Hampir tengah malam, mobil mereka tiba di Apartemen.
Arpha segera pergi ke kamarnya setelah memastikan mereka masuk ke dalam Apartemen. Membanting tubuhnya di kasur untuk melepaskan penat. Lelah badan dan pikiran akibat terlalu andil dalam masalah bosnya. Arpha bisa bernafas lega sekarang. Satu masalah sudah selesai Meskipun harus dengan main sandiwara.Tapi ada yang mengganggu pikirannya. Nyonya besar dan Nona Shela sudah tau atau curiga dengan pernikahan mereka?Bagaimana mereka bisa mengetahuinya? Ah, bisa kacau sebelum waktunya!Arpha hanya bisa berharap, Pernikahan mereka akan bisa berubah arah.Tidak lagi dengan status pernikahan kontrak. Dia berharap begitu. Ini akan meringankan pekerjaannya.Hanzero sudah mengantar Arumi ke depan kamar. Membukakan pintu untuk Arumi."Terimakasih Tuan.""Tidak masalah. Seharusnya aku yang berterima kasih. Kau sudah banyak membantuku malam ini.""Ah tidak juga. Aku punya hutang begitu banyak padamu. Sepertinya ini belum terasa lunas."Kau benar! Hutangmu sangat banyak! Seharusnya kau menggantinya dengan seumur hidupmu. Baru itu bisa lunas!"Tuan…""Oh, ya. Selamat beristirahat." Hanzero gugup dihadapan Arumi."Iya. Tuan juga beristirahat lah. Tidak ada lagi yang membuatmu khawatir bukan?""Tentu saja. Aku sudah lega sekarang. Ah baiklah. Aku pergi." Hanzero memutar tubuhnya.Lalu melangkah dengan masih sesekali menoleh ke arah pintu Arumi yang sudah tertutup.Di dalam, Arumi melepas semua gaunnya. Dia kesusahan tanpa bantuan dari siapapun. Walau akhirnya bisa melepasnya dengan susah payah. Arumi terlihat lelah.Selesai mencuci wajah dan bersih bersih yang lain, Arumi segera menghempaskan tubuhnya di atas Ranjang. Dia melamun sebentar, menatap langit langit."Aku tidak pernah bermimpi, akan menikah dua kali dalam hidupku. Lebih tidak pernah membayangkan menjalani pernikahan kontrak hanya demi menebus hutang."Arumi kembali teringat Bryan, kembali mengumpat Bryan. Namun itu tak bertahan lama. Matanya pelan pelan terpejam dan akhirnya terlelap sudah. Menembus alam mimpi tanpa beban.Lain yang terjadi di kamar Hanzero.Pria itu kelimpungan. Menatap sedih Ranjang besar miliknya. Tanpa adanya Bunga atau tanda tanda jika ini adalah kamar sang pengantin baru seperti yang dikatakan pada ibunya tadi.Dia baru saja menikah, tapi kenapa tidak ada perubahan? Tidur masih sendiri.Mana malam pertama yang ia impikan dulu? Mana masa bulan madu yang katanya indah?Ah! Hanzero hanya bisa menjerit dalam hati. Vanya keparat!"Arumi." Bibir yang tadi memaki itu kini tersenyum senyum sendiri.Lalu tiba tiba wajahnya memerah tak jelas."Masa iya aku jatuh cinta pada wanita itu sih? Murahan amat aku? Baru mengenalnya. Mana dia sudah pernah menikah.""Tapi, bukankah wajar aku jatuh cinta padanya. Dia sangat manis dan cantik. Begitu anggun dan lembut. Mama dan Shela, bahkan Arpha saja sepertinya langsung menaruh hati padanya.""Apa aku juga begitu?"Hanzero masih membolak balikkan tubuhnya. Tampak begitu resah. 'Apa Arumi sudah tidur ya?' Dia ingin mengintip.'Murahan Sekali aku!' kembali mengurungkan niatnya.Lalu mau tidak mau, memaksakan diri untuk terpejam.Pagi sudah menyisih jauh, Matahari sudah terlihat lebih tinggi.Arpha sudah tidak ada di tempatnya. Ke kantor tanpa membangunkan Hanzero. Sengaja.Arpha Sekretaris yang pengertian, ingin membiarkan masa masa bulan madu Tuannya agar tidak terganggu pekerjaan kantor yang menumpuk. Haha… Bulan Madu?Arpha terkekeh. Bukan,bukan itu sebenarnya. Lebih kepada membiarkan Tuannya beristirahat dahulu, dan… siapa tau bisa lebih dekat dengan Arumi.Hanzero mulai terlihat bergerak, hidungnya mencium sesuatu yang membuat perutnya berbunyi.Netranya memicing sebelah untuk mengintip.Kepulan asap terlihat berasal dari meja yang tak jauh dari Ranjangnya. Hanzero melongok untuk memastikan.Wah! Segelas susu hangat dan Sandwich sudah berada disana.Hanzero kini menarik tubuhnya untuk duduk."Siapa yang menyiapkan ini? Apa mungkin Arpha?" Baru saja hendak menjajakkan kakinya di lantai. Pintu kamar mandi terbuka. Seorang wanita cantik alami tanpa makeup tersenyum ke arahnya."Tuan Hanz.. Kau sudah bangun?"Hanzero masih terpana, setengah sadar atau tidak dia hanya mengangguk."Aku sudah menyiapkan air hangat untuk Tuan mandi. Silahkan."Hanzero mulai tersadar, jika wanita itu adalah Arumi. Istrinya bukan? Wanita yang baru dia nikahi semalam!"Dan sarapan Anda di atas meja. Kalau begitu Aku permisi." Arumi melangkah dahulu mengambil pakaian kotor Hanzero dan bergegas keluar."Arumi." Hanzero memanggil membuat Arumi menghentikan langkahnya dan menoleh."Iya Tuan. Apa ada pekerjaan lain?"Hah? Apa ada pekerjaan lain katamu? Aku ini suamimu. Harusnya kamu menemaniku sarapan. Bukan malah meninggalkan aku!"Tuan.""Eh, tidak. Emm.. Dimana Arpha?" Lah.. pertanyaan Hanzero menyimpang dengan apa yang baru saja di otaknya tadi."Tuan Arpha sudah pergi ke kantor. Dia hanya berpesan agar Tuan Hanz beristirahat saja. Dan berpesan agar aku menjaga anda." Jawab Arumi.Itu? Cerdas Sekali Arpha. Dia menyuruhmu menjaga ku Arumi! Maka kemarilah dan sarapan bersamaku.Ingin sekali Hanzero mengatakan itu. Tapi lidahnya kelu. Lagi lagi hanya mengangguk, memandangi pintu yang telah ditutup oleh Arumi.Hanzero mendengus, kemudian melangkah ke kamar mandi.Di Rumah Utama.Mama menghampiri Shela dengan pakaian rapi dan menjinjing tas tangan."Mama mau kemana?" Tanya Shela."Antar Mama ke Apartemen Hanz." Jawab Mama."Mama kangen sama menantu Mama itu ya?" Goda Shela."Mama ingin menyelidikinya. Apakah mereka itu benar benar saling mencintai atau informasi yang kita dapat itu benar adanya. Jika mereka hanya kawin kontrak. Ayolah Shela. Bukankah kau juga penasaran dengan Arumi. Kita harus menyelidiki siapa Arumi sebelum Hanzero kembali terjebak dalam cinta yang tidak bermutu." Oleh Mama.Shela pun setuju. Dengan semangat dia pun bergegas mengikuti langkah kaki Mamanya ke mobil."Nanti disana kita jangan baik baik sama wanita itu Mam." Ucap Shela."Ya. Kita akan sedikit memberikan pelajaran agar wanita itu tau jika keluarga Hanzero tidak bisa diremehkan." Jawab Mama."Bagus!"Hari sudah beranjak menjelang sore.Arumi sibuk di dapur untuk memasak dengan bahan bahan yang ia dapat dari seorang pelayan yang sudah mengantarnya. Itu pasti atas suruhan Arpha. Arumi berniat membuat makan malam untuk Hanzero, dirinya dan sekaligus untuk Arpha. Arumi asyik memasak sampai tak sadar memasak begitu banyak.Sekarang dia memandangi meja yang sudah penuh dengan masakannya."Siapa yang mau memakannya?" Arumi berpikir demikian sambil menggaruk kepalanya sendiri.Hanzero juga belum tentu mau menyentuh masakannya.Ah, tidak masalah. Jika tidak termakan boleh di bungkus untuk dibagikan kepada para pemulung. Itu pikiran Arumi.Sekarang dia melangkah ke kamar Hanzero untuk mencoba menawarkan masakannya.Baru saja melangkah, Arumi menoleh ke arah tangga saat mendengar derap langkah kaki."Mama! Kak Shela!" Melihat dua wanita itu sudah berjalan ke arahnya, Arumi langsung berlari menyambut.Arumi segera menyambut tangan mereka dan menciumnya secara bergantian. Mama tersenyum hangat sementara Shela membuang muka."Kenapa tidak bilang dahulu jika akan kemari?" Tanya Arumi."Bagaimana mau bilang? Nomor Hanz tidak aktif. Nomor mu , mana kami punya!" Sahut Shela ketus.Baru saja Arumi ingin mempersilahkan mereka, Mama sudah menoleh ke arah meja. Hidungnya langsung mencium bau wangi makanan. Mama segera kesana diikuti Shela dan Arumi juga mengikuti Mereka."Makanan sebanyak ini. Siapa yang buat?" Tanya Mama. Langsung menyendok salah satunya dan mencicipi."Saya Ma."Mama langsung terbelalak. "Kamu..Kamu sendiri yang memasak ini semua sendiri?""Iya. Apa enak Ma?"Mama menyenggol Pinggang Shela. "Ku harus mencicipinya. Masakan wanita ini benar benar nikmat." Bisik Mama."Masak sih." Shela belum percaya, lalu ragu ragu untuk menciduk.Matanya seketika membulat sempurna. Tapi dia belum berkomentar dan menciduk masakan yang lain untuk memastikan."Wah! Makanan Mama lewat!"_______Mama terlihat tersenyum. 'Wah ternyata menantuku pintar memasak. Jika begini tidak khawatir Hanz akan kelaparan.hehehe' tanpa sadar memuji dalam hati."Kalau begitu kita makan malam bersama saja ya Ma, kak Shela. Biar aku memanggil Tuan Hanz dulu." Ucap Arumi."Tuan?" Dua wanita itu seketika menoleh.Arumi langsung tersadar dan menutup mulutnya. "Maksudnya, Mas Hanz." Hehe, Arumi keceplosan.Mama dan ka Shela mengangguk secara bersamaan. Arumi pun cepat cepat berlalu dari dapur pergi kekamar untuk memanggil Hanzero."Ma. Jangan lupakan tujuan kita kesini!" Ucap Shela memperingatkan. Walaupun begitu ia begitu kagum pada Arumi.Ceklek..Arumi membuka pintu kamar,terlihat Hanz masih tertidur pulas disana. Sebenarnya Hanz sudah terbangun saat mencium bau masakan tadi,hanya saja ia pura pura tidur saat mendengar seseorang membuka pintu kamarnya."Tuan. Apa anda belum bangun?" "Emm.." Hanzero pura pura menggeliat."Kenapa?" Menoleh pada Arumi."Ada Mama dan Kak Shela disini.""Hah.. Mama d
____Makan malam telah usai. Arumi terlihat sibuk membereskan bekas makan mereka. Mama ingin membantu, tapi Arumi mencegah. Lalu Shela akhirnya turun tangan untuk membantu. Sementara Hanz mengajak Mama ke ruang tengah.Mengobrol ringan disana sambil sesekali Mama masih menyindir Malam pertama mereka.Shela menyusul setelah selesai membantu Arumi. Kemudian Arumi juga dengan membawa cemilan.Nampak seperti Keluarga Bahagia sebagaimana mestinya. Hanz duduk menempel tubuh Arumi. Wanita itu terasa risih, menggeser sedikit duduknya. Tapi lagi lagi Hanzero menarik pinggangnya agar menempel lagi. "Jangan membuat Mama curiga." Hanzero berbisik.Mau tidak mau, Arumi hanya bisa menurut. Apalagi ketika Hanzero sesekali mengangkat dagunya, mencium pipinya kadang juga Singgah ke bibirnya. Arumi mengeram. Tapi lagi lagi Hanzero berbisik, "Biar Mama tidak curiga."Huh! Arumi hanya bisa pasrah. Sambil mengumpat dalam hati. 'Lihat setelah ini! Aku akan menuntut mu Tuan Hanz!'"Ah, Mama pergi ke Toilet
Setelah selesai berkemas Arumi menyeret kopernya ke luar kamar,sebelum itu ia masuk ke kamar Hanz untuk melihatnya apa sudah selesai berkemas.Melihat pintu kamar Hanz yang sedikit terbuka Arumi masuk tanpa mengetuk pintu." Tuan. Apa sudah selesai?" tanya Arumi menghampiri Hanz.Hanz yang sedang mengambil pakaiannya dari lemari menghentikan sejenak aktivitasnya. Menengok ke arah Arumi yang berdiri tak jauh darinya." Sudah, tinggal ini doang" mengacungkan baju yang baru saja diambilnya dari lemari. Setelah selesai memasukan bajunya ke dalam koper Hanz berjalan mendekati Arumi sambil membawa kopernya."Nanti di rumah Mama,jangan bikin mereka curiga. Ok!" bisik Hanz pada Arumi." Tapi tuan…"" Ikuti saja permainannya atau kamu mau balikin uang saya sekarang!" Lagi lagi Hanz mengeluarkan jurusnya agar Arumi menurut.Arumi yang kesal mengerucutkan bibirnya,Ia berjalan keluar kamar Hanz dengan perasaan kesal.' Ih ngeselin banget sih! Pasti nanti disana dia curi curi kesempatan lagi deh. H
Hanzero membawa Arumi memasuki kamarnya. Rupanya benar kata Mama jika kamar ini sudah dirias layaknya kamar pengantin.Kamar dengan nuansa putih itu dihiasi dengan banyak bunga bertaburan,di penuhi dengan lilin lilin yang menyala menjadikan kamar ini sangat romantis bagi pasangan yang menikah sungguhan.Saat melangkahkan kakinya masuk, Arumi dibuat terkagum kagum. ' Ya ampun. Kamar ini benar benar dihias layaknya kamar pengantin. Ah…' Arumi tersenyum, untung Hanz tidak melihat sampai Arumi tersandar.'Stop Arumi! Kamu jangan terbawa suasana. Kamu menikah hanya karena hutang ingat itu!' Arumi memperingati dirinya sendiri.' Andai pernikahan ini beneran. Suasananya mendukung buat belah duren. Hehehe..' batin Hanz dengan tersenyum simpul tanpa ia sadari.Hanz berjalan mencari saklar untuk menyalakan lampu." Kamu mau istirahat apa bersih bersih dulu?" Tanya Hanz pada Arumi yang masih berdiri mematung."Rum!" panggil Hanz sekali lagi."Ah..ia ada apa tuan?" Tersadar dari lamunannya."Ke
Arumi gelagapan pastinya. Cepat bergerak untuk bangun. Tapi tangan Hanzero malah melingkar ke pinggangnya dan menahan tubuhnya. Posisi Arumi berada tepat di atas tubuh Hanz dengan wajah yang hanya sejarak satu jari."Tu-Tuan.." Arumi mencoba memanggil dengan menahan tubuhnya dengan kedua tangannya."Emm.. Diamlah Sebentar saja." Matanya terpejam.Apa dia sedang bermimpi? Duga Arumi."Tuan… Lepas!" Arumi berusaha berontak."Emm.. Aku dingin." Hanz kembali mengigau. Malah menarik kepala Arumi agar di dadanya.Arumi bisa merasakan jantung pria itu berdebar sangat keras, sama hal dengan jantungnya saat ini. Arumi sekarang memukul mukul lengan Hanzero."Tuan.. Sadarlah!"Beruntung Hanz langsung terbangun dan membuka mata."Astaga!" Hanzero langsung melepaskan tubuh Arumi yang langsung bangun dan menjauh. Berdiri di sisi Ranjang dengan wajah begitu memerah.Hanzero bangun dan duduk. Mengusap wajahnya berkali kali lalu melirik Arumi yang menunduk."Ma-maafkan aku. Aku.. aku bermimpi. Sungguh
Setelah kepergian Hanz.Arumi masuk kembali kedalam rumah.Arumi berjalan memasuki ruang tamu yang dimana Shela sedang memperhatikannya.Arumi tersenyum.Menyapa Shela"Selamat pagi Kak." ucapnya ramah."Hem!" Shela menjawab dengan nada di buat sesinis mungkin.Shela pura pura sibuk dengan Handphone nya." Em. Kak aku tinggal ke kamar Mama dulu ya. Tadi aku udah janji mau pijit kakai Mama lagi"' Em.cari perhatian sekali dia.Awas aja kalau sampe aku tau ke kamu bukan wanita baik baik. Aku tidak akan membiarkan kamu masuk lebih dalam kedalam kelurga ini' batin Shela yang masih ingin mencari tau tentang Arumi. Bukan tak menyukai Arumi hanya saja Shela berjaga jaga agar kejadian dengan Vanya tak terjadi lagi."Silahkan!" jawab Shela datar. Arumi berjalan menaiki anak tangga karena memang semua kamar berada di lantai atas. Kecuali kamar tamu dan kamar pelayang berada di lantai dasar.Sampai di depan kamar Mama.Arumi berhenti sejenak menenangkan detak jantungnya.Arumi gugup takut nanti Mama ber
Arpha berjalan memasuki kantor dengan sejuta pesonanya.Banyak para karyawan yang mengagumi bos dan asistennya itu. Karena memang wajah mereka yang tampan dan juga mempesona tapi mereka sangat tegas dalam hal apapun.Kini Arpha memasuki lift menekan tombol angka lima dimana ruangan CEO.Tring..Tak butuh waktu lama pintu lift terbuka.Arpha keluar,berjalan menuju ruangan Hanz.Tak perlu waktu lama untuk Arpha sampai di ruangan Hanz.Tok..Tok.."Masuk!" teriak Hanz dari dalam.Arpha membuka pintu,melangkahkan kakinya memasuki ruangan Hanz."Ini tuan. Handphone keluaran terbaru yang tuan pesan" Arpha menyimpan paper bag di atas meja kerja Hanz.Hanz meraih paperbag. Mengeluarkan isinya.Satu buah ponsel keluaran terbaru sudah ada di tangannya.Hanz tersenyum puas.' Arumi pasti senang dengan hadiah ini' batinya. Tanpa Hanz sadari bibirnya mengulas seutas senyum."Kau memang hebat Arpha selalu mengerti apa yang aku mau!" Ucap Hanz menepuk nepuk pundak Arpha." Terimakasih tuan.""Em.kamu boleh
"HAaaaaaaaa" Arumi berteriak. Dengan spontan Arumi memegang dadanya dengan satu tangan dan tangan yang yang sebelahnya memegang handuk bagian bawahnya.Hanz yang mendengar teriakan Arumi pun ikut terkejut.Hampir saja ia loncat karena kaget.Tanpa bicara Arumi berlari masuk kembali ke kamar mandi." Astaga untung saja tapi cepet liat,kalau enggak!" Arumi bergidik ngeri membayangkan tadi jika buka handuk di hadapan Hanz. Kesal. Tentu!Dengan cepat Arumi mengenakan pakakiannya.Berbeda dengan Hanz.Ia tersenyum smirk melihat reaksi Kayla.' Em.padahal tadi pemandangnya indah.Coba dia gak balik badan pasti_' Hanz geleng geleng kepala saat pikirannya mulai liar."Wah pasti pencak silat nih dia nanti. Mending kabur ah…!" Hanz berbicara sangat pelan mungkin yang bisa hanya dia sendiri. Sebelum pintu kamar mandi terbuka Hanz segara bagun dan buru buru berjalan keluar.Setelah memastikan berpakian lengkap Arumi yang sudah kesal ingin sekali mengomeli Hanz.Arumi dengan cepat membuka pintu kamar