Share

Bab 6. Semua orang menyukai Arumi

Pesta Pernikahan Hanzero telah usai. Para tamu undangan telah menarik tubuhnya satu persatu untuk pulang.

Arumi nampak lelah dengan begitu banyaknya ucapan selamat untuk dirinya. Sementara Hanzero terlihat sumringah. Dia tidak membayangkan jika Hari yang ia khawatir ini bisa berjalan lancar dan semenyenangkan ini. Semua orang terus memuji pengantinnya. Bahkan beberapa teman dekatnya yang menyadari jika wanita yang dinikahi Hanzero itu bukanlah Vanya pun nampak terpukau dan melontarkan banyak banyak pujian padanya.

Apalagi desas desus tentang kaburnya Vanya pun sudah menyebar walaupun baru masih sebagian orang yang mendengarnya.

"Tuan Hanz. Anda adalah Pria beruntung. Membuang sampah dan mendapatkan Berlian!"

Hanzero tersenyum lebar dengan bangga dan semakin berdebar jantungnya. Kembali melirik Arumi yang saat ini tengah sibuk dengan Mamanya.

Kenapa harus kawin kontrak? Coba saja kalau bukan, aku pasti akan sangat bahagia. Tak sadar Hanzero tersenyum senyum sendiri.

"Apa Tuan mulai menyukai Arumi?" Tiba tiba suara Arpha mengejutkan Hanzero.

"Kau ini. Ada ada saja. Mana mungkin."

Arpha terkikik. "Syukurlah. Kalau begitu, aku masih punya kesempatan."

"Maksudmu apa?" Hanzero langsung melotot.

"Jika anda tak mengharapkan Arumi, maka setelah kalian bercerai ku pastikan Aku akan mengejarnya. Sayang sekali jika jika berlian seindah itu hanya akan dibuang saja."

"Sialan kau! Yang sudah menjadi milikku, mana boleh orang lain menyentuhnya?" Sewot Hanzero.

Arpha tergelak. "Anda kalah telak."

Hanzero hanya tersenyum menanggapi dan kembali menoleh pada Arumi.

"Kenapa suaminya begitu bodoh. Sepertinya, Arumi juga wanita yang baik. Apa menurutmu, Tebakan kali ini benar?" Tanya Hanzero pada Arpha.

"Sepertinya kali ini penilaian anda tidak salah. Lihatlah, Nyonya dan Nona Shela saja sepertinya akan segera jatuh cinta pada wanita itu." Jawab Arpha.

Hanzero membenarkan ucapan Arpha, terbukti ketika Mama dan Shela mendekati Arumi.

"Hai Arumi." Shela menyapa. Arumi cepat Mengangguk penuh keanggunan.

"Apa kau sudah mengenal siapa aku?" Tanya Shela.

Arumi menggeleng sambil melirik Mama yang ada di sisi wanita itu.

"Ah, Dia adalah Anak Perempuanku yang artinya kakak Hanzero." Mama yang sekarang berkata.

"Oh. Kak Shela. Salam kenal." Arumi langsung menyambut tangan Shela.

'Eh, jangan kau pikir aku menyukaimu ya. Aku belum memastikan siapa kamu. Apakah kamu pantas menjadi bagian dari keluarga kami. Secarakan Kalian hanya kawin kontrak!' batin Shela, dia hanya tersenyum untuk sekedar basa basi. Misinya tidak lain hanya untuk menyelidiki siapa Arumi. Tapi dia tetap tersenyum senang. Sepertinya, meskipun pikirannya penuh curiga , tapi hati Shela seperti jatuh cinta pada Arumi. Begitu juga dengan Mama.

Senyum yang dibuat sesinis sinisnya itu masih menunjukan keikhlasan.

"Arumi. Setelah ini kau mau kemana? Apa kau akan ke Apartemen Suamimu atau ikut pulang ke Rumah kami? Kamar kalian sudah kami siapkan sedemikian rupa. Kau pasti senang jika kesana." Tiba tiba Mama bertanya. Tentu saja Arumi terkejut, dia belum siap dengan jawaban untuk pertanyaan ini.

Mereka sudah tau belum ya tentang pernikahan ini? Batin Arumi. Alih alih dia menoleh pada Hanzero untuk meminta bantuan agar menjawab pertanyaan Mama.

Untung Hanzero peka. Cepat mendekati mereka.

"Mama. Ini adalah hari pernikahan ku. Biarkan kami menikmati malam ini tanpa gangguan. Jadi aku akan membawa Arumi ke Apartemen ku. Disana aku juga suah menyiapkan kamar begitu indah. Jika sudah beberapa hari aku akan mengajaknya pulang. Mama tidak perlu khawatir." Ucap Hanzero.

"Oh.. Jadi kalian akan berbulan madu disana? Duh.. Mama kok jadi senang mendengarnya." Sahut Mama sumringah. Lalu dia mendekatkan mulutnya ke telinga Hanzero.

"Tapi apa benar begitu?" Bisikan Mama penuh penekanan.

"Mama! Ya benarlah. Masa enggak. Kan kami baru menikah. Bukannya Mama dan Papa juga dulu begitu? Kak Shela juga." Sahut Hanzero.

"Dasar anak pembohong. Kau pikir aku bodoh! Tidak tau apa yang sebenarnya begitu?" Kini Mama berkacak pinggang.

"Kau bisa membohongi semua orang, tapi aku tidak! Kau dan dia. ..!"

Plup! Hanzero langsung membungkam mulut Mama. Jika diteruskan ini bahaya!

"Sudah Mam. Mama apa apaan sih? Itu dibicarakan nanti saja. OKE!"

Hanzero langsung memanggil Arpha.

"Kita pulang ke Apartemen sekarang!"

"Baik Tuan."

Hanzero menoleh pada Arumi. "Ayo Arumi!" Arumi hanya mengangguk lalu meraih tangan Mama untuk berpamitan.

Mama tersenyum, memeluk Arumi dengan hangat.

"Jika dia memperlakukanmu dengan tidak baik, beritahu Aku. Aku akan menghajarnya, dan membawamu pulang kerumah." Bisik Mama.

Arumi sempat heran kenapa Mama berpesan seperti itu. Apa pria itu bukan pria baik? Atau Mama menyukai dirinya. Belum sempat Arumi menjawab, Hanzero sudah menarik tangannya.

Mama sendiri menutup mulutnya, heran kenapa dia berpesan seperti itu kepada Wanita yang bahkan belum dikenalnya dengan baik itu.

"Sepertinya Mama menyukai Arumi." Shela berbisik.

Mama belaga tersenyum sinis. "Itu hanya trik, agar kita bisa menyelidiki jenis apa wanita itu." Jawab Mama. Itu tidak sama dengan hatinya.

"Benar Ma. Kita tidak boleh mudah percaya lagi. Nanti ujung ujungnya sama seperti Vanya si ular itu. Kita harus menyelamatkan Hanz sebelum jatuh cinta pada istri kontraknya itu." Sahut Shela.

Matanya menatap langkah kaki Hanzero yang saat ini sudah menjauh dengan menggendong Arumi. Shela tersenyum bahagia melihat pasangan pengantin baru itu. Aduh, Sepertinya aku duluan jatuh cinta pada Wanita itu. Dia garuk garuk kepala.

"Kau menyukai wanita itu juga kan?" Sekarang giliran Mama yang menyindir Shela.

"Oh , tidak semudah itu." Kilah Shela.

Sekarang, mobil yang ditumpangi Hanzero dan Arumi sudah melaju dengan Arpha berperan sebagai sang sopir seperti saat berangkat tadi.

"Maafkan aku. Kau pasti tertekan sekali hari ini." Ucap Hanzero.

Arumi tersenyum, Hanzero mengamati itu. Kenapa senyumnya bisa mendadak semanis ini? Oh, mungkin karena baru kali ini aku melihat senyumnya dengan sedekat ini. Kemarin kemarin, dia belum pernah tersenyum seperti ini juga.

"Tidak apa apa Tuan Hanz. Aku baik-baik saja."

"Tapi kau harus berpura pura bahagia."

"Tidak apa apa. Bukankah itu sudah menjadi syarat utama darimu. Aku harus berpura pura. Dan aku bisa berpura pura bahagia dengan baik tadi di sana."

Ah, itu sebenarnya bukan jawaban yang diinginkan Hanzero.

Sial, rupanya dia hanya berpura pura bahagia. Ternyata cuma aku yang merasa Bahagia.

Hanzero seketika menepuk pipinya sendiri. 'Astaga! Apa yang kupikirkan? Sadar Hanz. Ini hanya pernikahan kontrak. Kau bahkan tidak mengenal wanita ini sebelumnya.'

"Tuan Hanz. Kau kenapa?" Tanya Arumi saat melihat Hanzero memukul pipinya sendiri.

"Oh, tidak apa apa. Hoam…!" Sekarang pria itu menutup mulutnya yang menguap.

"Haha.. aku hanya mengantuk. Aku hanya ingin mengusir rasa kantukku."

"Oh, baiklah. Anda bisa segera beristirahat setelah sampai nanti."

Yang di depan Arpha terkikik, itu sempat dilirik oleh Hanzero.

"Kau sedang menertawakan aku?" Hanzero memukul kepala Arpha.

"Tidak. Hanya saja, kalian berdua adalah pasangan terlucu yang pernah kutemui. Haha.. Kawin kontrak!"

"Kau mau aku pecat ya? Beraninya kau membuly ku?"

"Ampun Bosku?!" Arpha meminta ampun berkali kali tapi diselingi gelak tawa.

"Kata katamu menyunggingku Bodoh!"

"Sudah Tuan." Arumi melerai.

"Yang dikatakan Tuan Arpha benar. Kita memang cuma pasangan kawin kontrak. Tidak harus tersinggung. Tidak ada yang tau ini, selain kita bertiga."

Yakin? Mama dan kak Shela sudah tau Bodoh! Mereka sudah tau dan curiga! Hanzero berteriak, tapi hanya di pikiran saja.

"Hem.. tapi aku sedih mendengarnya Arumi. Sekretaris sialan ini menyakiti hatiku. Apa kau pikir aku menginginkan posisi Seperti ini? Tentu saja Tidak!"

Arumi tersenyum. "Tidak apa apa. Tuan Arpha hanya ingin menghibur kesedihan anda. Ada baiknya peristiwa ini. Kedepannya, anda harus berhati-hati mencari calon pendamping. Jangan melihat manis mulutnya dan Wajah indahnya. Anda adalah orang terhormat, harus gadis yang benar benar baik dan berbudi pekerti yang baik yang pantas untuk menjadi istri anda." Ceramah Sok ustadzah Arumi. Padahal dalam hati menjerit. Jangan seperti saya! Salah menilai Bryan Sialan itu! Dasar sialan kau Bryan!

Arumi jadi ingat Bryan. Hatinya kembali berdenyut nyeri. Kalau bukan karena perbuatannya, mana mungkin Arumi bisa terjebak disini. Menikah kontrak dengan pria ini dan harus berpura pura bahagia.

Yang di depan membatin. 'Seperti anda contohnya Nona."

"Apa kau juga sudah salah memilih pasangan?" Tanya Hanzero membuat Arumi yang sedang menahan perih dihatinya seketika berkaca kaca.

"Ya. Aku salah satu contohnya. Aku termakan janji manis. Bodohnya, aku sudah tau, tapi aku masih bertahan. Hingga pada akhirnya hanya menyisakan kehancuran."

Kini mereka semua terdiam. Sama sama menikmati perihnya luka akibat sebuah pengkhianat.

______

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status