Share

Bab 3. Terlanjur Hamil

Dari jam ke hari aku terus menunggu kedatangan Arya namun tak kunjung pria itu menunjukan batang hidungnya. Dan baru aku sadari setelah beberapa hari kemudian jika BPKB (Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor) di laci lemari hilang.

Entah sejak kapan benda itu hilang. 

Yang jelas semua surat-surat berharga telah aku satukan salam map dan aku simpan dalam laci lemari. 

Aku tidak mungkin lupa!

Kamar kostku hanya seluas lima kali lima, hanya ruang tidur dan kamar mandi. Dan furniture pun terbatas, satu tempat tidur, satu lemari kayu ukuran sedang, meja dan kursi hanya itu. Barang-barang pribadiku pun terhitung sedikit, aku hanya punya sesuatu yang benar-benar aku butuhkan. Aku bukan tipikal orang gemar belanja.

Dan seluruh kamar sudah aku bongkar dan BPKB tidak aku temukan. Dan aku menduga Arya telah mengambilnya ketika aku pergi membeli jus waktu itu. 

Aku yakin seratus persen.

Dan fakta yang memperkuat duganku itu, ketika beberapa hari lalu aku datang ke rumah dinas yang selama ini tempat ia mengaku tinggal. Aku nekat bertanya pada petugas di sana, dan tak satu orang pun mengenal Arya Kusuma. Bahkan aku sempat sodorkan foto wajah Arya tidak satupun orang yang mengenal. 

Justru salah seorang tentara usia nyaris lima puluh tahun yang aku temui di rumah dinas itu mengatakan hal tak terduga. “Pesan saya Mbak, jangan mudah percaya. Baju tentara bisa dibeli di mana saja.” 

Dia kembali mengamati foto Arya yang sedang berpose lengkap dengan baju dinas. “Ini lucu ini. Sejak tentara pake baret (topi) begini.” Pria itu memperlihatkan foto Arya tepat di wajahnya yang sudah di zoom. Dan aku masih tidak mengerti apa yang tentara itu bicarakan. 

“Logo baret itu pasti di sebelah kanan, ini kok kiri. Terus ini tambah lucu baret warna merah tapi lambangnya burung garuda. Sebenarnya pacar Mbak itu Angkatan Laut apa Angkatan Darat?”

Dengan polosnya aku menjawab, “Angkatan Laut.” Ya selama ini Arya memang mengaku TNI AL.

Tentara tua itu tertawa terpingkal-pingkal sedangkan aku hanya melolong seperti anak SD yang tidak mengerti penjelasan guru. 

Selama ini aku tidak tahu tentang aturan seragam tentara, apalagi mengamati logo yang dikenakan Arya. Yang aku tahu dia seorang tentara, karena selama ini dia sering menjemputku dengan seragam lengkap dia juga sering cerita tentang tugas-tugasnya. Sungguh aku ragu harus percaya kepada siapa. 

“Mbak ada foto lain?” tanya Pak Tentara itu kembali. Dan aku dengan sukarela mencari koleksi foto Arya yang lain. 

Dan lagi-lagi Pak Tentara itu tertawa. “Ngak bener ini kalo tentara, name tag di kiri. Di mana-mana ya sebelah kanan. Yang tadi bener Mbak, name tag sebelah kanan kok ini bisa kiri? Pacar Mbak ini tugas di mana?" 

“Saya kurang paham Pak. Dia bilang tugasnya pindah-pindah.” Aku hanya bisa menggeleng dengan memasang wajah bodoh, benar-benar tolol. 

“Banyak sekarang orang ngaku polisi atau tentara Mbak, pesan saya hati-hati saja. Karena tentara dididik disiplin, apa yang mereka pakai ada aturanya. Tidak sembarangan, sepatu saja sudah ada aturan khususnya Mbak.” Suara Pak Tentara itu merendah, dari sorot matanya pun terlihat iba, mungkin karena melihat dua bola mataku merah berkaca-kaca. 

Tak lama kemudian aku pamit pulang dengan Pak Tentara ramah itu, karena sudah tak tahan menanggung malu. 

*

Kenal dua bulan dan pacaran selama setahun, aku tidak tahu persis susuk beluk Arya. Yang aku tahu dia seorang tentara usia dua puluh sembilan tahun, jika bicara sangat manis dan romantis. Dan selama aku kenal Arya tidak pernah ditugaskan di luar kota, apalagi luar pulau. 

Lagi-lagi batin dan logikaku berdebat. 

Aku ingat betul Arya pernah bilang jika ayahnya seorang Jendral, jadi dia mendapatkan perlakuan khusus, salah satunya dia boleh memilih dimana tempat ia dinas. Itulah yang membuatku percaya jika Arya tidak perlu dinas luar pulau. 

Dan hal itu aku sadari itu dusta, setelah Arya menghilang selama ini. 

Setelah mengetahui semua fakta itu, hidupku menjadi benang kusut. Aku bingung menentukan arah hidupku, aku harus bagaimana dengan janin yang terus tumbuh dalam perutku. Tak dipungkiri hal itu lah yang membuatku memutuskan aku memilih langkah bunuh diri malam itu.

Nyatanya, menemukan Arya tak ada hasil. Bunuh diri pun gagal. Entah aku harus bagaimana melanjutkan hidup yang terasa suram?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status