Share

Rindu Ayah

Author: E. K
last update Last Updated: 2022-09-14 18:21:28

Waktu berlalu begitu cepat, matahari kini sudah bersinar di ufuk. Sinarnya begitu menghangatkan dan menyehatkan. Waktu pagi, semua disibukkan dengan berbagai aktivitas. Mulai memasak sarapan, mencuci, membereskan rumah, bersiap berangkat kerja ataupun bersiap sekolah dan kuliah.

Pagi ini untuk pertama kalinya, Jihan tidak melakukan aktivasi apa pun. Ia sudah terlihat rapi, tapi ia hanya berdiam diri di kamar dengan pandangan mata kosong. Setelah sekian lama berdiam diri, Jihan beranjak lalu keluar kamarnya.

Sekilas ia melirik ke arah pintu kamar kedua anaknya, seperdetik kemudian ia langsung memutuskan pandangannya. Jihan lansung berlalu tanpa niat membangunkan kedua anaknya.

Saat Jihan hendak keluar, ia melihat Danu sedang tertidur di atas sofa. Tengah meringkuk sebab tinggi tubuhnya tidak muat di sofa yang berukuran kecil. Dengan wajah sinis dan penuh amarah Jihan pun melewati Danu tanpa membangunkan.

Jihan membuka pintu lalu membantingnya dengan keras membuat Danu terperanjat dan hampir terjatuh.

“Astaga,” pekik Danu lalu langsung terduduk di sofa yang ia jadikan tempat tidur itu.

Danu langsung menatap ke arah pintu yang Jihan banting. Ada tatapan tak terbaca dari raut wajah Danu. Ia hanya bisa mendesah kecil seraya menjambak keras rambutnya.

Selang berapa menit, Raisa dan Rafli terbangun. Mereka mencari keberadaan Jihan. Sadar akan kedua anaknya terus saja memanggil nama bundanya membuat Danu menoleh ke arah kedua anaknya.

“Anak-anak Ayah udah bangun, ya.” Danu berjongkok lalu merentangkan tangannya membawa kedua anaknya ke dalam dekapannya.

"Ayah," seru keduanya matanya berbinar melihat sang Ayah.

"Ayah kapan datang?" tanya Raisa si anak sulung.

"Tadi malam. Niatnya mau kasih kejutan. Eh, malah udah pada tidur." Danu berpura-pura sedih.

"Maaf Ayah. Ayah datangnya kemalaman, sih. Oh iya, Ayah mana oleh-olehnya? Ayah kan udah janji." Raisa menagih janji Danu yang akan membelikan mainan baru.

Danu terdiam. Bisa-bisanya ia melupakan janji yang telah ia ucapkan pada Raisa dan Rafli.

"Maafin Ayah, ya. Ayah lupa. Janji weekend nanti Ayah beliin. Enggak apa-apakan?"

"Yah, Ayah gitu. Padahal Raisa nungguin itu." Raisa kecewa.

Danu merasa tak enak hati. Kenapa bisa ia melupakan kebiasaan dirinya saat setiap dinas keluar kota. Mungkin terlalu sibuk dengan wanita yang kedua membuat orang-orang yang sejak lama mengisi hidupnya ia lupakan. Entahlah.

“Ayah, Bunda ke mana?” tanya Raisa saat ia sudah tak mempermasalahkan oleh-oleh yang Danu lupakan.

Danu tersenyum seraya mengelus rambut kedua anaknya.

“Bunda kerja, kalian sama Ayah saja, ya.”

“Rafli mau sama Bunda, Ayah,” rengek Rafli tiba-tiba. Setelah sedari tadi diam membisu.

“Dengarkan Ayah. Apa kalian enggak rindu sama Ayah? Ayah sedih, nih ternyata anak-anak Ayah enggak ada yang rindu,” sedih Danu dan itu hanya pura-pura saja.

“Raisa rindu, kok, Ayah. Rindu sangat.” Raisa memeluk tubuh Danu.

Danu lalu menatap pada Rafli, “Kalau jagoan Ayah gimana? Apa enggak rindu sama Ayah?” tanya Danu dengan memasang wajah memelas.

Si kecil Rafli menatap Danu, ia memegang wajah Danu yang sengaja dibuat terlihat menyedihkan itu.

“Ayah jangan bersedih, Rafli rindu, kok, sama Ayah.”

Danu merasa terharu, ini kali pertama dirinya merasa menjadi ayah yang sesungguhnya. Kemarin-kemarin ia terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, hingga melupakan tumbuh kembang anak-anaknya.

“Sini peluk Ayah.” Danu membawa tubuh kecil Rafli ke dalam dekapannya. Lalu ia mencium pucuk kepala Rafli kemudian berganti mencium pucuk kepala Raisa.

“Oke, berhubung Bunda udah pergi kerja sekarang, kalian sama Ayah dulu, gimana? Setuju?” ucap Danu seraya melihat bergantian menatap Raisa dan Rafli.

“Mau, mau,” ucap serempak Raisa dan Rafli.

“Good, kalau gitu tos dulu dong.” Danu mengangkat tangan untuk melakukan highfive.

Raisa dan Rafli langsung melakukan gerakan highfive dengan tawa renyah di mulutnya.

Danu memboyong anak-anaknya ke dalam kamar lalu menyuruh mereka mandi. Di dalam kamar mandi mereka saling bercanda membuat baju Danu ikut basah terkena cipratan air.

Di tengah kesibukan Danu memandikan kedua anaknya. Mona datang, ia berulang kali mengucap salam tapi tak ada jawaban.

Mona pun memberanikan diri untuk masuk. Biasanya jam 06.00, Mona selalu melihat Jihan dan kedua anaknya sedang sarapan. Tapi, kali ini ia tidak mendapati siapa pun. Mona merasa heran, sebab tidak biasanya Nyonya-nya seperti ini. Yang Mona tahu jika Jihan seorang wanita karier sekaligus ibu rumah tangga yang rajin dan patut ditiru.

Baru saja beberapa langkah kaki Mona melangkah, terdengar panggilan seseorang yang memanggil Mona.

“Mona, kamu sudah datang?” tanya Danu.

Seketika itu juga Mona langsung membalikkan tubuhnya dan membalas perkataan tuannya. Sadar akan keadaan Danu yang hanya menggunakan handuk mandi langsung menundukkan kepala.

“Iya, Tuan. Maaf saya sudah lancang masuk," sesal Mona.

“Tidak apa-apa. Mona ada yang ingin saya sampai kan sama kamu. Aku harap kamu enggak keberatan.”

“Tentu saya tidak akan merasa keberatan, Tuan. Saya bekerja pada Tuan dan Nyonya jadi, perintah kalian sangat penting untuk saya jalankan.”

“Saya titip anak-anak. Bundanya pergi kerja pagi-pagi sekali. Raisa biasanya di antar Bundanya, sekarang aku minta kamu yang antar, ya. Jangan lupa Rafli juga bawa, saya ada kerjaan penting dan tidak bisa saya tinggalkan.”

“Dengan senang hati, Tuan. Tuan tidak usah khawatir.”

“Terima kasih, Mona. Oh, ya tolong bantu anak-anak berpakaian,” titah Danu dan mendapat anggukkan dari Mona.

Mona pun undur diri untuk menemui Raisa dan Rafli serta akan membantu mereka berpakaian.

Sementara, Danu berjalan menuju kamar dirinya dengan Jihan. Saat masuk Danu dibuat kaget, pasalnya keadaan kamar yang begitu hancur, dan sudah tidak pantas lagi untuk disebut kamar.

“Jihan ... semarah itukah kamu?” gumam Danu begitu lirih.

Jika bertanya masalah marah sudah tentu Jihan marah

Jika suaminya sendiri menikah lagi tanpa terucap sepatah dua patah pun kata izin keluar dari mulutnya. Hati wanita mana yang tidak akan sakit hati. Dalam agama memang seorang pria dibolehkan untuk memiliki pasangan lebih dari satu. Tapi, tentu atas restu istri pertama. Bukan disembunyikan dan malah membuat kesalahpahaman.

***

Pagi-pagi sekali Jihan sudah ada di kantor. Wajahnya cantiknya terlihat sekali jika semalam ia tidak tidur. Dari balik wajahnya juga terlihat aura kesedihan.

“Kenapa semua harus terjadi padaku? Aku pikir dengan aku melakukan dengan perfect tidak akan berakhir seperti ini,” gumam Jihan pada dirinya sendiri.

Jihan menenggelamkan wajahnya di antara lengannya yang ia lipat di atas meja kerjanya. Ia sekarang sudah tidak peduli lagi tentang penilaian orang lain tentang dirinya. Jihan membebaskan dirinya yang selalu ingin terlihat sempurna. Ia gagal, jadi Jihan berpikir untuk apa yang melakukannya lagi.

Selang beberapa menit, datanglah Amel bawahan Jihan yang sangat setia padanya. Bahkan Dewi sendiri mengagumi sosok Jihan. Lalu bagaimana dengan sekarang? Apa masih sama?

Dewi yang merasa heran dengan Jihan, sebab tidak biasanya atasannya itu terlihat murung dengan penampilan yang berantakan.

“Pagi Mbak Jihan,” panggil Dewi seraya duduk di meja kerjanya.

Sedangkan yang dipanggil tetap bergeming. Sama sekali tidak merespons sapaan dari Dewi. Hal itu membuat Amel semakin heran.

“Mbak Jihan kenapa?” tanya kembali Dewi dan kali ini Dewi berada tepat di depan meja kerja Jihan.

Masih sama seperti yang tadi, tidak ada respons. Akhirnya Dewi kembali duduk di meja kerjanya dengan berbagai pertanyaan dalam pikirannya.

‘Ada apa dengan Mbak Jihan, gak biasanya?’ batin Dewi dengan mata tak terlepas dari tubuh Jihan yang diam tak bergerak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Maleo
Banyak typo… dewi amel… amel dewi… ribeet bacanya
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
laki2 selalu punya alasan utk selingkuh. waktu yg ada aja msh kurang utk istri sah dan anak2 apalagi setelah nambah istri.
goodnovel comment avatar
Edka22
iya typo baru ngeh... terima kasih sudah diingatkan ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   67 (selesai)

    Keesokan paginya, Mario begitu ingin bertemu dengan Jihan. Ia ingin membuat Jihan tidak untuk memikirkan kejadian tersebut. Apa lagi sekarang sudah dipastikan Danu tidak akan pernah bisa mengganggu Jihan. Danu sudah mendapatkan balasannya. Adam berhasil menjebloskan Danu ke penjara. Bukan di penjara di Ciamis atau di Jakarta. Tapi di Bogor, sengaja agar jaraknya benar-benar jauh. Ceklek.... Suara pintu terbuka... Mario melihat Jihan berdiri di dekat jendela, dengan tubuhnya ia senderkan pada sisi jendela. Melihat pemandangan seperti itu membuat Mario menghela napas panjang . Secara perlahan Mario pun masuk dan berdiri tepat di belakang tubuh Jihan. "Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku harap jauh lebih baik." Ujar Mario. Mendengar suara seseorang, Jihan pun menoleh lalu kembali melihat ke arah jendela. "Tidak baik-baik saja," Jawab Jihan singkat. "Apa yang membuat kamu merasakan hal demikian? Padahal, sekarang sudah tidak ada lagi yang akan mengganggumu. Orang itu sudah dipenj

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   Bab 66

    Firna begitu sedih melihat keadaan Jihan yang kacau. Ia turut merasakan apa yang Jihan rasakan. Tanpa terasa pula air matanya menetes. Sungguh membayangkan berada diposisi Jihan rasanya ia tak sanggup.Firna semakin tidak suka dengan Danu. Ia tidak menyangka ada sosok pria di dunia ini seperti Danu. "Mas Danu, kamu sudah keterlaluan! Kamu bertindak diluar batas kewajaran! Sebenarnya apa lagi mau kamu? Dulu kau membuang mbak Jihan dan sekarang apa coba yang kamu lakukan. Sungguh semakin ke sini kau tidak layak disebut manusia." Gumam Firna. Tak lama Raisya da Reno tiba-tiba datang. Padahal ia yakin kedua bocah ini sudah terlelap tidur. Cepat-cepat Firna mendorong pelan tubuh mereka untuk sedikit menjauh. Mereka tidak boleh tahu keadaan Umma-nya."Mama, Umma sudah pulang? Aku mau ketemu Umma," ujar Raisya pada Firna. Lalu disusul oleh Reno yang sama-sama merengek ingin bertemu Jihan."Besok, ya. Sekarang Umma harus istirahat. Dia kecapean. Kalian sayang kan sama Umma? Kalau iya, Mama

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   65

    Orang yang Adam hubungi adalah polisi, ia meminta untuk berjaga-jaga apabila nantinya Danu memberontak. Sementara itu Mario dan Adam bersembunyi. Dua orang berpakaian koko terkejut saat melihat polisi datang. Namun Adam meminta mereka tenang. Bahkan meminta mereka untuk kembali pulang. Mario yang sudah tidak sabar segera berlari ke lantai atas. Ia membuka satu-satu ruangan yang ada di sana. Hingga tinggal satu ruangan yang belum ia lihat.Sebelumnya, Mario ingin memastikan apakah Jihan benar ada di kamar itu atau tidak.Mario menempelkan telinganya ke daun pintu dan ia benar-benar mendengar sesuatu yang membuat amarahnya semakin diubun-ubun. Ia melihat Jihan menangis sambil berancau agar dilepaskan. Tanpa berpikir lama Mario langsung membuka pintu kamar yang ternyata tidak terkunci itu.Brak..."Jihan!" Teriak Mario.Jihan dan Danu langsung menoleh. Mario berjalan cepat ke arah Danu yang ternyata tengah melecehkan Jihan. Ia tidak menerima Jihan diperlukan seperti itu.."kurang ajar

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   64

    Mario dan Adam sudah berada di depan sebuah villa megah berlantai dua. Adam tahu siapa pemiliknya, sebab pemiliknya termasuk orang berpengaruh di sana. "Adam apa kau yakin di sini tempatnya?" Tanya Mario seraya menatap ke sekeliling rumah tersebut."Aku yakin." Ucap Adam.Kemudian terlihat sebuah mobil hitam melaju menuju villa. Buru-buru Mario dan Adam langsung bersembunyi. Mereka berdua bersembunyi di balik pohon besar yang ada di samping villa tersebut. Terlihat dua orang yang berpakaian seperti ustaz dan satunya berpakaian biasa yang tak lain adalah Danu. Mario semakin kuat dugaannya jika Jihan memang ada di sini di vila berlantai dua itu. "Kenapa perasaanku mendadak tidak enak seperti ini? Dam, ayo kita masuk saja, kita selamatkan kekasihku." tutur Mario pada Adam."Jangan gegabah, kita tidak tahu ada acara apa. sebaiknya kita cari tahu dulu. Sekarang ikut aku."Adam berjalan ke bagian belaang vila, berharap ada sesatu yang mereka ketahui. sementara itu Danu yang membawa dua

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   63

    Firna melihat Mario berlari, padahal beberapa menit lalu Mario mengatakan jika dirinya ingin beristirahat. Lalu sekarang kenapa malah berlari dengan raut wajah seulas senyuman."Mario kamu mau ke mana? Bukankah kau bilang mau beristirahat? Lalu kenapa malah ke luar?" Tanya Firna pada Mario.Dengan tidak hentinya melukiskan senyuman, Mario menceritakan apa yang baru saja ia dapat. Firna mendengar dengan seksama hingga Firna pun ikut tersenyum senang. Berharap ini adalah jalan untuk menemukan keberadaan Jihan."Tapi, apa kamu yakin itu Jihan? Bukan Danu yang sengaja menjebakmu?" Terka Firna dan sukses membuat senyum di bibir Mario kembali sirna.Apa yang dikatakan Firna benar, kenapa dirinya tidak berpikir sampai sana? Bisa saja orang yang menghubungi Nayla adalah Danu. Tapi, jika dipikir ulang meskipun ini adalah jebakan Danu. Setidaknya ia akan tahu di mana keberadaan Nayla. Ya, itu benar. "Aku tidak peduli jika pun ini adalah jebakan Danu. Jika jebakan ini malah akan mempertemukan a

  • Pernikahan Rahasia Suamiku   62

    Satu hari Mario tidak pulang ke rumah Jihan, anak-anak ia titipkan pada Firna. Sungguh selama dua hari itu ia berusaha untuk mencari keberadaan Jihan. Meskipun hasilnya tidak ada.Sekitar pukul enam pagi, Mario tiba di rumah Jihan. Dengan lemah Mario mengucapkan salam, kedatangan Mario disambut oleh Raisya dan Reno. Mereka berdua langsung berlari ke arah Mario dengan pertanyaan seputar Umma-nya.Bukan hanya Mario yang merasa hidupnya hilang separuh. Tapi, Raisya dan Reno juga merasakan hal yang sama. "Om, Umma udah ketemu? Di mana sekarang? Raisya sama Reno udah kangen," cerocos Raisya si sulung.Raisya tahu, belum ada kabar tentang umma-nya. Ini terlihat jelas dari raut wajah Mario yang terlihat muram, tak ada sedikit pun senyum walau seulas.Mario kemudian tersenyum, sebisanya ia berusaha untuk tidak memperlihatkan wajah sedihnya. Jika seperti itu, maka siapa yang akan menguatkan anak-anak Jihan? Begitu pikir Mario.Mario mengusap kepala Raisya, kemudian kepala Reno. "Sepertinya Al

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status