“Katakan padaku, Maudy. Apakah dia orang yang kamu bilang waktu itu akan menikah denganmu?”
Maudy menganggukkan kepalanya setelah mereka berdua keluar dari kelas. Menunggu selama beberapa jam untuk membahas tentang Leon. Ketika dia datang, dia tidak mau langsung membahas pria itu.Dia juga sudah mengirim pesan untuk dijemput oleh suaminya. Maudy memang sengaja tidak mengatakannya kepada Vanesa tentang pernikahan. Juga tidak mau mengundang siapa pun di hari pentingnya kala itu.Dia dan suaminya telah sepakat untuk tidak mengundang orang luar. Sekalipun itu adalah sahabat baiknya. Karena Maudy sendiri tahu betapa orang tuanya tidak pernah suka terhadap Vanesa. Bagi mereka, kehidupan mereka berdua sangat jauh sekali dan tidak layak untuk berteman.Vanesa dianggap wanita yang tidak baik untuk menjadi temannya Maudy karena sering gonta-ganti pacar. Begitu pula dengan kehidupan wanita itu yang jelas sangat tidak diterima oleh orang tuanya Maudy.Maudy masuk ke dalam rumahnya. Tiba-tiba saja dia melihat ada tempat khusus di ruang keluarga. Di pojok sana ada kotak seperti pembatas tempat main anak. Lalu dia melihat ada seekor anak kucing di sana dengan kaki yang masih di perban. “Waaah, ternyata dia sakit,” ucapnya Maudy secara perlahan. Dia masuk dan menutup pintunya dan berjongkok di sana. Dia mengusap kepala kucing itu. Hanya diam tanpa melakukan apa pun. Anak kucing yang masih sangat kecil sekali. Berusia sekitar dua bulanan perkiraan Maudy. Maudy baru saja pulang dari kampusnya. Lalu ke ruang tamu, melihat ada tempat itu di pojok sana pun agak terkejut dengan tempat itu. Waktu dia berada di sana. Tidak lama kemudian Leon muncul. “Kamu pelihara kucing?” Leon mengangguk. “Ya. Aku memungutnya waktu itu.” “Aku ingat kamu tidak menyukai kucing atau anjing.” Leon mengangguk. “Maka dari itu, kamu yang akan merawatnya.” Maudy tersenyum mend
Maudy melipat kedua tangannya di depan dada. Berdiri di sebelah ranjang. Melihat kelakuan suaminya yang begitu menyebalkan menguasai ranjangnya malam ini. Namun dia tidak bisa bertengkar dengan Leon saat di rumah sang nenek. Ranjangnya memang terbilang kecil meski cukup untuk dua orang, namun tidak bisa memberikan pembatas seperti menaruh guling di tengah. Leon tidur telentang sambil membuka kedua pahanya lebar agar Maudy tidak bisa naik. “Leon, kamu ingin mencari masalah denganku?” “Tidak. Ranjangmu yang terlalu kecil.” Dia berusaha menarik suaminya agar bisa menyingkirkan Leon dari ranjangnya. “Kalau aku tahu kamu bakalan nginap di sini. Aku sudah suruh kamu pulang sama sopirmu tadi.” “Aku tidak bisa tidur kalau sendirian di rumah.” “Karena kamu senang melakukan ini padaku.” Leon langsung duduk bersila dan kemudian melipat kedua tangannya di depan dada juga. “Haruskah aku ingatkan kejadian di mana kamu ke kamarku dan minta tidur bareng?” Maudy yang diserang denga
“Serahkan berkas itu lusa saja, besok aku tidak akan ke kantor karena ada urusan.” Sekretarisnya menganggukkan kepala. Leon yang baru saja keluar dari hotel. Memilih untuk makan siang bersama dengan beberapa anak buah yang dia percayai. Pintu mobil dibuka oleh anak buahnya. Dia masuk dan ketika baru saja melihat ada pesan dari istrinya. Maudy mengabari kalau wanita itu akan pulang lebih awal untuk menyiapkan makan malamnya Leon. Karena dia berjanji akan pulang ke rumah neneknya Maudy. Hampir saja dia lupa dengan janjinya satu itu. Wanita itu banyak berkorban untuknya. Tidak pantas kalau semisal Leon tidak menepati janji hanya sekadar menemui neneknya Maudy. Begitu dia sudah selesai makan, keluar dari restoran. Leon memilih jalan-jalan di sekitar restoran. Saat dirinya baru saja mengeluarkan rokok yang hendak dinyalakan. Dia dihampiri oleh anak kucing kecil yang terlihat kurus dan tidak terawat. Anak kucing itu menggesekkan
Maudy sedang berada di ruang tengah sekarang, dia dihubungi oleh suaminya. Mereka sedang melakukan video call, sementara itu Leon sedang bekerja dan terlihat seperti berada di salah satu ruangan yang di belakangnya ada layar besar. “Nenek,” panggil Maudy ketika dia melihat sang nenek lewat di sebelahnya dengan kursi roda. Dia melihat kalau sang nenek tidak pernah mau menyapanya dari kemarin. Namun hari ini nampak kalau sang nenek muncul di sebelahnya. Masih sama seperti kemarin, wanita tua itu tidak mau menyapanya karena dia tidak mengatakan dari awal kalau dia akan menikah dengan Leon. “Kenapa ekspresimu sedih?” tanya Leon. “Nenek marah karena aku tidak mengundangnya ke acara pernikahan kita.” “Berikan ponselmu padanya. Aku ingin bicara.” Maudy bangun dari sofa dan mencari keberadaan neneknya yang ternyata sedang ada di pinggir kolam ikan. Meski sebenarnya tidak ada pemandangan indah yang bisa dilihat selain melihat bebera
“Katakan padaku, Maudy. Apakah dia orang yang kamu bilang waktu itu akan menikah denganmu?” Maudy menganggukkan kepalanya setelah mereka berdua keluar dari kelas. Menunggu selama beberapa jam untuk membahas tentang Leon. Ketika dia datang, dia tidak mau langsung membahas pria itu. Dia juga sudah mengirim pesan untuk dijemput oleh suaminya. Maudy memang sengaja tidak mengatakannya kepada Vanesa tentang pernikahan. Juga tidak mau mengundang siapa pun di hari pentingnya kala itu. Dia dan suaminya telah sepakat untuk tidak mengundang orang luar. Sekalipun itu adalah sahabat baiknya. Karena Maudy sendiri tahu betapa orang tuanya tidak pernah suka terhadap Vanesa. Bagi mereka, kehidupan mereka berdua sangat jauh sekali dan tidak layak untuk berteman.Vanesa dianggap wanita yang tidak baik untuk menjadi temannya Maudy karena sering gonta-ganti pacar. Begitu pula dengan kehidupan wanita itu yang jelas sangat tidak diterima oleh orang tuanya Maudy.
“Maudy.” Wanita itu menoleh setelah dipanggil oleh suaminya. Dia tengah asyik menonton acara televisi di ruang keluarga. Tiba-tiba Leon muncul dan duduk di sebelahnya. “Ya?” “Besok aku ada perjalanan bisnis selama tiga hari.” Maudy yang mendengar ucapan suaminya itu seketika terkejut. Dia akan ditinggalkan di rumah sendirian. “Aku sendirian di rumah?” “Aku akan kasih kamu opsi. Kalau semisal kamu takut sendirian di rumah. Kamu bisa menginap di rumah orang tuamu, atau kamu bisa menginap di hotel dekat sini. Tidak mungkin juga kalau kamu ikut. Karena kamu harus kuliah.” “Aku ke rumah nenekku.” Maudy tidak mau pulang ke rumah orang tuanya. Biar saja dia pulang ke rumah neneknya untuk menenangkan diri selama tiga hari di sana selama suaminya tidak di rumah. “Oke.” “Kapan kamu bakalan berangkat?” tanya Maudy. “Sekitar jam 3 siang.” “Oh, oke.” Mereka tidak banyak bicara