Share

Bab 5 Menggoda

Hingga malam menjelang, pria itu tidak kunjung keluar dari kamarnya. Bahkan tak terdengar adanya aktivitas dari dalam kamar Pramudita. Linggar risau, entah hal apa yang tengah dilakukan pria tersebut.

"Apa yang dilakukan Mas Pram seharian di kamar? Semedi?" Kening Linggar mengerut.

Helaan napas Linggar terdengar kasar. "Seharian tidak keluar, apa tidak merasakan lapar? Apa tidak bosan?"

Melintasi depan kamar Pramudita, langkah kaki Linggar terhenti. Tangannya terangkat, ingin mengetuk pintu kamar pintunya. Namun, buru-buru Linggar hentikan. Ia teringat akan pesan sang suami, untuk mengetuk pintu bila ada hal yang penting saja.

"Jangan mengganggu," desis Linggar. Kemudian Linggar memilih melanjutkan langkahnya, perut semakin meronta meminta jatah.

Untung saja masih ada makanan tersisa di lemari pendingin, Linggar bisa memanasi sebentar di microwave. Pandangan matanya tertuju pada tangga, lengang, tidak ada suara derap langkah. Membuat Linggar membuang napas kembali.

Khawatir terjadi sesuatu hal yang buruk pada suaminya, tetapi ia tidak memiliki keberanian sekuat itu. Secarik rasa gengsi memenuhi dadanya. Hubungan mereka pun belum terlalu harmonis, bahkan Pramudita secara terang-terangan menolaknya. 

"Kenapa Mas Pram tidak ingin bersentuhan denganku? Apa mungkin ucapan Mas Dipta itu benar? Tapi, aku melihatnya Mas Pram seperti pria normal pada umumnya, memang pria tulen."

Linggar menghentikan gerakan tangannya. Pikirannya tidak tenang, bising saling bersahutan. Ia masih merasa penasaran akan kebenaran yang terjadi. Hal ini menyangkut masa depan rumah tangganya kelak.

"Atau mungkin... Mas Pram sengaja memberikan surat kontrak pernikahan itu agar bisa mudah lepas ikatan denganku. Dan pernikahan ini hanya sebatas penutup atas penyimpangannya. Sebatas pembuktian kepada orang sekitarnya bila Mas Pram itu normal dan memiliki nafsu dengan wanita."

Tidak menutup kemungkinan bila spekulasi tersebut memang benar adanya. Linggar menyadari akan sifat Pramudita yang terbilang penutup, angkuh dan dingin. Hanya saja hal itu tidak membuat seseorang menjadi penyuka sesama jenis.

"Aku harus membuktikannya langsung." Linggar mengangguk semangat.

Menunggu makanannya, ia kembali naik ke lantai atas. Linggar memiliki ide yang cemerlang untuk mengetes tentang kebenaran akan seksualitas dari Pramudita.

Hanya butuh lima belas menit untuk Linggar mengganti bajunya. Ia keluar dari kamar, bertepatan dengan Pramudita juga keluar dari persembunyiannya. Pria itu menatap lekat mulai dari rambut hingga ujung kuku Linggar, membuat wanita itu tersipu malu.

"Kamu mau ke mana, Mas?" Linggar menyibak rambutnya, leher jenjang itu terekspose.

Pramudita menelan air ludahnya, kemudian memilih memalingkan pandangannya. Ia berdehem, menetralkan suaranya. 

"Mas, kamu mau ke mana?" Linggar kembali bertanya.

"Makan," jawab Pramudita, nada suaranya terdengar gugup.

Wanita itu mengangguk. Lalu mendahului langkah Pramudita, lenggak-lenggok di depan pria tersebut. 

Lingerie tipis berwarna merah menyala di atas lutut, menampilkan belahan dada rendah. Sengaja ia tidak memakai celana dalam ataupun bra. Tentu penglihatan Pramudita masih baik, bisa menatap dengan jelas bagaimana rupa aset berharga milik Linggar.

"Mas, aku masak hari ini. Kamu makan di rumah saja ya?" Linggar menoleh dengan tersenyum.

Berkali-kali Linggar berusaha memamerkan lekuk tubuhnya ke Pramudita. Ia masih penasaran akan pandangan seksualitas pria tersebut. Bila memang menyukai perempuan, tentu tidak akan kuat melihat dan mendapatkan godaan dari Linggar.

Pramudita tampak frutasi. Ia mengacak-acak rambutnya dengan helaan napas berat. Hal ini membuat Linggar tersenyum kemenangan.

Kamu tidak mungkin bisa menolak godaanku, Mas. Aku yakin kamu itu pria normal yang menyukai perempuan. Pradipta hanya ingin membuat aku jauh dari kamu, Mas. Linggar senang bukan kepalang.

Kemudian Linggar sengaja menghentikan langkahnya. Membuat Pramudita tidak sempat mengambil langkah untuk menghindar, tubuh mereka bertubrukan dan terjerembab jauh ke atas lantai. Tubuh Linggar berada di bawah, sedangkan Pramudita berada di atas. Posisi begitu intim.

Kedua pasang mata mereka saling adu pandangan. Bibir Linggar tak hentinya menyunggingkan senyuman tipis. Jari telunjuknya dengan nakal menari di atas dada Pramudita. Sengaja membuat nafsu pria tersebut bangkit dan memperlihatkan jati dirinya.

Sayangnya rencana Linggar tidak semudah itu. Justru Pramudita buru-buru berdiri dan meninggalkan Linggar tanpa sepatah kata. Pria itu melenggang pergi, membuat harga diri Linggar merasa tersentil.

Aku sengaja melakukan ini untuk kamu, Mas. Kenapa bisa kamu malah mengelak? Memangnya aku kurang seksi? Linggar kembali membatin.

"Mas kamu mau ke mana?"

Pramudita menghentikan langkahnya. "Mencari makan."

"Aku sudah masak, tidak perlu mencari di luar." Linggar berdiri dan mengejar langkah suaminya.

Linggar kembali menyalip langkah Pramudita, menghadang pria tersebut. Tidak ingin dicampakkan. Bahkan Pramudita seperti enggan, tidak tertarik atas hal yang dilakukan oleh sang istri.

"Makan di rumah saja," ucap Linggar.

Tangan Linggar berusaha menyentuh tangan Pramudita, sayangnya pria itu segera menepis. Bahkan wajahnya berubah menjadi datar dengan tatapan menyipit. Nyali Linggar seketika menciut. Ia tidak berani berkutik kala menatap wajah suaminya.

"Jangan sentuh aku." Pramudita melanjutkan langkahnya, sengaja menyenggol bahu Linggar, hampir oleng.

"Satu lagi, jangan memakai baju seperti itu. Aku sama sekali tidak tertarik." Bibir Pramudita menyunggingkan senyuman miring.

"Apa kamu tidak takut masuk angin? Tubuhmu terlalu datar, Enggar, aku tidak memiliki nafsu dengan tubuh kerempengmu." Kemudian pria tersebut melanjutkan langkah, tidak menghiraukan tatapan nanar yang Linggar berikan.

Mengenaskan, Linggar merasa hatinya seperti tercabik-cabik. Ucapan Pramudita berhasil membuat harga dirinya jatuh ke jurang cukup dalam. 

Niat awalnya menjadi hancur berantakan, malah membuat luka baru di hatinya. Linggar menyeka air matanya, lantas melangkah kembali ke dalam kamar.

"Mungkin ucapan Mas Dipta itu benar. Sekuat apa pun aku menggoda Mas Pram, aku tidak akan bisa membuatnya luluh."

LyonaAdira

Halo, terima kasih sudah membaca. Jangan lupa share dan berlangganan cerita ini ya.

| 1

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status