Home / Romansa / Pernikahan Sandiwara / Menantu Kesayangan

Share

Menantu Kesayangan

last update Huling Na-update: 2021-12-30 02:25:20

Ketika Shaila hendak menyusul Ezra, dia masih berdiri di tangga paling atas seolah menunggunya. 

 

Mereka benar-benar menyaksikan apa yang terjadi di ruang tamu. Semua beradu mulut dengan hebatnya.

 

Shaila membeku. Ayahnya mengusir Ezra? Lalu kenapa dia datang kembali dan menyelamatkan keluarga Nataprawira? 

 

Dia berpikir dan menatap Ezra, semakin banyak teka-teki di rumah yang ia tempati saat ini. Popularitas, kenyamanan, kemewahan, kesempurnaan yang selama ini ia ketahui, semua itu hanyalah rekayasa belaka demi menutupi kekacauan yang sebenarnya terjadi pada keluarga Fauzan. 

 

Ekspresi Ezra terlihat sangat tenang, seolah dia tak mendengar apapun yang dikatakan Fauzan saudara kembarnya.

 

"Kamu sudah mendengar semuanya. Jadi sekarang kamu masih punya kesempatan meminta dia kembali." Nadanya dingin. 

 

Kemudian dia menuruni tangga menuju ruang tamu.

 

Seketika, suasana ruangan menjadi canggung. Hening tak ada yang bersuara. Indira batuk berdehem. 

 

"Oh, sayang menantu Mama, gimana? Semalam tidurmu nyenyak cantik?" 

 

Shaila menunduk tersipu malu, dan berbisik, "Ehmm... Emm... Ezra, bagaimana kita bisa tidur nyenyak Ma, dia... "

 

Shaila membuat Ezra langsung melirik ke arahnya, tapi dia hanya terdiam tak merespon apapun. 

 

Indira dan Dirga menatap satu sama lain. Pun Fauzan dan Alyne mereka saling menatap tak percaya. 

 

Kemudian Indira tersenyum lebar. 

 

"Shaila, karena kamu dan Ezra sudah sejauh ini, biarkan saja. Kita masih satu keluarga. Ezra juga menyetujui pernikahan itu. Tadinya Mama hanya meminta dia menggantikan Fauzan satu hari saja. Tetapi jika kalian berlanjut seperti ini, Mama juga tidak keberatan."

 

Shaila memiringkan kepalanya melihat Ezra yang tak berkomentar apapun. 

 

Ezra mendesah kasar. 

 

"Kenapa kamu melakukan ini? "

 

Benar saja, tidak seharusnya Shaila menunjukkan kedekatannya dengan Ezra. Sehingga  semua orang akan mengira bahwa mereka saling mencintai. 

 

Alyne tersenyum puas mendengar semua itu. Rencananya mulus berhasil. Tidak ada lagi hambatan untuk mempertahankan Fauzan tetap disisinya. 

 

***

 

Kantor Sipil di Kota Bandung 

 

Fauzan dan Shaila membereskan berkas yang mereka daftarkan sebelumnya. Menghapus data yang sudah terdaftar. 

 

Lalu, dengan segera, Shaila kembali menghampiri Ezra untuk mengurus surat nikah mereka. 

 

lagi. Alyne tersenyum puas. Ia berjalan lenggak-lenggok menghampiri Shaila. Mengusap perutnya yang tidak kelihatan sedang hamil. 

 

"Kamu pasti sangat sedih kan, dengan kejadian kemaren? Sungguh menyedihkan nasibmu."

 

Ekspresi Shaila mendadak berubah. Dia kesal dengan sikap Alyne. Jika dia melayani wanita itu, sama saja dia  bodoh. Wanita yang merebut calon suaminya. Lalu, ia berbalik sambil mendengus pelan, tak disangka dia menubruk lengan orang dibelakangnya. 

 

Ezra memeluknya. Memandang Fauzan dan Alyne dengan acuh. 

 

"Fauzan, mulai sekarang Shaila adalah istriku. Dan kamu harus mengurus wanitmu itu."

 

"Kamu benar, aku harus mengurus Alyne."

 

Dengam cuek, Fauzan menarik tangan Alyne segera pergi. 

 

Sedangkan Ezra melepaskan pelukannya setelah tak ada lagi bayangan Fauzan dan Alyne. Dia merogoh sebungkus roko dari saku celananya, lalu menyalakannya dengan tenang. 

 

Tanpa sadar, Shaila menatapnya. Ternyata dia  begitu tampan. Wanita yang melihat wajah itu, pasti akan menggilainya. Namun, alisnya yang tebal dan sering berkerut, mengekspresikan bahwa dia itu seorang laki-laki yang sangat galak. Orang tidak akan berani melihat langsung jika mereka sedang berbincang. 

 

Dia pun sadar, apa yang dilakukan Ezra tadi, hanyalah untuk di depan orang lain. Tidak untuk ketika sedang berdua, jarak akan selalu ada diantara mereka. 

 

Nampak tak ada setitik pun tersurat kebahagiaan dari wajahnya. Dia harus menanggung beban semua yang telah ia mulai. 

 

Dia hanya memutar-mutar rokok itu tanpa menghisapnya. Lalu, dia menoleh ke arah Shaila seraya berkata, 

 

"Ila!"

 

"Ya." 

 

"Banyak hal yang harus kita perjelas mulai saat ini."

 

Shaila mengangguk pelan. 

 

"Pertama, aku tidak suka wanita yang terlampau pintar dariku."

 

Mendengar itu, Shaila nampak kecewa. Sepertinya Ezra tidak suka apa yang dia lakukan di ruang tamu tadi. 

 

"Sudah ku jelaskan, mengapa kita menikah. Seharusnya kamu bisa kembali dengan Fauzan saat ini. Tapi aku juga tidak tahan melihat wanita yang tak berdosa sepertimu tersakiti."

 

Ezra mendesah kasar. 

 

"Jangan salah faham! Di luar aku bisa menjadi suamimu dan aku pun akan menjagamu, tapi jika sudah berada di rumah, aku harap kita bisa saling menjaga diri, tidak saling mengganggu. 

 

Shaila menunduk, entah kenapa dia merasa sedih mendengar pernyataan Ezra. Matanya mulai sendu. Namun dia  kembali memperlihatkan kekuatan pada dirinya.

 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Sandiwara   Tiba-tiba kerinduan yang menggebu semakin menyatu

    Shaila tidak melanjutkan perkataannya, dia kembali terdiam dan menunduk. Menelan ludah sedalam-dalamnya. Harusnya, dia tidak muncul, dan membiarkan Ezra mematikan api itu.Tak masalah, nanti dia bisa menyalakan lagi saat Ezra pergi. Tapi sayang, dia lepas kendali, karena rasa takut tiba-tiba menerobos dalam dirinya. Hingga dia tak sadar lari melesat keluar dari tempat dia bersembunyi. Dan harus bertatap dengan Ezra.Dia sangat takut, produk sepatu yang dia buat tidak maksimal dan tak sesuai harapan, jika tidak sesuai dalam memberikan cap sepatu karena kurang maksimal saat memanaskan untuk capnya, maka hasilnya pun tidak akan istimewa, sebab orang-orang penting lebih memilih sepatu buatan tangan dengan cap yang benar-benar sempurna. Jika capnya tidak jelas, maka akan terlihat kalau sepatu itu hanyalah produk bodong alias barang kawe, bukan original."Jawab! Sedang apa kamu di sini, Shaila? Dan, dan apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Ezra sekali lagi. Rahangnya mengeras, tanda kem

  • Pernikahan Sandiwara   Apa Yang sedang kau lakukan, Shaila?

    Angin menelusuk masuk ke jendela yang sedikit terbuka.Di dalam ruangan, hanya ad Ezra. Hari hampir sore, dia masih saja membersihkan seluruh peralatan yang terlihat kotor, kemudian menata kembali barang yang masih terpakai. Dia paling tidak suka melihat barang atau ruangan yang kotor walau hanya secuil. Baginya tidak nyaman jika harua berada di ruangan seperti itu. Walau tak terpakai, setidaknya dia bisa merawat ruangan itu. Pria itu mendesah kasar. Tidak gengsi baginya jika harus melakukan pekerjaan ini sendiri, tanpa harus menyuruh orang lain. Ezra melipat sedikit lengan kemejanya.Beberapa kali dia melirik jam di pergelangan tangannya. Hampir dua jam Ezra menunggu. Orang yang sudah berjanji akan membantunya itu tidak datang juga. Gun pun belum muncul ke hadapannya."Ish, kemana anak itu?" Ezra mengumpat, lalu melempar kain lap yang sedang ia pegang.Seja

  • Pernikahan Sandiwara   Pertemuan Shaila dengan Ezra di dalam lift

    Shaila memeluk kedua lututnya di pojok kamar. Akhir-akhir ini, dia lebih sering menyendiri. Setelah menandatangani dokumen persetujuan kontrak kerja sama dengan perusahaan Fauzan, pikiran Shaila selalu bercabang dan tidak bisa fokus.Sebenarnya, saat pulang dari kantor, Fauzan mengajak Shaila untuk ikut bersamanya, tapi perempuan itu menolak halus. Dia tidak ingin memberikan harapan lain pada Fauzan, selain urusan pekerjaan. Cukup sudah, Fauzan menjadi masa lalu. Dia tidak akan membiarkan lelaki itu kembali memporak-porandakan isi hatinya seperti dulu yang pernah dilakukannya. Memghancurkan sampai tak ada harapan.Terbuai dalam lamunan, tiba-tiba Shaila memikirkan perusahaan mendiang ayahnya yang sudah tak beroperasi, bahkan tak terawat. Bangunan yang cukup luas, terlihat sedikit angker karena tak berpenghuni. Semua itu, karena ulah kakak angkatnya, Raka.Shiala terkadang berpikir untuk membuka pabrik itu kembali. Meski

  • Pernikahan Sandiwara   Inikah, ikatan batin seorang ayah dengan calon bayinya?

    Wangi yang tak asing menelusuk, merasuk ke dalam lubang hidung Shaila. Dia terdiam seketika, menikmati harum yang membuatnya kembali bernostalgia, pada masa-masa dia bersama lelaki yang masih memenuhi ruang hatinya. Rindu dalam dadanya membuncah, pada seseorang yang memiliki bau yang sama. Rindu yang baginya serasa seabad.Nyaman, dan tak ingin beranjak, begitu yang dirasakan Shaila saat mencium wangi khas lavender kesukaannya. Bahkan, tak ada orang lain yang rela memakai parfum yang dia suka, selain Ezra. Shaila berharap ini hanyalah mimpi, dia tidak ingin bangun dan beranjak dari mimpinya.Menyadari tubuhnya jatuh pada pelukan seseorang, Shaila segera membuka kedua matanya. Tak disangka, dia dipertemukan dengan pria yang sejak tadi melayang-layang di otaknya. Lelaki yang selalu saja membuatnya rela melakukan apapun demi kebahagiaannya."Ezra." Mulut Shaila ternganga, namun tubuhnya masih

  • Pernikahan Sandiwara   Shaila ketakutan

    Langkah Shaila terhenti, setelah berada tepat di depan pintu ruangan Ezra. Terdiam dan memikirkan bagaimana resiko yang akan dihadapi, jika dia benar-benar nekad masuk, dan mengatakan seluruh kebenarannya."Tidak, aku tidak boleh melakukannya. ini tidak boleh terjadi. Aku harus punya pendirian. Yaa Allah, tapi, ini kenapa aku ingin sekali melihat dia. Aku ingin mencium aroma bau tubuhnya," keluhnya dalam hati. Sungguh kehamilannya ini membuat emosinya mudah berubah-ubah. Terkadang dia ingin marah dan terkadang rindu tak tertahan.Lantas, Shaila menghentikan tangan yang tadinya akan mengetuk pintu, membiarkannya mengambang di udara. Wanita berjilbab mocca itu mendesah kasar. Mulutnya mengerucut, lalu kembali mengurungkan niatnya untuk bertemu Ezra.Jika dia bertekad mengikuti naluri. Atau entah keinginan jabang bayi, sama saja dia akan kembali terhanyut dalam kerinduan. Sedangkan, pengorbanan yang dia lakukan untu

  • Pernikahan Sandiwara   Kemarahan Ezra

    "Tega sekali kamu Shaila, tapi kenapa harus dengan Fauzan?" tanyanya lagi dalam hati.Ezra mendesah kasar lalu melemparkan seluruh dokumen yang ada di atas meja. Amarah menguasai diri. Mencoba tidak peduli pun percuma. Nyatanya pikirannya selalu dihantui oleh Shaila. Kenangan bersama Shaila.Bersamaan dengan itu, Ezra pun sangat membenci Shaila, wanita yang telah berani-beraninya mengaborsi darah dagingnya.Ezra mengacak-acak rambut frustasi, dan menjatuhkan diri di lantai. Tangan kanananya memegang kening, air mata dan amarah bercampur menjadi satu.Setelah berdiam beberapa jam, dia kembali tersadar dari lamunannya. Menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya kasar. Dia berusaha membuang jauh-jauh bayangan Shaila, dia tidak boleh frustasi hanya karena seorang wanita yang sudah mengkhianatinya. Dia kembali berdiri dan membereskan seluruh

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status