Hampir tengah malam, mobil mereka tiba di Apartemen. Arpha segera pergi ke kamarnya setelah memastikan mereka masuk ke dalam Apartemen. Membanting tubuhnya di kasur untuk melepaskan penat. Lelah badan dan pikiran akibat terlalu andil dalam masalah bosnya. Arpha bisa bernafas lega sekarang. Satu masalah sudah selesai Meskipun harus dengan main sandiwara.Tapi ada yang mengganggu pikirannya. Nyonya besar dan Nona Shela sudah tau atau curiga dengan pernikahan mereka?Bagaimana mereka bisa mengetahuinya? Ah, bisa kacau sebelum waktunya!Arpha hanya bisa berharap, Pernikahan mereka akan bisa berubah arah.Tidak lagi dengan status pernikahan kontrak. Dia berharap begitu. Ini akan meringankan pekerjaannya.Hanzero sudah mengantar Arumi ke depan kamar. Membukakan pintu untuk Arumi."Terimakasih Tuan.""Tidak masalah. Seharusnya aku yang berterima kasih. Kau sudah banyak membantuku malam ini.""Ah tidak juga. Aku punya hutang begitu banyak padamu. Sepertinya ini belum terasa lunas."Kau bena
Mama terlihat tersenyum. 'Wah ternyata menantuku pintar memasak. Jika begini tidak khawatir Hanz akan kelaparan.hehehe' tanpa sadar memuji dalam hati."Kalau begitu kita makan malam bersama saja ya Ma, kak Shela. Biar aku memanggil Tuan Hanz dulu." Ucap Arumi."Tuan?" Dua wanita itu seketika menoleh.Arumi langsung tersadar dan menutup mulutnya. "Maksudnya, Mas Hanz." Hehe, Arumi keceplosan.Mama dan ka Shela mengangguk secara bersamaan. Arumi pun cepat cepat berlalu dari dapur pergi kekamar untuk memanggil Hanzero."Ma. Jangan lupakan tujuan kita kesini!" Ucap Shela memperingatkan. Walaupun begitu ia begitu kagum pada Arumi.Ceklek..Arumi membuka pintu kamar,terlihat Hanz masih tertidur pulas disana. Sebenarnya Hanz sudah terbangun saat mencium bau masakan tadi,hanya saja ia pura pura tidur saat mendengar seseorang membuka pintu kamarnya."Tuan. Apa anda belum bangun?" "Emm.." Hanzero pura pura menggeliat."Kenapa?" Menoleh pada Arumi."Ada Mama dan Kak Shela disini.""Hah.. Mama d
____Makan malam telah usai. Arumi terlihat sibuk membereskan bekas makan mereka. Mama ingin membantu, tapi Arumi mencegah. Lalu Shela akhirnya turun tangan untuk membantu. Sementara Hanz mengajak Mama ke ruang tengah.Mengobrol ringan disana sambil sesekali Mama masih menyindir Malam pertama mereka.Shela menyusul setelah selesai membantu Arumi. Kemudian Arumi juga dengan membawa cemilan.Nampak seperti Keluarga Bahagia sebagaimana mestinya. Hanz duduk menempel tubuh Arumi. Wanita itu terasa risih, menggeser sedikit duduknya. Tapi lagi lagi Hanzero menarik pinggangnya agar menempel lagi. "Jangan membuat Mama curiga." Hanzero berbisik.Mau tidak mau, Arumi hanya bisa menurut. Apalagi ketika Hanzero sesekali mengangkat dagunya, mencium pipinya kadang juga Singgah ke bibirnya. Arumi mengeram. Tapi lagi lagi Hanzero berbisik, "Biar Mama tidak curiga."Huh! Arumi hanya bisa pasrah. Sambil mengumpat dalam hati. 'Lihat setelah ini! Aku akan menuntut mu Tuan Hanz!'"Ah, Mama pergi ke Toilet
Setelah selesai berkemas Arumi menyeret kopernya ke luar kamar,sebelum itu ia masuk ke kamar Hanz untuk melihatnya apa sudah selesai berkemas.Melihat pintu kamar Hanz yang sedikit terbuka Arumi masuk tanpa mengetuk pintu." Tuan. Apa sudah selesai?" tanya Arumi menghampiri Hanz.Hanz yang sedang mengambil pakaiannya dari lemari menghentikan sejenak aktivitasnya. Menengok ke arah Arumi yang berdiri tak jauh darinya." Sudah, tinggal ini doang" mengacungkan baju yang baru saja diambilnya dari lemari. Setelah selesai memasukan bajunya ke dalam koper Hanz berjalan mendekati Arumi sambil membawa kopernya."Nanti di rumah Mama,jangan bikin mereka curiga. Ok!" bisik Hanz pada Arumi." Tapi tuan…"" Ikuti saja permainannya atau kamu mau balikin uang saya sekarang!" Lagi lagi Hanz mengeluarkan jurusnya agar Arumi menurut.Arumi yang kesal mengerucutkan bibirnya,Ia berjalan keluar kamar Hanz dengan perasaan kesal.' Ih ngeselin banget sih! Pasti nanti disana dia curi curi kesempatan lagi deh. H
Hanzero membawa Arumi memasuki kamarnya. Rupanya benar kata Mama jika kamar ini sudah dirias layaknya kamar pengantin.Kamar dengan nuansa putih itu dihiasi dengan banyak bunga bertaburan,di penuhi dengan lilin lilin yang menyala menjadikan kamar ini sangat romantis bagi pasangan yang menikah sungguhan.Saat melangkahkan kakinya masuk, Arumi dibuat terkagum kagum. ' Ya ampun. Kamar ini benar benar dihias layaknya kamar pengantin. Ah…' Arumi tersenyum, untung Hanz tidak melihat sampai Arumi tersandar.'Stop Arumi! Kamu jangan terbawa suasana. Kamu menikah hanya karena hutang ingat itu!' Arumi memperingati dirinya sendiri.' Andai pernikahan ini beneran. Suasananya mendukung buat belah duren. Hehehe..' batin Hanz dengan tersenyum simpul tanpa ia sadari.Hanz berjalan mencari saklar untuk menyalakan lampu." Kamu mau istirahat apa bersih bersih dulu?" Tanya Hanz pada Arumi yang masih berdiri mematung."Rum!" panggil Hanz sekali lagi."Ah..ia ada apa tuan?" Tersadar dari lamunannya."Ke
Arumi gelagapan pastinya. Cepat bergerak untuk bangun. Tapi tangan Hanzero malah melingkar ke pinggangnya dan menahan tubuhnya. Posisi Arumi berada tepat di atas tubuh Hanz dengan wajah yang hanya sejarak satu jari."Tu-Tuan.." Arumi mencoba memanggil dengan menahan tubuhnya dengan kedua tangannya."Emm.. Diamlah Sebentar saja." Matanya terpejam.Apa dia sedang bermimpi? Duga Arumi."Tuan… Lepas!" Arumi berusaha berontak."Emm.. Aku dingin." Hanz kembali mengigau. Malah menarik kepala Arumi agar di dadanya.Arumi bisa merasakan jantung pria itu berdebar sangat keras, sama hal dengan jantungnya saat ini. Arumi sekarang memukul mukul lengan Hanzero."Tuan.. Sadarlah!"Beruntung Hanz langsung terbangun dan membuka mata."Astaga!" Hanzero langsung melepaskan tubuh Arumi yang langsung bangun dan menjauh. Berdiri di sisi Ranjang dengan wajah begitu memerah.Hanzero bangun dan duduk. Mengusap wajahnya berkali kali lalu melirik Arumi yang menunduk."Ma-maafkan aku. Aku.. aku bermimpi. Sungguh
Setelah kepergian Hanz.Arumi masuk kembali kedalam rumah.Arumi berjalan memasuki ruang tamu yang dimana Shela sedang memperhatikannya.Arumi tersenyum.Menyapa Shela"Selamat pagi Kak." ucapnya ramah."Hem!" Shela menjawab dengan nada di buat sesinis mungkin.Shela pura pura sibuk dengan Handphone nya." Em. Kak aku tinggal ke kamar Mama dulu ya. Tadi aku udah janji mau pijit kakai Mama lagi"' Em.cari perhatian sekali dia.Awas aja kalau sampe aku tau ke kamu bukan wanita baik baik. Aku tidak akan membiarkan kamu masuk lebih dalam kedalam kelurga ini' batin Shela yang masih ingin mencari tau tentang Arumi. Bukan tak menyukai Arumi hanya saja Shela berjaga jaga agar kejadian dengan Vanya tak terjadi lagi."Silahkan!" jawab Shela datar. Arumi berjalan menaiki anak tangga karena memang semua kamar berada di lantai atas. Kecuali kamar tamu dan kamar pelayang berada di lantai dasar.Sampai di depan kamar Mama.Arumi berhenti sejenak menenangkan detak jantungnya.Arumi gugup takut nanti Mama ber
Arpha berjalan memasuki kantor dengan sejuta pesonanya.Banyak para karyawan yang mengagumi bos dan asistennya itu. Karena memang wajah mereka yang tampan dan juga mempesona tapi mereka sangat tegas dalam hal apapun.Kini Arpha memasuki lift menekan tombol angka lima dimana ruangan CEO.Tring..Tak butuh waktu lama pintu lift terbuka.Arpha keluar,berjalan menuju ruangan Hanz.Tak perlu waktu lama untuk Arpha sampai di ruangan Hanz.Tok..Tok.."Masuk!" teriak Hanz dari dalam.Arpha membuka pintu,melangkahkan kakinya memasuki ruangan Hanz."Ini tuan. Handphone keluaran terbaru yang tuan pesan" Arpha menyimpan paper bag di atas meja kerja Hanz.Hanz meraih paperbag. Mengeluarkan isinya.Satu buah ponsel keluaran terbaru sudah ada di tangannya.Hanz tersenyum puas.' Arumi pasti senang dengan hadiah ini' batinya. Tanpa Hanz sadari bibirnya mengulas seutas senyum."Kau memang hebat Arpha selalu mengerti apa yang aku mau!" Ucap Hanz menepuk nepuk pundak Arpha." Terimakasih tuan.""Em.kamu boleh