Share

Silvi Minta uang

Penulis: Mommy_Ilona
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-16 20:12:48

Dahiku berkerut mendengar suara Silvi dengan nada memerintah tanpa embel embel kata tolong, seolah aku bukanlah kakak iparnya yang harus dihormati melainkan pembantu dirumahnya.

"O-oh, oke sebentar ya Sil." jawabku

Aku pun membuat minum untuk Silvi, dan mengantarkannya. Kulihat dia duduk didepan tv sambil memainkan hp dan kakinya diatas mrja. "Astaga mengapa kelakuannya begitu sekarang." batinku

"Ini Sil, minumannya" ucapku

"Hm" jawab Silvi.

Tiba tiba ibu mertuaku masuk ke ruang tamu, "Ibu dari mana saja" tanya Silvi.

"Oh, ibu habis dari tempat Bu Idah barusan. Ada urusan" jawab ibu mertua sambil meliriku.

Alisku mengkerut kembali, "Bukannya tadi ibu mau ke warung ya karena ada yang belum kebeli? Apa ibu hanya alasan saja atau perasaanku saja?" batinku.

Kulihat Mas Rian datang ke ruang tamu terlihat sangat segar, rupanya dia habis mandi. Dia menghampiriku dan mengecup pipi kananku, "Sayang, mas lapar. Kita makan yuk! ayo bu" ajak mas Rian.

Aku tersenyum sambil mengikuti langkah mas Rian menuju meja makan. "wah, sepertinya enak sekali. Kamu habis masak sayang?" tanya mas Rian.

Baru saja mau kujawab terdengar Silvi menyahut lebih dulu, "Mas, aku minta uang dong buat bayar uang kuliahku." kata Silvi.

Mas Rian menatap Silvi sejenak sambil menghela nafas panjang kemudian menjawab, "Mas nggak punya uang Sil, kamu kan tau sendiri tabungan mas sudah buat acara pernikahan kemarin. Sedangkan mas juga belum dapat kerjaan lagi setelah habis kontrak waktu itu kan." jawab mas Rian.

"Kan ada mbak Riri mas, mbak Riri kan bekerja pasti punya uang dong. Ya mbak, aku minta uang buat bayar kuliahku ya." ucap Silvi sambil menatapku

Kulirik mas Rian dan ibu mertuaku sekilas, sebelum kujawab terdengar teguran dari mas Rian terlebih dahulu untuk Silvi. "Silvi, yang sopan dengan kakak iparmu. Mbak Riri itu baru aja jadi istri mas dan pindah kesini, kenapa kamu bersikap seperti itu!" ucap mas Rian menggeram.

Kupegang tangan mas Rian untuk meredakan amarahnya sambil tersenyum, " Tak apa mas, aku ada uang kok dari pada nanti Silvi telat bayar uang kuliahnya mending pakai punyaku dulu." jawabku

Terdengar helaan nafas mas Rian, dan hendak menjawabku lagi tapi terlebih dahulu disahut ibu mertuaku. "Sudah, sudah lanjutkan dulu makan malamnya nanti baru dilanjut lagi ngobrolnya. Kamu juga Silvi yang sopan sama kakak iparmu." ucpa bu Dara sambil melotot.

Silvi hanya mencebik sambil memakan kembali makanannya, akhirnya kami pun melanjutkan makan tanpa adanya suara. Selesai makan aku masuk ke kamar duluan untuk mengecek berkas berkas yang akan kubawa meeting besok, karena aku sudah mulai masuk kerja kembali. Tiba tiba ada yang memeluku dari belakang, sontak aku pun kaget namun sedetik kemudian aku sadar bahwa suamiku yang memeluku. "Sayang, maafin Silvi ya karena tidak sopan padamu." ucap mas Rian sambil menenggelamkan wajahnya diceruk leherku.

"Tak apa mas, aku sudah maafin kok." jawabku sambil tersenyum.

"Terima kasih, istriku. Kamu memang yang terbaik." ucap mas Rian sambil menciumiku

Aku terkikik karena malu dan juga geli, "Sudah mas, kita tidur yuk aku besok harus bangun pagi karena sudah mulai bekerja kembali" ajaku.

Mas Rian terlihat kaget, "Lho, kamu besok sudah mulai berangkat lagi yang?" tanya mas Rian sambil terlihat sedih. "Maaf, ya Yang. Karena aku belum dapat kerjaan lagi sejak waktu itu, aku merasa jadi suami yang berguna karena membiarkan istriku bekerja sendiri bahkan keluargaku juga meminta uang padamu." kata mas Rian menunduk.

Kuraih wajah mas Rian dan ku usap dengan lembut sambil tersenyum, "Tak apa mas, kita berjuang bersama sama ya. Jangan pernah menyerah oke. Bagaimanapun keadaanmu aku akan terus ada disampingmu mas." ucapku

"Ayo tidur mas" ajaku

Tak butuh waktu lama kami pun tertidur pulas karena merasa capek seharian ini habis pindahan dan juga beres beres semuanya, Pukul 5 pagi aku terbangun kulirik mas Rian masih ridur dengan pulas. Akhirnya kusingkirkan perlahan tangan mas Rian yang berada diperutku kemudian aku langsung menuju kamar mandi.

Setelah membersihkan diri dan sholat subuh, aku bergegas membangunkan mas Rian agar sholat terlebih dahulu kemudian aku langsung menuju dapur untuk memasak nasi goreng. Tak butuh waktu lama nasi goreng buatanku pun jadi bertepatan dengan mas Rian yang sudah turun menghampiriku.

"Wah, masak nasi goreng sayang?" tanya mas Rian sambil berbinar.

"Iya mas, ayo sarapan dulu." ucapku sambil tersenyum.

Ku ambilkan nasi goreng untuk mas Rian juga untuku, lalu kami pun sarapan dengan khidmat. Kutengok ke arah kamar Silvi dan juga ibu mertuaku yang masih tertutup rapat, padahal jam sudah menunjukan pukul 6 pagi. Setelah sarapan aku mengganti pakaian dulu dengan pakaian kantorku.

"Mas, aku mau berangkat dulu ya" pamitku

"Iya sayang, mau kuantar?" tawar mas Rian.

"Nggak usah mas, aku bawa mobil sendiri saja ya sekalian aku pamit nanti pulang kantor mau mampir ke rumah mamah soalnya tadi mamah telvon katanya Fifi pulang hari ini." kataku

"Iya sayang, nggak apa apa. Kamu hati hati dijalan ya jangan lupa titip salam buat mamah papah dan juga Fifi." ucap mas Rian

"Iya mas" kujawab

20 menit perjalanan dari rumah mas Rian menuju kantorku , akhirnya aku pun tiba dikantor. Banyak karyawan yang menyapa ketika aku melewati loby, kujawab dengan senyuman. Ku dudukan diriku dikursi kerjaku sambil menghela nafas, "Akhirnya, kembali kerutinitas semula. Semangat Riri." ucapku menyemangati diriku sendiri.

Karena terlalu fokus bekerja, tak terasa waktu sudah menunjukan jam makan siang. Pintu ruanganku pun diketuk seseorang.

Tok tok tok

"Riri, ayo makan siang dulu. kerja mulu lo emang nggak bosen apa." uccap Tia.

"Eh, Ya. iya ya sabar napah. Bentar gue beresin ini dulu." jawabku pada Tia.

"Ayo, buruan udah ditungguin Kevin lho dikantin." katanya.

Sontak aku pun menoleh ke arah Tia, "K-kevin, udah balik kerja disini lagi Ya?" tanyaku.

Tia tak menjawab, dia hanya menariku sambil tersenyum dan bergegas ke arah kantin. Benar saja tiba dikantin aku melihat sosok Kevin tengah duduk sendirian, walaupun aku hanya melihat punggungnya tapi aku sangat mengenali bahwa dia memang Kevin.

"Sory, Vin lama. Nih gegara bu bos terlalu asik kerja padahal baru juga doi masuk." ucap Tia.

Kevin meliriku sambil mengangguk, "Iya, nggak apa apa. Lagian gue juga baru nyampe sini kok. Gimana kabar lo Ri?" tanya kevin

"G-gue, baik Vin. Oh ya lo kapan pulang kok nggak kabar kabar?" tanyaku

Namun belum sempat Kevin menjawab sudah dijawab Tia duluan, "Dia pulang udah lama Ri,  ya semingguan lah kira kira. Nggak tahu tuh pas itu bilangnya mau kasih surprise."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pernikahan Membawa Siksa   Bab 143

    Esok menjelang, semua rencana yang telah Riri susun untuk menyembunyikan anak mereka berubah total. Pagi pagi sekali semua keluarga Riri dan orang tua Kevin sudah datang ke rumah sakit, bahkan George. Ayah kandung dari Kevin pun langsung meluncur dari kuar negri begitu dikabari jika cucunya sudah lahir dan selamat, ya kemarin setelah Riri melakukan operasi George memang sudah dikabari tapi karena ada sesuatu mendesak belum sempat ia pulang ia mendapat kabar jika cucunya tidak selamat. Ia begitu syok namun yang membuatnya kembali syok yaitu ketika Kevin kembali mengabarinya jika sang anak sebenarnya masih hidup.Tidak hanya George, tapi Maria dan juga seluruh keluarga Riri juga syok mendengar kabar itu. Awalnya Riri masih bersikeras untuk menyembunyikan fakta ini untuk sementara, tapi Kevin berhasil meyakinkan dirinya jika keamanan sang anak akan semakin terjamin jika keluarganya diberitahu sehingga semakin banyak orang yang bisa membantu menjaganya. Dan bagaimanapun juga sikecil butuh

  • Pernikahan Membawa Siksa   Bab 142

    Kevin mengurai pelukan sang istri, ia menatap wajah teduh Riri yang masih dihiasi oleh air mata. Kemudian mengecup pelan kedua kelopak mata sang istri, dan mendekapnya kembali dengan sayang."Aku minta maaf ya, terima kasih karena kamu telah memikirkan keselamatan anak kita. Maaf karena aku sudah gagal dalam menjaga kalian."Riri membalas pelukan Kevin dengan erat, hatinya merasa teduh. Ia bersyukur karena sekarang laki laki ini telah mengerti akan posisi Riri yang memang mengharuskan melakukan itu semua."Tolong ingat satu hal Ras, kalau aku sampai kapanpun gak akan pernah bisa berpaling dari kamu. Kamu dan anak anak kita begitu berharga bagiku, aku akan berusaha menjaga kalian dengan baik meski nyawaku sebagai taruhannya aku rela."Riri merasa terharu setelah mendengar ucapan suaminya, ia tak menyangka jika sang suami akan berbicara seperti itu. Lagi ia merasa sangat bersyukur bisa bersama dengan Kevin, orang yang begitu mencintai dan menyayangi dirinya serta anak anaknya."Sudah, a

  • Pernikahan Membawa Siksa   Bab 141

    CeklekSuster mendorong kursi roda Riri ke dalam ruang rawatnya, Kevin tengah menatap sang istri dengan tatapan datarnya. Namun ia tetap membantu memindahkan istrinya itu ke ranjangnya kembali, suster pergi dari sana dengan membawa kursi roda yang telah kosong."Kamu habis dari mana?" tanya Kevin khawatir."Aku cuma habis cari angin karena tadi gak bisa tidur lagi, kebetulan ada suster yang bertugas ngecek infus aku makanya sekalian aku minta cari angin." jawab Riri yang tak mau melihat ke arah Kevin, sebab ia habis menangis tadi karena bertemu dengan anaknya."Cari angin? Malam malam begini? Terus kenapa kamu gak bangunin aku aja Ras?""Emangnya kenapa? Aku gak mau bangunin kamu sebab kamu terlihat begitu kelelahan, tidurmu nyenyak banget aku jadi gak tega.""Sayang, lihat aku! Kamu habis nangis?" tanya Kevin yang memaksa Riri untuk melihat ke arahnya."Aku cuma lagi keinget semuanya saja kok." kilah Riri."Maafin aku Ras." Kevin mengira jika Riri tengah teringat dengan anak mereka

  • Pernikahan Membawa Siksa   Bab 140

    "Jadi selama ini kalian berdua bersekongkol untuk membohongiku?" tanya Riri, ia menatap nanar ke arah Kevin dan Tasya yang tampak menyesali perbuatannya."Maafkan aku sayang, aku tak bermaksud ingin menyakitimu, aku hanya ingin melindungimu." ujar Kevin sedangkan Tasya hanya menunduk."Kenapa Vin, bahkan anak kita sudah tiada. Kembalikan anakku!!!" ucap Riri dengan mata memerah."Kau sudah membunuh anakku, Vin. Aku membencimu, benci sekaliaku tak ingin bersamamu lagi." Riri menumpahkan segala emosi yang ada dalam jiwanya, ia melihat raut penyesalan dalam wajah kedua orang didepannya itu. Dia menangis sesenggukan disana, ia merasa dibodohi oleh suaminya sendiri. Ia ingin suaminya juga merasakan bagaimana rasanya menjadi dirinya."Sayanggggg...." Kevin berusaha menggapai Riri yang masih saja terus menangis. Sementara Tasya dan dokter Lucas sudah terlebihbdahulu oergi dari ruangan itu mereka ingin memberikan waktu bagi keduanya menyelesaikan masalah mereka."Pergilah, aku ingin sendiri.

  • Pernikahan Membawa Siksa   Bab 139

    Riri termenung seorang diri dibrangkar tempat tidurnya, entah apa yang membuat pikirannya begitu kacau. Usai kejadian yang baru saja terjadi diruangannya, tentang Jihan yang berusaha untuk melenyapkannya dan juga kedatangan Tasya yang menolong dirinya. Ia berpikir untuk apa Tasya menolong dirinya? Bukankah jika Tasya memang ingin merebut Kevin darinya seharusnya dia membiarkan Jihan melakukan hal tersebut kepadanya, tapi mengapa ini kebalikannya?"Apa yang sebenarnya dia rencanakan?" gumam Riri.Ceklek"Sayang?" ucap Kevin."Sedang memikirkan apa?" tanya Kevin lagi."Tak ada, bagaimana keadaan kekasihmu?" tanya Riri membuat kening Kevin berkerut."Dia bukan keka......"CeklekBelum sempat Kevin meneruskan ucapannya, pintu ruangan tersebut kembali dibuka oleh seseorang. Satu pemandangan yang sangat tidak Riri duga, ia melihat seorang dokter lelaki yang masih muda tengah mendorong kursi roda dimana Tasya duduk diatasnya."Dia?" tanya Riri bingung."Dia siapa, kok bisa sama Tasya?" tanya

  • Pernikahan Membawa Siksa   Bab 138

    DughBrukAww"Tasya." teriak Riri yang melihat Tasya terjatuh karena tendangan dari Jihan. Dia ingin menolong Tasya namun ia tidak bisa dengan cepat langsung turun dari ranjang sebab ia masih belum pulih benar.Ya orang yang telah menolong Riri dari niat jahat Jihan adalah Tasya, orqng yang dianggap sebagai rivalnya oleh Riri. Sedangkan Jihan mencoba lari dari ruangan tersebut tapi kakinya berhasil dicekal oleh Tasya menggunakan tongkatnya hingga membuatnya ikut terjerembab.Bruk"Sial!" Jihan kembali menendang Tasya membuat perempuan itu kembali tersungkur. Kemudian ia bangkit dan keluar dari sana meskipun dengan terseok seok.BrukJihan yang berpapasan dengan Kevin tak sengaja menabrak bahu lelaki itu ketika Kevin hendak masuk ke dalam ruangan sang istri, namun karena penutup hoodie itu dan posisinya Jihan menunduk sehingga membuat Kevin sedikit tak mengenali Jihan."Gimana sih jalannya." gerutu Kevin."Astaga! Ras, Tasya....Kamu kenapa?" pekik Kevin.Ia menghampiri sang istri terl

  • Pernikahan Membawa Siksa   Bab 137

    Mereka berbincang bincang didalam kamar inap Riri. Meskipun lebih dominan Pak Yuda dan Kevin saja yang berbicara, sedangkan Riri lebih banyak diamnya.Pak Yuda menyadari jika ada yang tak beres dari sikap anaknya, yang tidak seperti biasanya. Sebab ia tahu, Riri itu orangnya seperti apa. Biasanya ia pasti akan banyak tersenyum dna menimpali ucapan seseorang. Tetapi kini dihadapannya, anak itu malah memilih diam sambil melihat ke arah jendela.Sebuah satu set makanan dan juga obat yang telah terjadwalkan dari rumah sakit datang menghampiri ruangan Riri diantarkan oleh perawat yang berjaga, sesaat Riri hanya melirik makanan tersebut tanpa ingin menyentuhnya."Ini untuk jatah makanan atas nama Pasien Riani Saraswati ya Pak, beserta obatnya." ucap perawat tersebut."Ya terima kasih.""Makan dulu Ras, habis itu minum obatnya. Aku suapi." ujar Kevin.Kevin mulai menyendokkan makanan itu dan disodorkannya ke depan mulut sang istri, namun Riri hanya bergeming saja dan tak mau membuka mulutnya

  • Pernikahan Membawa Siksa   Bab 136

    Keesokan harinya Kevin terbangun dari tidurnya, beberapa hari ini ia tidur dengan posisi tidak benar membuat badannya terasa sakit semua. Ia menoleh ke arah ranjang tempat istrinya dirawat, namun ia kaget karena tak melihat sang istri berada disana.Ia segera mencarinya ke kamar mandi, tetapi tidak ada lantas ia keluar dari kamar inap tersebut berjalan melewati lorong. Ketika melewati taman, ia melihat siluet Riri tengah duduk dikursi roda dengan Pak Yuda disampingnya. Ia melihat Riri tengah menangis dipelukan sang ayah, Kevin memutuskan untuk memberikan ruang kepada sang istri supaya lebih tenang terlebih dahulu.Kevin tahu, pasti saat ini istrinya masih terpukul atas kejadian yang telah menimpa dirinya.FlashbackAdzan subuh telah berkumandang, namun agaknya Kevin enggan bangun kali ini. Riri yang tak bisa tidur kembali memutuskan untuk belajar duduk sendiri pelan pelan, ia sudah bertekad untuk bisa cepat pulih. Ia tak ingin seperti ini terus, ia harus melindungi keluarganya. Setela

  • Pernikahan Membawa Siksa   Bab 135

    "Kenapa kau terlihat terburu buru sekali, Ras?" tanya Kevin.Riri yang hendak melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat suaminya berada, harus kembali berhenti lantaran tangannya dicekal oleh Kevin.Dia ingin segera berlalu dari sana sebenarnya namun karena ditahan oleh Kevin membuatnya tak bisa kemana mana, apalagi keringat dingin telah membasahi wajahnya sekarang karena perutnya kian terasa nyeri."Kau kenapa?" tanya Kevin yang menyadari ada yang tidak beres dengan diri istrinya. Namun Riri hanya bergeming saja, dan.....BrukkTubuh Riri ambruk tak sadarkan diri, membuat Kevin semakin khawatir dengan kondisi istrinya. Apalagi melihat wajah pucat sang istri, padahal baru kemarin Riri keluar dari rumah sakit namun sekarang justru terjadi hal seperti ini.Untung saja Kevin berada disamping Riri sehingga dengan sigap ia dapat menangkap tubuh sang istri yang ambruk. Tanpa pikir panjang langsung saja ia menggendong tubuh besar Riri yang melebar berkali lipat karena kehamilannya."Ras, Sa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status