Share

Bab 8. Mencari Kesempatan dalam Kesempitan

Mama terlihat tersenyum. 'Wah ternyata menantuku pintar memasak. Jika begini tidak khawatir Hanz akan kelaparan.hehehe' tanpa sadar memuji dalam hati.

"Kalau begitu kita makan malam bersama saja ya Ma, kak Shela. Biar aku memanggil Tuan Hanz dulu." Ucap Arumi.

"Tuan?" Dua wanita itu seketika menoleh.

Arumi langsung tersadar dan menutup mulutnya.

"Maksudnya, Mas Hanz." Hehe, Arumi keceplosan.

Mama dan ka Shela mengangguk secara bersamaan. Arumi pun cepat cepat berlalu dari dapur pergi kekamar untuk memanggil Hanzero.

"Ma. Jangan lupakan tujuan kita kesini!" Ucap Shela memperingatkan. Walaupun begitu ia begitu kagum pada Arumi.

Ceklek..

Arumi membuka pintu kamar,terlihat Hanz masih tertidur pulas disana. Sebenarnya Hanz sudah terbangun saat mencium bau masakan tadi,hanya saja ia pura pura tidur saat mendengar seseorang membuka pintu kamarnya.

"Tuan. Apa anda belum bangun?"

"Emm.." Hanzero pura pura menggeliat.

"Kenapa?" Menoleh pada Arumi.

"Ada Mama dan Kak Shela disini."

"Hah.. Mama dan kak Shela?" Hanzero langsung bangun.

"Aduh! Ngapain mereka Kemari? Mereka pasti mencurigai kita. Kau harus bisa berhati hati Arumi. Jika tidak, mereka akan curiga."

Arumi hanya mengangguk.

"Kebetulan aku memasak banyak. Jadi aku mengajak mereka sekalian makan malam. Tidak apa apa ya?" Tanya Arumi.

Wah! Kau benar benar menantu idaman Mama Arumi. Ya Tuhan!

Hanzero gemes sendiri.

"Tuan."

"Eh, iya. Tidak apa apa. Aku mandi dulu dan langsung menyusul. Kau duluan."

Arumi mengangguk.

"Apa mau mandi air hangat?" Arumi menawari.

"Tidak usah. Aku ingin mandi air dingin saja."

"Ah baiklah. Aku akan menyiapkan ganti untuk mu." Arumi berjalan mengulurkan handuk, lalu menghampiri Lemari.

Hanzero sungguh merasa Bahagia. Rupanya begini rasanya punya Istri. Hihi.. Hatinya bersorak.

Setelah menyiapkan ganti untuk Hanzero, Arumi pun kembali menemui Mama dan Kak Shela di meja makan.

"Mana suamimu?" Shela langsung bertanya.

"Em.. Mas, mas Hanz Mandi sebentar kak. Tidak apa apa kan menunggunya sebentar?"

Kedua wanita itu mengangguk, dan

Kesempatan ini tidak di sia sia kan oleh shela untuk mencari informasi tentang Arumi dan pernikahan ini.

"Emmm..bagaiimana malam pertama kalian? Pasti menyenangkan bukan?" tanya Shela. Tentu saja pertanyaan Shela membuat Arumi tak tau harus menjawab apa. Tapi ia harus pura pura menjadi pengantin sungguhan yang menjalankan ritual malam pertama.

' Aduh harus ngomong apa ini. Tuan Hanz mana lagi mandi lama banget. Ayolah tuaan cepat keluar! Saya takut salah bicara' Arumi menjerit dalam batinnya.

Dengan wajah yang sudah memerah karena malu akhirnya Arumi memaksakan dirinya untuk menjawab pertanyaan kakak iparnya itu.

"Alhamdulillah kak." ucapnya lirih karena malu. Ia pun tak berani menatap Mama maupun ka Shela.

' Maafkan Arumi sudah berbohong'

"Hah… serius kamu?" tanya mereka bersamaan. Seakan tak percaya dengan apa yang mereka dengar.

"Jadi kalian sudah…" belum lagi perkataannya selesai sudah dipotong Hanz.

"Sudah apa Ma?" tanya Hanz, ia melirik Arumi yang sedang menunduk dan meremas jari jari tangannya.

Hanz sudah menduga kedatangan Mama dan kakaknya kesini tujuannya untuk mengintrogasi Arumi.

' Huhh…untung nongol juga tu orang'

" Heehee…tidak apa apa Hanz. Mama cuma bertanya bagaimana dengan malam pertama kalian."

"Mama nih kepo sekali. Mana mungkin aku melewatkan malam pertama ku dengan wanita yang paling kucintai ini." Tanpa diduga Hanzero meraih tengkuk Arumi dan mencium Arumi. Tak tanggung-tanggung, dia melumat bibir Arumi yang tanpa persiapan itu. Arumi gelagapan tentunya. Tapi tangan Hanz mencekal tangannya seperti sedang memberinya kode halus.

"Yang semalam, kau senang kan sayang.." Hanzero melepas ciumannya dan menatap wajah Arumi yang sungguh memerah.

Kenapa harus cium beneran? Arumi rasanya ingin menonjok Hanzero. Tapi, dia mana berani. Apalagi dua wanita di depannya itu terus memelototi aksi Hanzero.

Arumi tidak bisa berkata apapun selain memerah wajahnya. Antara menahan malu dan kesal. Dia mengusap bibirnya yang basah karena Hanzero. Itu semakin membuat Hanzero semakin gemas dan tanpa sadar mencium kembali bibir merekah itu.

"Sudah! Kenapa tidak tau malu!" Arumi tidak tahan dan mendorong tubuh Hanzero. Tentu Hanzero terkejut dengan kelakuannya dan hampir meminta maaf. Untung dia cepat tersadar jika sedang berakting.

"Kenapa harus malu sayang. Mereka juga sudah pernah menjadi pengantin baru."

"Kau bahagia kan sayang… menikah denganku?" Tangannya meremas pinggang Arumi dan berbisik. "Jangan membuat mereka curiga."

Arumi sangat kesal.

'Kau mencari kesempatan!' makinya dalam hati. Tapi bibirnya terpaksa tersenyum.

"Tentu saja aku bahagia sayang."

Sedangkan Mama dan kak Shela,hanya diam dengan mulut terbuka dan mata melotot menyaksikan adegan didepan mereka.

"Ah ya baiklah. Istriku rupanya sudah memasak begitu banyak. Wah wah wah .. Apa kau tau kalau Mama dan Kak Shela akan kesini Arumi? Lalu kau sengaja memasak begitu banyak untuk menyambut mereka?" Tanya Hanzero,kini menarik kursi untuk duduk disamping Arumi.

Arumi menggeleng. "Aku tidak tau jika Mama dan Kak Alya akan kesini. Dan ini, aku juga tidak tau kenapa memasak begini banyak." Jawab Arumi.

"Wah! Menantumu sungguh luar biasa Ma. Ini yang dinamakan filing. Rupanya kalian ada ikatan batin. Secara tak sadar, Arumi sudah menyadari jika kalian akan kesini makanya dia memasak begitu banyak tanpa rencana." Ucap Hanzero membanggakan istrinya.

Mama terlihat senang. "Kau benar benar hebat Hanz. Kau bisa dengan cepat mendapatkan wanita yang sempurna seperti ini. Shela, ini adalah menantu idaman Mama. Apa kau tau itu?" Ucap Mama, itu membuat mata Shela membelalak.

"Mama! Jangan lupa dengan tujuan kita kemari." Bisik Shela. Mama langsung menoleh.

Oiya. Kenapa bisa lupa?

Lalu memasang wajah sinis ke arah Arumi dan Hanz.

"Hemm.. Baiklah. Aku akan mencicip dahulu. Jangan senang dulu kalian. Siapa tau masakan ini tidak enak."

Arumi dengan senang hati langsung mengambilkan piring untuk mereka.

"Mama mau yang mana?"

"Itu, itu.." Mama menunjuk, Arumi cepat menuang makanan dengan ulas senyumannya yang manis.

'Anak ini manis sekali ya?' Shela mencuri pandang.

"Silahkan Ma."

"Eh, iya sayang. Ya ampun. Kau baik sekali. Shela aja belum pernah mengambilkan makanan untukku , apalagi Hanzero. Ah.." Mama begitu senang.

"Kak Shela juga ya?" Arumi sekarang mengambilkan makanan untuk Shela.

"Terimakasih ya?" Kesinisan Shela tadi redup sudah.

Hanzero yang melihat itu cemburu rupanya.

"Aku juga dong. Aku kan suamimu. Harusnya aku yang didulukan." Wajahnya cemberut.

"Eh, iya sayang. Tentu saja. Kau akan kebagian banyak." Arumi sekarang berganti mengambil makanan untuk Hanzero.

Hanzero tersenyum puas. Otaknya berpikir untuk mencari kesempatan.

"Sekalian suapin dong?" Rengek manja Hanzero.

Arumi menghela nafas sekarang. Mau tidak mau dia melayani Hanzero. Menyuap mulut Hanzero.

"Kamu juga ya?" Hanzero mengambil alih sendok dari tangan Arumi dan menyuapnya dengan sendok bekas mulutnya. Dan mau tidak mau, lagi lagi Arumi hanya bisa mengikuti permainan Hanzero.

"Ya Ampun… Mereka So Sweet sekali Ma. aku jadi iri." Ucap lirih Shela.

"Sudah. Nanti kalau Adrian pulang, kalian bisa suap suapan juga." Bisik Mama.

_________

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aprilia Loly
hanzero pria mapan,gagah dikhianati oleh kekasih, tanpa sadar jatuh cinta kepada arumi istri kontrak nya, wanita yang tanpa sengaja diselamatkan olehnya.tapi bagaimana dengan arumi yang pernah disakiti mantan suami nya? bisakah arumi juga jatuh cinta kepada hanzero..semoga ending yang bahagia..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status