Sean berjalan memasuki rumah Roger dengan kepala tertunduk lesuh, sudah hampir tiga jam ia mencari keberadaan Anjani di daerah rumah Roger, tapi tak membuahkan hasil. Yang ada Sean pusing bukan kepalang.
"Gimana Sean?" Lucia segera bertanya saat melihat kehadiran Sean. Meski seharusnya melihat ekspresi Sean saat ini sudah menjadi jawaban buat mereka.
Sean menggeleng lemah, membuat orang tua dan mertuanya menghembuskan napas berat.
Lucia menghampiri Sean, menuntun anaknya itu untuk duduk di sebelahnya. Memberi Sean minum dan mengusap - usap punggung Sean menenangkan. Sean menegak minumnya hingga tandas, lalu ia meletakan gelas kosong itu di atas meja.
"Saya tidak mau pisah dengan Anjani." lirih Sean menatap orang tua dan mertuanya dengan kilat mata sendunya.
Lucia ikut menggeleng, ia kembali mengusap punggung Sean sambil menahan tangis, "Mamah melakukan ini bukan untuk merusak rumah tangga kalia
Bab ini lumayan lebih panjang dari biasanya, semoga gak ngebosenin dan tetap dapat feelnya yaaa.Oh iya, buat kalian yang penasaran sama visual cast nya bisa lihat foto visual mereka di akun instagram: @hello_imironmanudah gitu aja, happy reading ya! š***Langit berjalan dengan cepat menghampiri Key yang menatapnya tajam di depan pintu, dengan kasar Langit tarik kerah kemeja Key, menyeretnya ke depan monitor. Langit bahkan tidak perduli sekalipun Key abangnya Anjani yang harus ia hormati, -persetan dengan sopan santun, Langit teringat suara tamparan tadi, pasti tangan kurang ajar Key yang membuat pipi Anjani memerah.BRAK !Langit mendorong Key dengan kasar hingga Key terduduk di kursi depan monitor, membiarkan Key menonton apa yang tampil di layar sana. Sebuah adegan panas Sean dan Yuna yang terpaksa berhenti
"Kamu yang kasih foto - foto ini ke mamah?"Yuna mengangguk dengan senyum yang tak kunjung luntur sedikit pun. Membenarkan pertanyaan yang Sean ajukan.Hembusan napas berat Sean keluarkan, ia memijat pelipisnya tampak frustasi."Ada apa sih, sayang? Kamu jauh - jauh nyusul aku ke Surabaya cuma buat nanya foto ini?" ujar Yuna sembari bergelayut manja di lengan kekar Sean. Tentu saja Yuna kegirangan melihat kehadiran Sean di kamar hotel nya, padahal terakhir mereka bertemu Sean marah padanya karena melihat kehadiran Aldo di dalam apartement. Yuna mengeluarkan smirk nya, yeah, Sean tidak mungkin bisa marah padanya dalam jangka waktu yang lama.Sepulang dari rumah mertua, Sean langsung menginjak pedal gas mobilnya menuju ke Surabaya, menghampiri Yuna yang sedang syuting drama di kota tersebut. Tapi kedatangannya ke Surabaya bukan karena seperti apa yang Yuna pikiran, Sean mendatangi pacarnya itu karena Lucia bilan
Warning: Bab ini dapat menyebabkan emosi dan darah tinggi* * *"Saya cinta kamu, Anjani. Saya ingin membatalkan kontrak itu. Ayo berumah tangga dengan saya tanpa batas waktu yang di tentukan."Anjani terdiam sesaat, sebenarnya ia terkejut, tapi berusaha untuk terlihat biasa saja.Tatapan mata Sean masih fokus dan dalam, menunggu anggukan atau mungkin pelukan dari Anjani."Om lagi mimpi ya?"Kaki Sean langsung lemas mendengarnya. Ia menghembuskan napas kecewa mendengar jawaban dari Anjani yang tak sesuai ekspektasi nya.Anjani berdecih, menyingkirkan kedua telapak tangan Sean yang menelangkup wajahnya. Dalam hati Anjani menggerutu, enak s
Warning ya, yang masih di bawah umur harap mundur bun. Yang udah punya KTP, happy reading!* * *Sean menarik Anjani kedalam pelukannya, lelaki itu baru saja tersadar dengan apa yang ia lakukan. Tangan Sean mengusap punggung Anjani yang bergetar, rasa bersalah langsung menyeruak begitu saja mendengar suara isakan Anjani yang menyedihkan.Sean menghembuskan napas berat, ia memaki dirinya dalam hati karena hampir saja ia bertindak kebablasan. Ia hampir menjadi pemerkosa kalau saja dirinya tidak langsung sadar."Maaf, Jan, saya tidak akan melakukannya lagi, maaf saya khilaf." ujar Sean berusaha menenangkan Anjani, meskipun yang ada isakan Anjani terdengar semakin kencang.Sean menarik diri dari Anjani, menatap Anjani yang kini menunduk menyembuyikan wajahnya. "Hei, saya minta maaf, saya tidak akan seperti itu lagi." ujar Sean penuh penyesalan. Tangan Sean mengangkat dagu Anjani dengan lembut, lalu mengusap jejak air mata Anjani yang
Sudah hampir setengah jam Anjani mengurung diri di dalam kamar Key, berjalan ke sana ke sini dan menyentuh beberapa barang koleksi milik Key seperti sepatu dan buku - buku yang berjejer rapih di tempatnya. Kamar Key tidak pernah berubah, selalu bersih dan rapih, malah terkadang kamar Anjani yang notebene perempuan lebih berantakan dari kamar Key. Diandra bahkan selalu meminta Anjani untuk mencontoh Key, sebab kamar Key sangat bersih dan rapih.Kamar Key juga wangi, barang - barang di kamarnya tidak ada yang berdebu, lantainya kinclong dan licin, apalagi dinding kamarnya, tak ada noda atau coretan tinta sedikit pun. Anjani tidak kebayang bagaimana nasib yang menjadi kakak iparnya nanti karena mempunyai suami yang gila kebersihan seperti Key. Mungkin kakak iparnya nanti harus menyapu dan mengepel lantai 10 kali dalam sehari supaya tidak kena omelan Key.Tok tok tokAnjani yang sedang memandang tanaman kaktus milik Key tersentak
Kedua mata Sean tak lepas dari Anjani dan Langit yang saling melempar tawa kecil, dada Sean bergemuruh melihat pemandangan di depannya, Langit yang tengah menatap Anjani yang sedang makan dan Anjani yang sesekali menyuapi Langit dengan sendoknya, kalau saja Sean tidak tahan emosinya, mungkin semua perlengkapan makan yang berada di atas meja sudah terhempas semua ke lantai."Langit, kalau kamu laper ambil piring aja makan sendiri, jangan ganggu istri saya makan." celetuk Sean ketika Anjani hendak menyuapi Langit lagi.Langit merapatkan kembali mulutnya, membuat Anjani mendelik jengkel kearah Sean."Apa sih om, aku sendiri kok yang mau suapin Sky." ujar Anjani menahan kesal.Sean meletakan sendok dan garpunya, kemudian ia bangkit dan pindah duduknya di samping kiri Anjani, membuat Anjani berada diantara suami dan pacarnya itu."Kalau gitu suapin saya sekalian." ujar Sean dengan tidak tahu malunya
"Kanker perut?" Sean menatap tak percaya kearah Lucia yang sedang terisak kecil. Mereka kini sedang duduk menunggu di depan ruang operasi Adi.Sean mengusap pelipisnya, wajahnya tampak frustasi dan marah. Bagaimana Sean tidak marah kalau ternyata selama ini Ayahnya mengidap penyakit kanker dan ia baru tau setelah kondisi Ayahnya semakin parah.Sean menghembuskan napas panjangnya, mengontrol diri. Ia lantas mendaratkan bokongnya di samping Lucia, tangannya bergerak mengusap pundak Lucia, menegarkan. Ya, Sean paham bukan hanya dia yang mengkhawatirkan nyawa Ayahnya saat ini, tapi mamahnya juga."Mamah harusnya bilang sama Sean dari awal. Sean ini anak kalian, masa masalah sepenting ini Sean gak tau?" Sean mendumal dengan nada lembut, jujur saja ia merasa kecewa saat tau Adi dan Lucia menyembunyikan penyakit yang Adi derita sejak satu tahun lalu. Padahal Sean adalah putra satu - satunya mereka.Lu
Anjani sedikit tersentak saat Langit menarik ikat rambut nya secara tiba-tiba, membuat rambutnya yang baru saja ia ikat menjadi tergerai kembali."Jangan di ikat." ujar Langit dengan wajah cerianya yang langsung berubah datar, kening Anjani mengernyit menatap Langit bingung.Anjani mengangguk mengindahkan perintah Langit, ia memilih diam daripada bertanya kepada Langit yang wajahnya seperti menahan marah.Suasana mendadak suram, baik Anjani dan Langit yang tadi melempar tawa kini saling diam."Kalau kamu mau pulang, aku tunggu di mobil." kata Langit kemudian ia bangkit dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan Anjani yang semakin dibuat bingung dengan prilaku Langit yang berubah drastis dalam beberapa menit.Suasana hati Langit berubah buruk setelah melihat bekas ciuman di leher Anjani. Siapa yang tidak marah melihat perempuan yang di sayanginya mempunyai bekas ciuman di leher dan yang jela