Share

Mahkota terenggut

Cahaya pagi yang indah menerobos masuk di celah gorden kamar milik pasangan yang masih terlelap. Hawa merasakan kulitnya terasa hangat akibat panas mentari pagi. Tangannya bergerak menutupi wajahnya menghalangi silau membuatnya perlahan membuka mata.

Hawa menggeliat dan merentangkan tangannya meregangkan otot-otot yang kaku setelah tidur semalaman. Ada yang tidak beres kenapa Hawa merasa ada yang berat di atas perutnya, sebelum melihat apa yang terjadi ia mengusap wajahnya dulu lalu membuka selimut pelan-pelan melihat semuanya.

Sebuah tangan kekar bertengger di sana matanya membulat, lalu berganti menatap orang yang tidur nyenyak di sampingnya. Apa-apaan ini? Kenapa Hawa ketiduran padahal ia sudah bersusah payah semalam menunggui Adam di sofa dan sekarang ia berada di atas tempat tidur. Adam pasti telah menggendongnya untuk tidur di kamar ini.

Hawa memutar tubuhnya menghadap ke Adam memperhatikan maha karya Allah yang sempurna tidur di sampingnya. Senyum cantik terulas mengaguminya, ia menyentuh pipi Adam ingin merasakan hangat kulitnya. Hobi Hawa adalah menatap Adam dalam diam.

"Adam benar-benar sangat tampan. Aku semakin jatuh cinta padanya," gumam Hawa dalam hati tidak melepaskan pandangannya.

"Sudah puas memandangiku?" suara bariton mengagetkan Hawa hingga spontan tangannya menjauh dari area itu.

"Siapa yang memandangimu? Tadi aku hanya terkejut karena kau sudah di sampingku padahal tadi malam aku tidur di sofa sendirian." Hawa berusaha menyangkal tak ingin mengakuinya.

"Kau pandai sekali berakting sayang. Apa tadi malam kau ingat apa yang terjadi? Tadi malam benar-benar malam yang indah karena saat kau tidurpun aku tetap mendapatkan jatahku," bisik Adam di telinga Hawa yang langsung membelalakkan mata mendengar penuturannya.

"A-apa yang kau lakukan padaku?" tanya wanita polos itu.

"Lihat saja sendiri!" perintah Adam.

"Adam... Adam... kau---" potongnya setelah melihat tubuhnya di dalam selimut yang entah kemana lingerie itu pergi hanya pakaian dalam saja tertera di sana. Hawa bertanya-tanya dalam hati kalau sesuatu terjadi semalam saat ia tertidur.

"Kenapa kau meniduriku saat aku tidak sadar? Tega sekali kau mengambil keperawanan yang kujaga selama bertahun-tahun," rajuk Hawa pura-pura ngambek untuk mencuri perhatian pria itu.

"Haha... Memangnya kenapa kalau aku mengambil keperawanan istriku sendiri. Tidak seorangpun memarahiku termasuk dirimu," sahut Adam sekarang ia memindahkan posisi tubuhnya di atas Hawa mengurung wanita itu agar tak mudah lari. Senyum hangat tersungging lagi di bibir tipis pria itu, entah kenapa ia sangat senang melihat Hawa memasang wajah kesal padahal tadi malam Adam tak mengambil keperawanan.

"Aktingmu bagus sekali Adam! Seharusnya kau mendapat piala nominasi aktor terbaik di Indonesia. Sekalipun aku istrimu, kau meniduriku tanpa persetujuan dariku berarti kau berbuat dzolim. Aku tidak mau tahu kau harus tanggung jawab." Hawa meladeni candaan pria itu.

"Wow, istri kecilku yang manis. Aku, kan sudah menikahimu berarti aku pria yang bertanggung jawab. Benar, kan?" pancing Adam lagi. Adu mulut mereka semakin seru membuat Hawa tertawa lebar.

"Itu tidak cukup. Cium aku sekarang! Tanggung jawabmu adalah menciumku," cetus Hawa malu-malu membuang wajah ke samping tidak berani menatap wajahnya.

"Hanya itu?" tanya Adam.

"Ya, hanya itu." Hawa menjawab spontan dengan antusias.

"Bagaimana kalau aku menginginkan hal lebih sebagai sarapan pagiku hari ini. Kita benar-benar melewatkannya tadi malam." Hanya suara kesepian terdengar di telinga Hawa, ia merasa bersalah karena tak memberikan malam pertama pada Adam.

"Apapun yang kau inginkan," ujar Hawa juga tak sabar melakukan penyatuan itu juga.

"Dasar nakal! Baiklah sayang aku akan melakukannya dengan hati-hati. Bilang padaku jika kau merasa kesakitan." Suara Adam bagai peringatan yang harus Hawa turuti. Ia tidak mau Hawa merasa tidak nyaman apalagi tersiksa saat melakukan penyatuan itu. Anggukan Hawa sebagai tanda setuju dengan permintaannya. 

Pria itu senang mendapat persetujuan dari dirinya, ia memegang kedua pipi istrinya lalu mencium dengan cara yang lembut membuat Hawa terasa terbang ke awan. Gelora membara di antara mereka membuat siapapun yang merasakannya akan lupa diri, butuh beberapa lama untuk melakukan foreplay agar membuat istrinya merasa senang.

Perlahan mereka berdua melepas pakaian membuangnya ke sembarang arah, tak peduli di mana pakaian itu terlempar. Hasrat mendamba sudah membara dan bersiap di lepaskan. Adam merasa sudah cukup dengan foreplay nya tidak menunggu lebih lama untuk merasakan surga dunia.

****

Dua jam kemudian Adam menggeliat saat perutnya terasa keroncongan, ia menengok jam dinding yang sudah menunjukkan siang hari. Matanya terbelalak tidak menyangka ia bangun kesiangan setelah melakukan penyatuan pertama mereka yang begitu berarti bagi Adam, mahkota kesucian Hawa hanya dia yang mendapatkannya.

Pria itu tersenyum senang menengok ke arah Hawa yang meniduri tangan Adam sebagai bantalnya. Keringat membanjiri dahi Hawa karena melayani Adam yang begitu ganas, pria itu meminta beberapa ronde karena tidak puas. Permainan penyatuan itu sungguh menyenangkan dan tidak akan pernah bosan sampai kapanpun.

Adam menarik tangannya di kepala Hawa, menidurkan kepalanya di bantal. Ia mengangkat selimut menggeser tubuhnya untuk turun dari ranjang tanpa membangunkan istrinya. Adam masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket, setelah mandinya cukup Adam keluar dengan balutan handuk di pinggangnya lalu mengenakan kaos oblong putih sesuai bentuk tubuhnya dan celana pendek. Tidak lupa Adam menyisir rambut miliknya yang sudah mulai memanjang.

Sebelum keluar dari kamar ia menghampiri istrinya dan mengecup dahinya. Kakinya terus melangkah berniat membuat kejutan untuknya, Adam punya rencana agar menyenangkan istrinya yang mungil itu.

Adam pergi ke dapur dan membuat sandwich berisi daging yang lezat serta segelas susu yang cocok untuk menjaga kesehatan.

Sambil memasak Adam bernyanyi ria tanpa mempedulikan pembantunya yang melihatnya tertawa kecil, tingkahnya seperti anak-anak dan tampak lucu.

"Tuan biar aku saja yang menyiapkan sarapan anda. Ini adalah tugasku," kata Bibi Linda ingin menggantikan posisi pria itu.

"Tidak, Bik. Aku ingin membuatkan sarapan spesial untuk istriku tercinta." suara Adam tampak kegirangan.

"Anda sangat romantis Tuan. Seharusnya Nona muda yang menyiapkan sarapan malah anda yang melakukannya."

"Hawa masih tidur dia sangat kelelahan. Aku tidak ingin membangunkannya hanya untuk sarapan secuil ini. Aku bisa melakukannya, Bi. Istriku itu akan menjadi wanita paling bahagia di dunia ini," jelas Adam menuangkan sandwichnya di piring dan mematikan kompornya.

Apalagi yang harus Adam lakukan bahkan ketika Hawa meminta hidupnya maka dengan senang hati Adam memberikannya. Pria itu menjadi idaman semua wanita dan hanya Hawa yang beruntung mendapatkannya. Setelah menyiapkannya Adam pergi meninggalkan Bibi Linda menuju kamar miliknya. Ia akan memberikan kejutan pada Hawa, semoga saja wanita itu menyukainya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status