sampai rasanya kamu ingin mati, Alya." balas Karina dengan smirknya.

"Apa maksudmu mbak! Kamu mau mencoba mengancamku, iya?!"

Karina tidak mengindahkan makian Alya, dengan tergesa-gesa ia pergi dari rumah ini hanya dengan membawa dokumen pribadi dan ponselnya. Ia tidak perlu membawa pakaiannya, yang ia perlukan hanya dokumen untuk mengurus perceraian dan semoga semuanya belum terlambat.

"Mau kemana kamu mbak!" pekik Alya saat melihat Karina yang sudah mencapai pagar.

Alya segera menyusulnya dan mencoba menarik Karina masuk kembali ke dalam rumah tetapi usahanya gagal, tenaga Karina jauh lebih kuat dan terlebih lagi Alya sedang hamil muda. Sebenarnya ada bagusnya juga Karina pergi dari rumah ini, jadi hanya ia yang akan menjadi satu-satunya istri Adimas.

**********

Sesampainya di gedung perkantoran milik keluarga Bimantara, Karina masuk seperti orang yang tidak waras dan menabrak apapun yang ada di hadapannya. Karina datang dalam keadaan berantakan dan juga beberapa memar di tubuhnya, hingga ia menjadi pusat perhatian orang-orang. Ucapan yang terus keluar dari mulutnya hanyalah ia mencari keberadaan Kaivan kepada setiap orang yang ia lewati, Karina sudah mencari keberadaan Kaivan di seluruh sudut kantor, namun tidak kunjung ia temukan keberadaannya. Sampai akhirnya Karina pasrah, ia menangis terisak sambil bersimpuh di depan lobby kantor karena rencananya gagal. Wajahnya terbenam di lututnya yang ia tekuk, ia harus pasrah menerima jalan hidupnya yang pahit setelah ini di rumah keluarga Guntara.

"Ada apa mencariku?" suara langkah sepatu terdengar mendekat ke arahnya dengan suara berat seorang pria.

Karina mendongakkan kepalanya, kini Kaivan ada di hadapannya dan Karina langsung merangkak bersimpuh di bawah kakinya. Kaivan menyentuh lembut wajah Karina yang penuh memar, ia hapus air mata Karina dengan sapu tangannya.

"Aku setuju menikah denganmu, tolong nikahi aku, aku mohon."

Satu sudut bibir Kaivan terangkat, "Apa kamu bersedia melakukan apapun yang aku inginkan jika aku menikahimu?"

"Ya, apapun! asal aku bisa terbebas dari suamiku dan aku bisa membalas semua yang sudah mereka perbuat padaku!"

"Setuju,"

Kaivan mengulurkan tangannya pada Karina untuk membantunya bangkit dan membawanya masuk ke dalam mobil, entah kemana Kaivan akan membawanya yang jelas Karina merasa ia lebih aman bersama Kaivan. Karina akhirnya bisa bernafas lega, ia tidak akan lagi tersiksa di rumah itu.

"Apa yang kamu bawa?" tanya Kaivan, perhatiannya teralihkan pada amplop coklat di tangan Karina.

"Ini dokumen pribadiku dan buku nikahku dengan Adimas, aku berniat mengurus perceraian dengannya."

"Serahkan itu kepadaku, biar aku yang urus semuanya."

Karina menyerahkan amplop itu kepada Kaivan, lalu menceritakan apa saja yang terjadi setelah pertemuan mereka di bar sampai ia berakhir menyedihkan seperti ini. Setelah mendengar cerita Karina, Kaivan terlihat mengetik pesan singkat di ponselnya dan setelah itu ia menghubungi salah satu anak buahnya.

"Cari tau apapun soal keluarga Guntara, aku sudah mengirim foto dan alamat rumah mereka padamu." titahnya.

"Apa yang akan kamu lakukan pada mereka, Kai?" tanya Karina.

"Melakukan hal yang pantas didapatkan oleh orang-orang jahat seperti mereka,"

*********

"Kenapa kamu biarkan dia pergi!" bentak Adimas pada Alya.

"Dia mau pergi, kenapa aku harus melarangnya? lagipula kamu masih memiliki aku mas yang sedang mengandung anakmu,"

Adimas menarik nafas berat dan mengacak rambutnya karena frustasi, memang ia masih memiliki Alya dan calon bayi mereka, tetapi ia juga belum siap kehilangan Karina. Adimas tidak tau harus mencarinya kemana lagi, sudah semua tempat ia datangi tetapi tidak ada satupun yang mengetahui keberadaan Karina.

"Sudahlah, Mas. Biarkan saja wanita tidak berguna itu pergi, lagipula ibu lebih suka Alya yang ada disini daripada dia, dia cuma aib untuk keluarga Guntara karena kemandulannya." celetuk Imah.

Adimas akhirnya pasrah, jika ibunya sudah mengatakan demikian maka ia harus menurutinya, karena baginya kebahagiaan ibunya di atas segalanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 63

    Delapan tahun kemudian... "Mama!!" Seorang anak laki-laki berlari menghampiri Karina lalu memeluknya erat seolah mereka sudah lama tidak bertemu, sedangkan di belakangnya seorang gadis kecil acuh tak acuh berjalan melewati mereka berdua begitu saja. Aryan dan Arsyla, dua anak kembar yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang dengan keunikan mereka masing-masing. Aryan yang memiliki wajah Kaivan namun sifatnya mirip Karina, sedangkan Arsyla memiliki wajah Karina namun sifatnya sangat dingin seperti Kaivan. "Ma, Aryan mau eskrim." "Aryan sudah makan eskrim ma, jangan dibelikan lagi." sahut Arsyla yang tengah sibuk memainkan video gamenya. "Bohong ma!" "Aku tidak bohong! Aryan, gigi kamu sudah ompong karena terlalu banyak makan eskrim. Aku malu punya saudara kembar jelek seperti kamu!" "Ma.." rengeknya dengan bola mata berkaca-kaca. "Oke mama belikan, tapi Aryan harus mau kalau mama ajak ke dokter gigi. Setuju?" Aryan mengangguk cepat dengan senyum lebar

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 62

    "Kami turut berduka atas meninggalnya nona Agatha, tuan Kaivan." Kaivan hanya mengangguk pelan, ia tidak memalingkan sedikitpun pandangannya dari makam Agatha. Satu persatu orang-orang mulai pergi, hanya ia yang tetap disini entah sampai kapan. Kacamata hitam selalu terbingkai di wajahnya, untuk menutupi kesedihannya dari semua orang juga untuk menjaga perasaan Karina. Hampir satu minggu ini, hujan selalu turun bahkan sekarang pun rintik hujan mulai membasahi tanah makam. Dua langkah dibelakangnya, Karina menunggunya dengan sabar meskipun ia juga sudah lelah. Ia lelah melihat Kaivan terus larut dalam kesedihannya, tetapi ia juga tidak tau bagaimana harus menyampaikan rasa lelahnya. Karina maju mendekati Kaivan, payung yang ia pegang ia gunakan untuk menutupi tubuh Kaivan dari hujan yang mulai deras. "Pulanglah Karina, kamu akan sakit jika terus berada disini." Entah sakit apa yang Kaivan maksud, jika itu soal hati Karina sudah sakit sejak kemarin. "Tidak, kita akan pulang bers

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 61

    "Oh God! are you nuts?!" Dua pasangan muda itu terkejut setengah mati saat Kaivan tiba-tiba masuk ke kamar, saat mereka tengah bersenang-senang. Kaivan tidak memperdulikan ocehan mereka, ia duduk di sofa yang menghadap ke jendela dan menampilkan pemandangan ratusan cahaya lampu ibukota. Arkana akhirnya menyuruh wanita itu pergi karena ia lihat Kaivan tidak akan pergi dari kamarnya, juga karena tatapan Kaivan yang terlihat putus asa. "Ada apa?" "Apa kamu sudah pakai celana dalam?" tanya Kaivan balik. "Apa pedulimu aku sudah pakai celana dalam atau belum! ah, sial! kamu merusak malam indahku," Kaivan tertawa pelan, lalu memantik cerutu milik Arkana yang tergeletak di atas meja. Ia sesap cerutu itu dan membiarkan asap berputar di wajahnya, setiap hembusannya membuat sesak di dadanya sedikit teratasi. Meski belum benar-benar membuatnya lega, setidaknya ia bisa sedikit rileks. "Apa aku salah jika memberikannya kenyataan daripada sebuah harapan palsu?" "Apa yang kamu ka

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 60

    Agatha menatap cahaya yang masuk ke dalam celah selnya, dengan tatapan kosong dan penampilan yang terlihat sangat berantakan. Agatha yang begitu cantik, berubah begitu menyedihkan hanya dalam beberapa hari. Setiap kali ia memejamkan mata, yang terlintas di dalam mimpinya hanyalah sebuah kilasan yang menakutkan. Darah, teriakan kesakitan, bahkan cacian yang membuat dirinya akhirnya takut untuk tertidur. Kantung mata yang terlihat menghitam, juga mulut yang terus menggumam pelan entah mengatakan apa. Satu tangannya terangkat dan menampilkan cincin yang berkilau terbias cahaya, ia tersenyum sambil menatap cincin itu lalu menciumnya. "Aku tau, kamu pasti akan datang." ujarnya sambil menatap kembali cincin itu dengan binar di matanya. ******* Bandara Paris-Charles de Gaulle, Berkat bantuan Arkana, Kaivan akhirnya bisa lebih cepat sampai di Perancis untuk menolong Agatha. Sebenarnya Arkana enggan menolongnya, tapi Karina terus merengek dan memintanya untuk menolong Kaivan, mau ti

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 59

    "Maaf tapi saya belum bisa menerima ini, saya juga tidak tau apakah harta ini ada sebagian milik anggota keluarga Renjana yang lain atau tidak." Karina mengembalikan surat warisan yang belum ia tandatangani, pengacara itu terlihat menarik nafas panjang karena lelah membujuk Karina. Ia sudah terlanjur menerima uang bayaran lunas dari almarhum Yudhana, uangnya juga sudah terpakai habis jadi tidak mungkin untuknya mengembalikan uang tersebut. Kantornya belakangan ini mengalami penurunan klien, sedangkan ia harus membayar gaji karyawan dan kebutuhan lainnya. Jika bukan karena Yudhana, ia pasti sudah pailit sejak kemarin. "Nona, tapi saya sudah dibayar oleh mendiang tuan Yudhana agar nona menandatangani ini." "Jika anda ingin saya menerima ini, silahkan anda temui seluruh anggota keluarga Renjana dan tanyakan, apakah ada hak mereka di harta ini." "Dan harus ada bukti jika tidak ada hak mereka di dalam harta ayahku." sambungnya mengusulkan. Itu bukan persyaratan yang mudah, tap

  • Pernikahan Kontrak Tuan Muda   Chapter 58

    "Kau sudah berjanji akan menyelesaikannya Cindy! lalu kenapa dia masih bisa berjalan dan mempermalukan adikku!" bentak Nathan, ia menghardik Cindy cukup keras sampai menabrak lemari penyimpanan tiara. Nathan memutar gelas champagne di tangannya, ia benar-benar kehabisan ide untuk menyingkirkan Agatha dari keluarga Van Blair. Wanita itu sangat gigih, ia tidak goyah sedikitpun meski sudah diterpa banyak masalah. Dan masalah terakhir yang ia buat kemarin, ternyata tidak membuat Agatha hancur sedikitpun bahkan Agatha kembali seolah tidak terjadi apapun padanya. Sebenarnya semua usaha Agatha tidak ada gunanya mau sekeras apapun ia mencoba, karena tidak ada satupun anggota keluarga Van Blair yang menerimanya. Bahkan Dewangga pun tidak menerimanya sebagai anak, Dewangga hanya mengakuinya sebagai sebuah kesalahan. Kesalahan yang ia buat saat dalam keadaan mabuk, cinta satu malam saat hubungannya dengan ibunya Nathan sedang renggang. "Saya sangat yakin jika kemarin Agatha benar-benar terp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status