Share

Bab 6 Foto Mesra

Author: LyonaAdira
last update Last Updated: 2023-10-05 20:26:43

"Apa yang harus aku lakukan lagi?" Linggar menghela napas panjang, wajahnya tampak kusut.

Sudah satu jam wanita dua puluh lima tahun tersebut termenung di taman kecil yang terletak di halaman belakang. Kepalanya terasa bising, saling berebut atensi untuk dipikirkan. Linggar tidak dapat berbuat banyak. 

Ponselnya kembali bergetar, membuat pandangan Linggar teralihkan. Dahinya mengerut dalam hingga bertumpuk-tumpuk, terlebih menatap nama Pradipta kembali tertera di layar gawai tersebut.

"Ada apa lagi?" Linggar berdesak kesal, kemudian meraih gawainya. Rasa penasaran kembali menghantui pikirannya.

Pradipta mengirimkan foto seorang pria tengah merangkul pria lain, foto tersebut diambil dari samping. Linggar merasa tidak asing akan pria yang tengah tertawa dengan tangan yang berada di bahu teman prianya. Mata Linggar menyipit, lantas memperbesar foto tersebut hingga terlihat wajah pria itu meski sedikit buram.

Jujur sebenarnya Linggar merasa tidak yakin akan tebakannya. Ia masih menyimpan di dalam hatinya. Bisa saja spekulasi yang dia pikirkan tidak sesuai dengan kenyataan. Linggar berusaha untuk menyangkal, membuang jauh pikiran buruknya.

Pesan selanjutnya yang masuk ke dalam gawai Linggar, membuatnya membungkam mulut. Kepalanya menggeleng pelan, air mata kembali lolos menganak sungai di pipinya.

Ini suamimu, Dik. Kamu masih tidak mau percaya dengan ucapanku, Dik Enggar? Suamimu itu tidak menyukai perempuan, Dik, dia hanya suka dengan kaum berbatang saja. Seumur hidup itu lama loh, Dik, jangan buat hidupmu menjadi sengsara dengan pria yang tidak menyukai wanita

Linggar menghela napas panjang. Ia mengusap kasar air matanya, memalingkan pandangan ke arah lain. Langit biru tanpa penghalang atap tersebut menjadi pelipur lara hati Linggar. Meski ia tidak memiliki perasaan lebih dengan suaminya, bahkan mengenal pun hanya sebatas nama. Rasa sakit hatinya menusuk cukup dalam.

"Aku kenapa harus menangis?" Linggar menyeka air matanya, meski kembali menetes. "Bukannya pernikahan kami hanya untuk menutupi rasa malu keluarga? Untuk apa aku harus menangis? Itu adalah urusan Mas Pram dan kehidupannya sendiri."

"Dari awal aku sudah berjanji dengannya untuk tidak ikut campur urusan pribadi. Tapi, kenapa aku tidak terima bila Mas Pram sebenarnya tidak bisa mencintai perempuan? Kenapa hatiku malah sakit? Ada apa denganku?" 

Tatapan wanita dua puluh lima tahun tersebut kembali pada layar gawai yang masih menampilkan foto kedua pria tengah rangkulan. Ia memandang lekat, memastikan kebenaran atas apa yang dilihatnya. Lagi dan lagi, ia membenarkan presepsinya atas foto tersebut.

Linggar memejamkan matanya kemudian, membuang napas cukup kasar. "Aku harus diam dan menutupi aib suamiku sendiri. Tidak masalah Mas Pram mungkin penyuka sesama, asal dia tidak berbuat macam-macam denganku. Kalau pun bisa, aku akan membuatnya kembali normal."

Entah bisikan dari mana, Linggar tergerak hatinya untuk membuat Pramudita ke jalan yang benar. Terlebih dari postur dan perawakan tidak terdeteksi bila Pramudita memiliki penyimpangan. Hal ini membuat hati Linggar menjadi tergerus, pasalnya ia tidak mengetahui hal yang menyangkut suaminya.

"Memang ini adalah resiko menikah serba tidak terduga dengan calon pengantin yang tidak dikenal. Mungkin bila kemarin aku berani menolak, aku juga tidak akan melihat sisi lain dari Mas Pram. Tidak masalah, memang ini yang terbaik untuk aku. Mungkin lewat aku, Mas Pram bisa sembuh." Linggar berharap penuh dengan anggukan kepala penuh semangat.

Memilih menghiraukan pesan yang dikirim oleh sang mantan kekasih, Linggar kemudian sibuk dengan beberapa tanaman yang ia temukan di pojok halaman dalam keadaan mengenaskan. Ia prihatin akan kondisinya memprihatinkan, kemudian berusaha menyelamatkan dengan memindahkan tempat ke yang lebih layak. Pramudita tentunya tidak akan memiliki waktu hanya untuk mengurus beberapa tanaman tersebut, seluruh waktunya tersita pada pekerjaannya.

"Mas Pram hari ini pulang jam berapa ya?" Linggar menatap jam tangan yang melingkar. 

Sedetik kemudian, bersamaan ponselnya bergetar. Linggar mengacuhkan, menduga bila itu berasal dari Pradipta. Hanya akan membuatnya memiliki pikiran buruk terharap suaminya.

Kembali ponselnya bergetar, membuat Linggar mau tak mau membuka gawainya. Ia terkejut dengan dua pesan yang belum terbaca dari Pramudita. Pandangan matanya menyipit, tidak biasanya pria tersebut mengirimkan pesan untuknya.

Enggar, hari ini aku pulang malam. Jangan menunggu aku pulang. 

Linggar mengembuskan napas seketika, lalu pesan kedua membuatnya keningnya semakin bertumpuk dalam. Seperti ada hal janggal berada di sudut hatinya.

Tidak usah masak, aku makan di luar dengan temanku.

"Teman? Teman atau...," ucap Linggar menggantung.

Kemudian Linggar kembali menggeleng, tidak ingin terlalu memperpanjang pikiran buruknya. Mungkin memang Pramudita memiliki banyak teman, tidak hanya yang berada di foto seperti kiriman dari Pradipta. Semakin membiarkan, semakin dalam pula pikiran buruk Linggar bergerilya.

"Biarkan saja, Enggar, bukan urusan yang harus kamu campuri."

LyonaAdira

Halo, terima kasih telah membaca. Jangan lupa berlangganan ya. Bagikan cerita ini ke teman-teman kali juga, biar mereka bisa membaca di sini. Jangan lupa follow ig lyona_adira

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria PenggantiĀ Ā Ā Hasutan

    "Kamu, kenapa senyam-senyum sendirian?" Wanita itu tampak tertawa, menatap wajah teman pria yang sedang tersenyum memegang ponsel di tangan. "Apa yang kamu lihat?" lanjutnya.Pria itu berdehem, wajahnya sumringah, kebahagiaan memancar begitu kental. Tidak ada keraguan sedikit saja. Ia memperlihatkan foto itu ke teman wanitanya, membuat tawa itu sirna dari garis wajahnya."Sudah lama aku suka sama dia, sayangnya aku tidak berani untuk mengungkapkan perasaan ini. Sepertinya selama ini pun dia hanya menganggap aku sebagai teman biasa saja. Menurut kamu bagaimana?" Pria itu menoleh.Kerutan di dahinya tampak semakin jelas. "Kamu kenapa cemberut? Apa kamu nggak suka aku ada perasaan sama dia?"Wanita itu menggelengkan kepalanya kuat, kemudian memunculkan senyuman penuh dengan kehangatan. "Siapa bilang? Aku bahagia sekali!""Apa saja yang sahabat aku lakukan, pasti aku bahagia!" Wanita itu bersorak dengan mengepalkan tangan ke depan."Terima kasih, Rim. Kamu tahu tidak bagaimana cara mende

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria PenggantiĀ Ā Ā Kesalahan Aku

    "Aku dengar, kamu sempat menikah. Lalu, kenapa sekarang kamu ada di sini?" Wanita dengan rambut cokelat gelap itu menoleh, mengerutkan dahinya.Pria itu membuang napas, wajahnya tampak seperti tak ingin membahas permasalahan tersebut. Sayangnya, wanita itu bertanya lebih detail mau tak mau harus ia jelaskan lebih detail. Tidak mungkin ia biarkan wanita cantik yang beberapa bulan terakhir ini mengisi harinya menunggu lebih lama lagi."Dari siapa?" "Bukankah seharusnya kamu menikah dengan temanku, mengapa bisa bertukar menjadi kakakmu? Aku menunggu penjelasan darimu," jawabnya.Pradipta termenung sesaat, ia membenarkan jaket bulu tebal yang membungkus tubuhnya. Pandangan mata lurus menatap danau di hadapannya. Bibirnya tampak kelu untuk memberikan penjelasan lebih sebenarnya, hanya saja ia tidak ingin membuat wanita itu semakin bertanya-tanya.Wanita itu membuang napas, kemudian menundukkan wajahnya. "Mungkin pertanyaanku terlalu sensitif untukmu, tidak masalah jika kamu tidak ingin me

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria PenggantiĀ Ā Ā Anak Genius

    Linggar dan Pramudita dianugerahi anak laki-laki yang sehat dan tampan. Kelahiran putra pertama mereka disambut hangat dan sukacita oleh kakek dan neneknya dari keluarga Linggar dan juga Pramudita, maklum saja dia adalah cucu pertama mereka. Abimanyu, nama sapaan si ganteng keturunan Pramudita.Wajah Abimanyu tampan seperti ayahnya sayangnya sikap dan perilaku menurun dari ibunya. Ibarat kata Abimanyu adalah Linggar versi laki-laki. Terkadang bisa teramat cerewet layaknya anak perempuan pada umumnya. Tapi, di usianya yang menginjak empat tahun ini banyak progres dari pertumbuhannya.Bahkan Abimanyu gemar membaca buku tentang IPA dan Matematika, membuat Linggar takut jika anaknya terlalu cepat dari anak-anak sebayanya. Apa lagi Abimanyu juga belum ikut paud, masih belajar atau tidak bersama dirinya. Tapi kecerdasan yang dimiliki Abimanyu sudah melebihi seusianya, antara sedih dan senang Linggar malah bingung sendiri. Ia takut jika kelebihan yang anaknya miliki adalah sebuah beban di ke

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria PenggantiĀ Ā Ā Hamil dan Ngidam

    7 bulan kemudian.Linggar yang sedang hamil tidak bisa menahan nasabnya untuk ngemil. Setelah melewati masa tiga bulan yang penuh beban seperti sering muntah, tidak bisa makan apa pun kecuali bubur dan sering lemas di pagi hari, menginjak bulan keempat dan hingga sekarang, bulan ketujuh kandungannya membaik. Berbagai makanan mulai dari rujak sampai camilan ingin ia coba semua kecuali olahan dari susu sapi, iya mual tiap kali mencium bau susu. Kehamilannya justru membuat Pramudita senang, karena setiap pulang kerja selalu ada makanan yang diminta untuk dibelikan.Selama hamil ia juga merasa perlu badan cantik dan wangi, iya juga tidak suka parfum miliknya dan lebih suka menggunakan parfum milik sang suami. Alhasil, beberapa deret parfum yang telah ia beli isi botolnya masih terisi penuh. Berbeda dengan milik Pramudita yang tersisa hanya seperempat botol saja setiap minggunya."Mas Pram mana sih, kok nggak pulang-pulang." Linggar kembali menggerutu dengan memangku satu toples keripik si

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria PenggantiĀ Ā Ā Bab 81 Buah Hati

    "Kamu mau anak berapa, Sayang?" Pramudita memeluk erat tubuh istrinya dari belakang, mereka masih berbalutkan selimut. Wanita tersebut tampak kurang nyaman, matanya sedikit terpejam. Badan terasa remuk, terlebih suaminya selalu minta penyatuan lebih dari satu kali. Hal ini menguras tenaganya lebih banyak, tentu membuat tubuh semakin lemas. "Sayang, jangan tidur dulu dong. Kamu ingin anak berapa nanti?" tanya Pramudita dengan menggoyangkan tubuh Linggar, membuat wanita itu membuka mata kembali. "Apa, Mas? Memangnya kamu tidak ngantuk?" Mata Linggar masih tertutup. Pramudita menggeleng. "Siapa kata aku mengantuk, Dik? Aku tidak pernah mengantuk, yang aku inginkan hanya bersama kamu selalu." "Aku saja capek, Mas, masa kamu tidak? Kita istirahat sebentar saja, Mas, nanti kita main lagi." Linggar mengusap tangan Pramudita yang berada di perutnya. "Aku ingin anak dua atau tiga, Dik. Aku ingin membuat rumah kita menjadi ramai, saat aku pulang disambut anak-anak dan kamu tentunya. Pasti

  • Pernikahan Kontrak dengan sang Pria PenggantiĀ Ā Ā Bab 80 Tidak Seperti Yang Dulu

    "Tini, aku ingin hubungan kita seperti dahulu kala. Apa kamu tidak ingin kita kembali memperbaiki hubungan kita?" Wanita dengan rambut digulung ke atas itu membuang napas kasar, wajahnya tampak tidak begitu antusias. Cenderung murung dan masam, bahkan pandangan matanya tertunduk. Tak menatap pria yang pernah ada di hatinya tersebut."Sudah aku katakan, Mas, aku tidak bisa. Hubungan kita telah berakhir dan aku tidak ingin memulainya kembali. Aku sudah menutup buku kenangan tentang kita, tidak akan ada lagi kita di masa depan. Sekarang aku hanya fokus untuk anak-anak saja," jawab wanita itu tegas."Kita menikah pun anak-anak pasti akan senang, Tini. Mereka akan bahagia melihat kedua orang tuanya kembali rukun. Apa lagi sudah lama mereka tidak pernah melihat kedua orang tuanya saling bahagia bersama," bujuk Juwanto.Aroma latte menguat di ruangan ber-Ac. Kartini memejamkan mata menikmati aroma yang begitu menggiurkan. Latte adalah salah satu kopi yang menjadi favoritnya sejak kepergian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status