Share

4. Perjanjian Pernikahan

Penulis: Queenazalea
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-23 12:33:58

“Bareng?” tanya Vanesa ketika mereka keluar dari kelas di saat sudah waktunya untuk jam pulang.

Maudy menerima pesan. Dia membuka ponselnya dan melihat ada chat dari nomor baru.

“Aku Leon. Di luar kampusmu sudah ada anak buahku yang menjemputmu.”

Disusul oleh chat baru yang berisikan foto anak buahnya dan juga mobil yang digunakan.

Dia menoleh ke arah Vanesa. “Aku pulang duluan, ya.”

Entah bagaimana ceritanya pria itu langsung mengirimkan anak buah begitu saja tanpa persetujuan dari Maudy sendiri. Padahal dia juga belum sempat untuk memberitahu bahwa dia bisa pulang sendiri atau dijemput oleh anak buah papanya.

Saat dia keluar, benar saja kalau ada tiga pria yang berdiri di luar mobil sembari mengobrol.

Maudy langsung mendekat dan memberikan bukti chat dari Leon barusan. Dia dibukakan pintu mobil dan langsung masuk.

“Aku akan di bawa ke mana?” tanya Maudy ketika mobil sudah melaju.

“Kita akan pergi ke kantor pak Leon.”

Tidak lama setelah anak buahnya Leon memberitahukan. Tempat itu tidak jauh dari kampusnya Maudy dan pintu mobil dibuka.

Mereka bertiga masih mendampingi Maudy untuk pergi entah ke mana pria itu akan membawanya.

Tiba di salah satu ruangan yang bertuliskan direktur di pintu. Mata Maudy langsung terpana melihatnya.

Benar saja, kalau pria itu ada di sana dan sedang ada tamu.

“Kalau begitu. Kita akan lanjutkan pembicaraan nanti,” ucap Leon ketika ada beberapa orang berada di ruangannya.

Mereka semua keluar begitu Leon memberikan kode dengan tatapannya. Sedangkan Leon membuka jasnya dan menaruhnya di kursi. “Ada apa mengundangku kemari?” tanya Maudy.

“Tidak ada. Aku hanya menunjukkan tempat kerjaku. Karena nanti, aku akan lebih sibuk dari yang kamu bayangkan. Mungkin saja kamu akan kesepian kalau meninggalkanmu bekerja.”

Dia dianggap seperti wanita pada umumnya yang begitu kesepian ketika ditinggalkan bekerja oleh pasangannya. “Aku bisa melakukan hal lain kalau semisal kamu bekerja. Aku bisa cari kegiatan lain.”

Leon menutup berkasnya dan menatapnya ketika Maudy duduk di kursi depan. “Kamu sudah makan?”

“Kamu mengalihkan pembicaraan.”

“Aku tidak tertarik dengan rencana hidupmu.”

Maudy terdiam sejenak ketiak dia menahan rasa kesal di dadanya mendengar jawaban dari calon suaminya yang tidak tertarik dengan rencana hidupnya. Ternyata Leon sedingin itu kepada dirinya.

Maudy keliling di ruangan pria itu. Sembari melihat banyak koleksi dari prestasinya Leon. Melihat kalau calon suaminya lulusan universitas ternama di luar negeri, dia sesekali takjub dengan itu. Pantas saja kalau orang tuanya mengatakan Leon bukan pria sembarangan. Penasaran dengan asal usul calon pasangan hidupnya, dia pun melihat semua koleksi itu dengan perlahan.

“Kamu tidak perlu memujiku,” ucapnya Leon yang tiba-tiba muncul di sebelahnya.

Maudy menoleh ke arah Leon. “Aku tidak tertarik memujimu.”

Leon tertawa saat dia menjawab demikian. “Pernikahan kita akan segera dilaksanakan, Maudy.”

“Kenapa buru-buru?”

“Lebih cepat lebih baik. Aku janji tidak akan ganggu privasimu. Kamu juga harus menjaga privasiku. Kita hidup masing-masing.”

Saat dia menoleh ke arah Leon. Pria itu juga menatapnya. “Hubunganmu tidak baik dengan orang tuamu?”

Leon menghela napas panjang. “Bukan tidak baik. Aku punya saudara yang beda ibu. Kalau aku menolak perjodohan ini, otomatis semua ini akan menjadi miliknya. Jadi, aku harap kamu mengerti maksud dari pernikahan ini. Aku akan tetap memberikan kebebasan untukmu. Pendidikanmu, keuangan aku juga akan menjamin itu. Kalau kamu mau bekerja, aku akan persilakan. Sejujurnya, aku mungkin berpikiran sama sepertimu. Aku tidak siap menikah.”

Tidak ada yang bisa dikatakan oleh Maudy. Karena memang benar bahwa dia juga tidak siap untuk menikah sekarang.

“Aku juga tidak siap. Jadi, ketika menikah nanti. Apakah kita akan tidur sekamar?”

“Terserah persetujuanmu. Kalau kamu tidak ingin sekamar denganku, aku juga tidak keberatan. Kalau kita bercerai nanti, setidaknya kamu tidak dirugikan dalam hal apa pun.”

“Kalau begitu, mari kita buat peraturan!”

Leon tertawa sejenak. “Aku tidak menyangka kalau kamu akan membuat peraturan seperti itu.”

“Kita akan saling menguntungkan. Kamu tidak siap menikah, begitu pula denganku.”

“Apakah di luar sana kamu takut ketahuan oleh pacarmu?”

Terdengar cukup mengejutkan ketika Leon membahas tentang pacar. “Aku tidak pacaran.”

Saat dia menjelaskan kalau dia tidak pacaran. Pria itu seperti sedang menertawakannya. Padahal memang benar, dia tidak pernah pacaran sebelumnya. Sekadar suka dengan seseorang mungkin pernah dia rasakan. Jatuh cinta sendirian juga pernah dia rasakan. Tapi untuk menjalin hubungan sama sekali tidak.

“Aku akan ke ruangan papa sebentar lagi,” ucapnya Leon sembari melihat arlojinya.

“Aku sendirian di sini?”

“Kamu bisa meminjam laptopku untuk mengetik surat perjanjian.”

Tak lama setelah Leon mengatakan itu. Memang benar kalau dia ditinggalkan sendirian di ruangan itu oleh Leon. Sekarang, dia sendirian berada di ruangan Leon dan memakai laptop milik pria barusan.

Dia mengetik beberapa poin selama mereka menikah. Pernikahan yang dipenuhi dengan persyaratan itu akan dilaksanakan. Setidaknya, dia tidak akan dirugikan karena mereka berdua sepakat untuk sama-sama memiliki privasi ketika mereka menikah nanti.

Status adalah sebuah formalitas yang di mana tidak perlu benar-benar terlihat seperti suami istri sungguhan. Hanya pura-pura di depan orang tua masing-masing.

Beberapa menit setelah ditinggalkan, surat itu jadi dan langsung dicetak oleh Maudy.

Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan pria bertubuh tinggi itu baru saja menutup pintu dan berjalan ke arahnya. “Sudah?”

Maudy dengan riang memberikan lembaran itu kepada Leon dan dibaca dengan seksama oleh Leon.

Leon menatapnya sambil memegang lembaran itu. “Katakan padaku kalau ada yang keliru.”

“Kenapa ada peraturan tidak boleh memiliki pacar?” tanya Leon sembari meletakkan lembaran itu di atas meja.

Maudy masih berada di kursi tempat Leon bekerja tadi. “Itu perjanjian yang harus kita sepakati bersama.”

“Terserah.”

“Kamu tidak keberatan?”

“Aku tidak ada waktu untuk tertarik pada wanita saat aku belum mencapai targetku.”

Matanya Maudy menatap dengan curiga, dia tidak mau memiliki pasangan yang tidak tertarik dengan wanita. “Apakah kamu suka pria?”

Leon mengambil bolpoin dan langsung tanda tangan begitu saja tanpa melihat poin lainnya. “Aku rasa, kamu begitu penasaran dengan kemampuanku di ranjang.”

Maudy menyengir dan sedikit takut dengan jawaban calon suaminya. “Aku hanya bertanya.”

“Dan aku hanya menjawab. Aku akan meladenimu ketika kamu penasaran suatu saat nanti. Aku harap, kamu jangan memancingku untuk satu hal itu.”

Maudy langsung bangkit dari tempat duduknya setelah tanda tangan. Mereka bertukar lembaran saat sudah ditandatangani oleh Leon. “Aku akan pulang,” ucap Maudy dengan panik.

Leon menertawakannya ketika dia sedang panik karena berusaha menghindari pria itu. “Aku pikir kamu akan berani seperti ucapanmu barusan.”

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
semoga pernikahan tanpa cinta ini menciptakan keluarga yang sakinah mawadah warohmah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   34. William Sakit.

    Ketika memasuki halaman rumah papanya. Maudy yang pulang karena dihubungi lagi oleh Marcel mengenai William yang sakit. Sampai di sana, dia melihat papanya terbaring lemah di atas ranjang. Menyaksikan pria tua itu tidak berdaya untuk sekarang. Infus dipasang di tangan kirinya. Maudy duduk di sebelah dan memegang tangan kanan papanya. “Dokter bilang Papa sakit apa?” Tanya Maudy ke Marcel yang sudah mengurusnya. “Papa selalu memaksakan diri.” “Kakak kenapa nggak ambil alih perusahaan sih? Mau sampai kapan kakak bakalan gini terus? Di rumah dan nggak pernah ada usaha sama sekali. Nggak mau bantuin papa buat urus perusahaan.” Dia beranikan diri untuk memarahi kakaknya karena selama ini sang kakak memang agak santai soal masa depan. Mengingat perusahaan butuh penerus dan pastinya yang paling diandalkan adalah Marcel. “Kali ini Mama ke pihaknya Maudy, Marcel. Mama nggak bisa biarin Papa kamu terus sakit begini.” Maudy tidak pernah ingin dibela oleh Ana. Dia hanya kasihan melihat Wil

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   33. Takut Bercerai

    Di ruangannya yang begitu dingin karena pendingin ruangan yang bertiup sejak tadi. “Tuan, ada tamu,” ucap sekretarisnya. “Suruh masuk!” Leon berdiri setelah dia mendapatkan kabar kalau ada tamu yang berkunjung. Mengambil kembali jasnya dan mengenakannya. Saat dia melihat siapa yang datang. Leon hanya tersenyum. “Papa ada urusan apa kemari?” Tanya Leon pada Erland yang baru saja masuk. Sekarang ada mereka berdua di ruangan ini tanpa ada orang lain lagi yang mendengar pembicaraan mereka berdua nantinya. Erland duduk setelah Leon mempersilakan. “Papa tidak ada maksud apa pun, Leon. Hanya memberitahu kalau mungkin Regan akan memberontak ke kamu.” Leon menuangkan air untuk papanya dan mendorongnya lebih dekat dengan Erland. Mendengar ucapan itu, dia mendongakan kepalanya dan duduk sejajar sekarang. “Anak kecil itu tidak tahu apa-apa.” “Papa takut ini akan merusak nama baikmu.” “Aku tidak melakukan apa pun.” “Fotomu beberapa tahun lalu yang sedang di kelab malam, memangku seorang

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   32. Warisan

    “Pa, aku bakalan gabung sama perusahaan.” Erland yang sedang sibuk dengan tabletnya tiba-tiba menoleh ke anak keduanya. Dia membuka kacamata dan meletakkan tablet itu di atas meja. “Kamu terlambat untuk mengatakan itu, Regan.” Marsha muncul. “Nggak ada yang terlambat kalau kamu peduli sama anakmu.” “Dari awal aku peduli dan memanjakan dia. Sekarang, dia tidak berguna sama sekali. Aku pikir, dengan cara memanjakan dia dan meninggalkan Leon. Dia bakalan lebih maju. Justru Leon yang lebih maju dibandingkan dengan dia.” “Membandingkan kedua anakmu itu saja sudah salah, Pa.” “Tidak ada yang salah, Ma. Kamu memanjakan dia dan sekarang lihat hasilnya. Dia meninggalkan proyek setengah jadi dan membiarkan Leon mengerjakan sisanya. Dia kabur begitu saja. Bahkan Leon waktu itu bersyukur tidak ngamuk di sana.” “Dia sebagai seorang kakak seharusnya membimbing adiknya.” “Tanyakan pada Regan. Apakah Leon diam selama Regan di sana?” Regan diam ketika Erland sendiri tahu bahwa anak pertamanya

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   31. Menunda Kehadiran Anak.

    “Nes,” Vanesa yang sedang bermain ponsel seketika menoleh. “Apa?” “Aku bingung terhadap Leon. Dia sekarang memberikan kebebasan untukku. Waktu itu dia melarangku main ke kafenya Regan. Sekarang, dia memberikan aku kebebasan ke sana. Dan beberapa kali dia juga membelikan kue untukku.” “Tanpa sebab?” “Dia tahu aku menyukai kue di sana. Terus dia memperbolehkanku. Waktu aku bilang kerjain skripsi di sana, dia nggak bolehin. Tapi beberapa waktu lalu dia bilang boleh ke sana. Itu mencurigakan nggak sih?” Vanesa memutar tubuhnya dan sekarang sedang tengkurap di sebelahnya. Di kamarnya Vanesa, mereka berdua sedang berbincang. “Hmmm, bisa dibilang mencurigakan. Tapi bisa dibilang juga kalau dia sudah mulai tertarik.” “Kami sekarang sudah sekamar. Setahun sebelumnya, kami tidur di kamar terpisah.” “Hah?” tanya Vanesa dengan heran melihat Maudy. “Ya, kami berdua pisah kamar. Dan seperti yang kamu bilang, aku berusaha menggodanya dan membiarkan dia menyentuhku.” “Bagaimana responsnya?”

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   30. Perselisihan Dimulai

    Usai pembicaraan tentang warisan. Seluruh perusahaan dimenangkan oleh Leon karena berasal dari istri pertama. Memang sikap Erlan tidak pernah adil dia dapatkan. Tapi sikap Erland pada Leon kali ini berbeda sekali dan bisa berpihak padanya. Dia pun akhirnya mengerti kenapa selama ini dia berjuang mati-matian untuk perusahaan yang akhirnya bisa dia dapatkan juga. Sesuai dengan apa yang diucapkan oleh Erland barusan. Bahwa apa pun yang keluar dari rekeningnya Erland pasti akan diawasi juga oleh orang perusahaannya Leon. Karena sudah masuk ke warisan yang menyeluruh. Kafe yang dibuat oleh Regan itu juga hasil dari keuntungan perusahaan yang kemudian diberikan oleh papanya untuk Regan. “Regan, kalau kamu siap untuk menikah. Papa harap bisa mencarikan kamu istri seperti istrinya kakak kamu.” “Aku sudah punya kandidat sendiri, Pa.” Dia membenci Regan sekaligus melihat adinya mencari pembelaan pada Regan kali ini. Tapi sayangnya tidak mendapatkan itu semua. Regan tidak dapat dibela oleh

  • Pernikahan Sementara: Diam-diam Aku Mencintainya   29. Warisan

    “Tuan, ada makan malam bersama keluarga,” baru saja Leon melepaskan jasnya. Dia baru saja tiba di kantor setelah rapat di luar. Lalu sekretarisnya mengatakan itu kepadanya. “Sama papa?” “Benar, Tuan. Ada adik Anda juga.” Leon berhenti sejenak setelah mendengar ucapan serketarisnya kalau Regan hadir di makan malam mereka nanti. “Oke, konfirmasi ke papa kalau aku akan datang.” “Baik,” ucap sekretarisnya. Tidak biasanya kalau sampai Leon datang ke acara makan malam dan juga dihadiri oleh Regan sendiri. Orang yang sudah sejak lama sekali membuat hatinya kesal. Karena merasa bahwa adiknya itu tidak berguna sama sekali. Pekerjaan yang diselesaikan oleh Leon lebih awal dari biasanya. Dia menutup berkas yang baru saja selesai dibacanya dan sudah memberika tanda di sana, ada beberapa hal yang perlu direvisi oleh bawahannya. Leon mengambil jasnya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Mencoba menghubungi Maudy dan memberitahukan istrinya bahwa dia akan pulang lebih larut malam ini

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status