Share

Bab 4. Arya Kembali

Author: Zedanzee
last update Last Updated: 2022-08-29 20:45:24

Dari pandangan mata Arya persis seorang tentara. Sosok yang kharismatik dengan otot-otot kuat melekat di kulit coklatnya, tingginya pun lebih 175 cm dan dengan gaya rambut selalu rapi. Yang aku sukai adalah bau tubuhnya selalu wangi dan segar. Teringat bagaimana pertama aku mengenal Arya.  

Saat itu aku dan Sintia ngopi di cafe, sedangkan Arya duduk di barisan tak jauh dariku. Sempat aku curi pandang karena dari sekian orang, hanya satu orang dengan baju seragam tentara lengkap, ngopi sendirian di cafe. 

Dan ternyata hal yang sama juga terjadi pada Arya, dia curi pandang padaku. Dan beberapa kali pandangan kami bertemu. Ketika aku hendak pulang dia menghampiriku di parkiran. 

“Mbak,” seru Arya setengah berlari menghapiriku. 

“Ya, ada apa Pak?” Naluri spontan memanggil seorang tentara “Pak” sebagai bentuk rasa hormat meskipun aku tahu sosok itu masih muda.

“Jangan panggil saya Pak. Saya belum berkeluarga…perkenalkan saya Arya.” Dengan sopan dia mengulurkan tangan.

Aku ragu-ragu tapi tetap jabat tangan. “Saya Yollanda. Ada apa?”

“Saya ingin kenalan dan berteman jika Mbak Yollanda mengizinkan.” Sungguh pria yang gentleman. Wanita mana yang tak tersipu dengan pria yang mengajak kenalan dengan cara seperti itu? Apalagi seorang tentara. 

Aku tak bisa menolak kenalan itu dan akhirnya kita tukeran kontak. Jika boleh jujur, aku memang sudah tertarik sejak pertama kali melihat Arya di cafe. Sungguh dia tampan menawan. Dia idamanku selama ini.

Dua bulan kenal, Arya sering mengajakku nonton bioskop atau sekedar jalan-jalan. Akhirnya dia menyatakan cinta dan kami pun sepakat untuk menjalin hubungan bernama pacaran. 

Tiga bulan pacaran dia berani menciumku, enam bulan berlalu dia mulai merangkulku dan aku tanpa penolakan. Dan titik dimana aku bodoh berotak udang, sembilan bulan pacaran melakukan hubungan haram. Sungguh, aku sendiri malu jika mengingat mengapa aku bisa semudah itu. 

Kini aku sadar mengapa Arya selalu berkelit jika aku bertanya tentang keluarganya. Padahal sejak awal hubungan dia menyatakan akan serius membawa aku ke pelaminan. Namun, sekalipun aku tidak pernah berniat untuk memperkenalkan aku dengan keluarganya.

Dan aku sendiri beberapa kali mengajak Arya pulang kampung ke rumah Kakek di Malang, dia selalu menolak dengan seribu alasan. Dan ketika dia sudah menghilang kini aku sadar jika semua yang dilakukan Arya adalah skenario yang dia buat. 

Arya menjadi sutradara sekaligus aktor utama dan aku sebagai peran pembantu, yang membuat seluruh karangan Arya menjadi dramatis dan menguntungkan. 

Kini aku pun binggung harus berbuat apa dengan cabang bayi dalam perutku ini. Dan segala hal yang Arya lakukan menimbulkan kebencian terhadap diriku sendiri dan cabang bayi yang tak berdosa. 

Pernah terfikirkan aku untuk menggugurkan kandungan ini tapi aku menyadari jika kehadirannya juga karena aku yang mempersilahkan. Tapi di sisi lain aku juga takut perutku membesar, tak bisa aku pikirkan bagaimana pandangan orang mengenai diriku. 

Seharian penuh aku di dalam kamar kost, hanya keluar ketika sore itu pun ke depan bertemu dengan kurir yang mengantar makanan yang aku pesan di online. Dan ketika malam tiba, aku mulai merasa sesak dan semakin penat kemudian aku memutuskan untuk duduk di teras.

Memandang langit, pintu gerbang atau halaman kost yang lumayan luas. Separuh terisi motor dan mobil penghuni kost. 

Kost yang aku tinggali ini terdiri dari dua puluh rumah kost, terdiri dari penghuni pria dan wanita. Lantai bawah khusus wanita sedangkan lantai bawah untuk pria. Siapa pun boleh berkunjung dengan syarat tidak boleh menginap. 

Itu syarat mutlak yang diberikan Bu Suny untuk semua penghuni kost. Jika ketahuan ada yang berkunjung lalu menginap berarti siap-siap angkat kaki untuk selama-lamanya dari kost Bu Suny. 

Dan ketentuan itu yang membuat kost ini tenang dan tidak bising, meskipun semua penghuni kamar kost nyaris punya karakter yang sama. Cuek, tidak peduli dengan urusan sesama penghuni kost. 

Oleh sebab itu aku betah tinggal di kamar kost ini. 

Aku menatap ke lantai dua, ujung barat mencari sosok Ben, tak nampak sedikit pun. Justru yang ada sunyi senyap. 

Dari peristiwa di jembatan hingga tadi pagi dia mengantarkan makanan, aku belum mengatakan “terima kasih.” 

Bukan aku tidak mau mengucapkan itu tapi entah kenapa aku merasa berat untuk mengucapkan hal itu, aku tidak mau menaruh harapan atau mudah terpengaruh dengan pria. Tidak akan! 

Hanya saja sepertinya aku harus mengganti makanan yang diberikan Ben untukku, aku tidak ingin pria itu mengasihi dan ujung-ujungnya hanya akan memanfaatkan aku seperti Arya.

Segera aku pesan pizza. Dan akan aku antar ke kamarnya sebagai bentuk ganti makanan yang dia berikan padaku. Jika aku ganti bentuk uang aku yakin pria itu tidak akan terima dan bisa saja malah tersinggung. 

Satu jam berlalu, seorang kurir telah sampai pintu gerbang membawa pizza ukuran medium. Dan segera aku naik lantai dua untuk mengantar pizza itu, akan tetapi aku ketuk berkali-kali Ben tidak nampak. Justru tetangga sebelah kamar Ben yang keluar memberitahuku jika Ben biasanya akan pulang kerja di atas jam sembilan. 

Oleh sebab itu aku memutuskan untuk kembali turun dan menunggu Ben di teras kamarku sendiri.

Namun, sosok yang aku tunggu tak kunjung datang hingga pukul setengah sepuluh. Ketika ngantuk dan letih di badan menyerangku sosok dengan sepedah motor Yamaha NMAX melewati gerbang.  

Aku tercengang, Arya akhirnya datang padaku. Membawa motor kesayanganku. 

“Arya…”Aku berdiri dengan mulut melolong menatap Arya dengan helm hitam bermasker memutar stir ke arahku.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Sepuluh Juta   Bab 23. USG Pertama

    Tapi aku tidak lupa jika yang tidak suka denganku ialah ayah mertuaku. Tapi sikapnya yang diam dan tak komentar itu jauh lebih baik dari pada dia berucap tapi menyakitkan.Jam dua siang beberes kelar, termasuk mengambil tempat tidur, lemari dan beberapa meja di gudang kemudian di tata di kamar. Barulah sore hari Mama Eva kembali cerewet, memaksa Ben untuk mengantar USG ke dokter.Kami hanya bisa pasrah dengan permintaan itu. Bukan itu saja permintaan Mama Eva, dia memaksa Ben untuk ikut masuk kedalam ruangan periksa. Sebenarnya Ben sudah menolak dengan banyak alasan tapi Mama Eva kekeh memaksa. Aku berbaring di tempat tidur sedangkan seorang bidan berdiri di sampingku, bersebelahan dengan Mama Eva. Jarinya mulai membuka kemejaku. Sedangkan mataku justru menatap Ben, kwatir pria itu berfikir hal yang tidak-tidak setelah melihat kulit perutku.Sebuah alat untuk memeriksa dekat jantung telah melekat di perutku. Dan suara jantung anakku mulai terdengar dengan ritme stabil. Kulihat Mam

  • Pernikahan Sepuluh Juta   Bab 22. Ibu Mertua Impian

    Genap dua hari aku di rumah mertua. Aku melihat serta merasakan suatu hal yang bertolak belakang. Yang pertama Mama Eva yang sangat perhatian dan Ayah Anjas yang terlampau culas. Pria itu sedikit pun tidak mau bertegur sapa denganku, bahkan duduk di ruangan yang sama dia menolak. Aku tak ambil pusing. Tidak aku pikirkan. Toh ini hanya sementara. Mama Eva sendiri mengatakan jika suaminya butuh waktu menerima kenyataan. Aku hanya perlu bersikap baik, selebihnya Ayah Anjas sendiri menyembuhkan rasa kecewa itu.Tepat di hari ketiga aku di rumah itu, aku dan Ben memutuskan untuk segera kembali ke kota. Cuti kerjaku tinggal dua hari, sedangkan Ben perlu mengurus cafe. Namun, rencana tidak sesuai harapan setelah kami dipanggil Mama Eva di ruang tamu. “Setelah menikah kalian mau tinggal dimana?” tanya Mama Eva membuka percakapan. Aku diam. Dan Ben menjawab, “di kost Ma.”“Kost?” Dahi Mama Eva mengkerut. Aku sendiri hanya bisa tersenyum tipis. “Kost suami istri. Kan ngak masalah, kami mas

  • Pernikahan Sepuluh Juta   Bab 21. Susu Ibu Hamil

    “Terus kapan kamu tahu jika ayahmu kandung meninggal?” tanya Ben, sepertinya dia mulai tidak sabar mendengar puncak ceritaku yang bertele-tele. “Umur lima belas tahun. Ketika aku terus-terusan bertanya mengapa ibu harus sembunyi setiap kali ke makam yang tidak aku kenal orangnya. Saat itu ibu mengatakan sejujurnya padaku siapa sebenarnya ayah kandungku. Dan aku juga harus berjanji untuk tidak mengatakan hal ini pada siapa pun. Kenyataan itu menjadikan bibit kebencian pada Sasmitha.” Setiap kali mengingat dan menyebut nama pria aku tak bisa menahan senyum sinisku. “Hal itu yang membuatmu tidak mengundang dia?” Ben memandangku dengan kedua alis berkerut. “Banyak hal. Sejak aku tahu dia bukan ayah kandungku, dia juga yang menjauhkan aku dengan Kakek. Aku semakin tidak berempati pada pria itu. Terlebih lagi kenyataan di depan mata, bagaimana pria itu memperlakukan aku dengan dua anak kembarnya cukup tumpang tindih.”“Jika aku yang mendapatkan prestasi aku tidak mendapatkan pujian. Tapi

  • Pernikahan Sepuluh Juta   Bab 20. Rencana Rati

    Ben berada di sampingku dengan tubuh menghadapku, dan sengaja di tengah-tengah aku letakan sebuah guling ukuran sedang. Aku anggap itu adalah pembatas tubuh kami. Beberapa kali Ben tersenyum kadang juga mengerutkan kening mendengar ceritaku. Cerita itu yang aku rangkai berdasarkan cerita ibu, cerita kakek dan juga beberapa kejadian tidak menyenangkan yang pernah aku alami di masa lalu.“Ini sudah jam setengah satu, kamu tak ngatuk Ben?” tanyaku mengalihkan perhatian. “Tidak.”Aku menghela nafas panjang. Butuh energi yang kuat untuk aku menceritakan kenangan buruk itu.“Lanjutkan! Terlanjur penasaran,” ucap Ben.Aku diam sesaat dan tersenyum nyengir. “Tapi aku lapar.”“Kamu mau makan apa?”“Terserah,” jawabku. Ben lantas bangun lalu keluar kamar dan kembali dengan membawa air mineral, satu toples kripik pisang dan biskuit coklat. “Tidak ada makanan padat yang enak di makan malam hari. Makanlah cemilan.” Ben meletakan semua makanan dan minuman di pangkuanku. Aku tersenyum girang.

  • Pernikahan Sepuluh Juta   Bab 19. Sasmitha

    Tiga hari berlalu Sasmitha benar-benar menepati janjinya Ia kini datang bukan hanya membawa dua bungkus bakso, tapi si kembar; Roni dan Ronal ikut serta berjalan mengapit dirinya. “Maaf Dek Rati aku sengaja membawa mereka untuk kuperkenalkan padamu dan Yollanda.” Sasmita tersenyum malu-malu sambil melepas mengusap dua kelapa dua bocah yang berada di kanan kiri. Sasmitha tidak langsung membombardir Rati dengan pertanyaan seputar lamaranya kemarin. Dia justru ikut bermain dengan Si Kembar dan Yollanda. Sedangkan Rati duduk mengamati. Pandangannya terhadap Sasmitha sedikit berubah, Sasmitha tidak terlalu buruk. Pekerjaan Sasmitha juga jelas, meskipun sekelas tukang bakso dengan karyawan satu orang. Pasti suatu saat sukses bisa menghidupi empat orang. “Dek Rati bagaimana dengan lamaran Akang kemarin?” Akhirnya setelah tiga puluh menit bertamu Sasmitha bertanya. “Ada syarat jika memang Ak

  • Pernikahan Sepuluh Juta   Bab 18. Rati

    Rati hidup dengan suaminya di rumah pemberian orang tuanya. Ayahnya sudah meninggal sejak usianya tujuh belas tahun. Sedangkan ibunya meninggal setelah Rati menikah selama satu tahun. Ketika usia pernikahan menginjak enam belas bulan Rati positif hamil dan melahirkan seorang anak perempuan yang dia beri nama Yollanda Kartika. Rati berharap anaknya seperti memiliki sifat seperti namanya; Yollanda yang berarti kuat. Dan nama Kartika berasal dari nama pahlawan perempuan yang dia kagumi; Dewi Sartika. Ketika Yollanda usia satu tahun, wabah demam berdarah terjadi di desa tempat ia dilahirkan. Puluhan anak-anak dan orang tua terbaring lemah di rumah sakit. Bahkan tidak sedikit yang meninggal, dan salah satu orang yang menjadi korban ialah ayah Yollanda. Sejak saat itu Rati menjadi seorang janda muda satu anak. Enam bulan menjadi janda seorang pria berkumis tebal datang ke rumah dengan menenteng dua bungkus bakso.Sasmitha siapa yang tak kenal dengan pedagang bakso itu. Termasuk Rati

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status