Share

Batal Malam Pertama

Malam yang kelam di hiasi bintang kecil di langit gelap di temani semelir angin berhembus pelan. Ia sendirian menikmati keindahan malam di balkon sambil menyesap teh hijau panas. Ia sangat menjaga kebugarannya. Hawa menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan pelan, rasanya bagai mimpi hari ini untuknya. Seorang istri. Itulah statusnya sekarang, bertahun-tahun menunggu waktu dan akhirnya bisa tercapai juga.

Hawa berenisiatif untuk mendekorasi kamar pernikahannya menjadi lebih berkesan di malam pertama mereka. Adam pasti suka saat dirinya mengenakan lingerie merah dan lampu kamar yang hanya menggunakan lilin. Untung saja Hawa sudah membeli semua perlengkapan yang dia butuhkan yaitu kelopak bunga mawar dan lilin aromatherapy untuk di hias di kamarnya.

Ia meninggalkan balkon kamarnya menuju lemari tempat menyimpan lilin aromatherapy dan kelopak bunga mawar. Tangan Hawa lincah menaburi kelopak bunga membentuk gambar hati tepat di atas ranjangnya, beralaskan sprei putih yang semakin mempermanis bentuk dekorasinya.

Tidak lupa juga Hawa melihat di youtube cara membuat angsa dari sebuah handuk. Ia ingin kamarnya di hias seperti hotel ternama, kelopak mawar dan handuk angsa sudah siap. Sisa lilin aromatherapynya, Hawa berhenti sejenak tampak berpikir di mana akan di taruhnya lilin aromatherapy itu. Dia memilih akan menaruh lilin di lantai marmer tepat di depan pintu kamarnya, di atas nakas kecil di samping ranjangnya, dan sudut-sudut kamarnya.

Akhirnya semua selesai sisa mengganti bajunya dengan lingerie dan sedikit make up semakin menambah kesan cantiknya. Hawa menabur bedak di semua area wajah dan memoles lipstik di bibir ranumnya yang berisi bak supermodel. Semuanya sudah beres, Adam pasti sangat senang melihat penampilannya sekarang. Tentu saja, pria sangat menyukai keindahan. Dia tidak lupa menyemprotkan parfum andalannya.

Hawa menengok jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 malam. Ia tampak gusar karena Adam belum juga datang padahal pria itu berjanji akan datang. Hawa keluar dari kamarnya menuju pintu utama rumahnya, melihat keluar di pekarangan depan tak ada mobil Adam disana. Raut wajah kecewa sudah tercipta. Harus berapa lama lagi menunggu Adam?

Wanita itu ingin menjadi istri yang baik makanya ia bersabar menunggu suaminya pulang. Hawa lelah menunggu ia menyandarkan tubuhnya di sofa sambil menunggu Adam datang, beberapa menit kemudian dia tertidur di atas sofa.

Satu jam kemudian deruman mobil terdengar, Adam sudah datang. Ia keluar dari mobil dan buru-buru masuk ke dalam rumah. Ia khawatir karena Hawa pasti menunggunya. Adam terkejut melihat istrinya tertidur di sofa,  dia menduga wanita itu sudah lama menunggunya. Ada rasa bersalah bersarang di dadanya, sedari tadi Helsi selalu menghalanginya untuk pulang.

Adam tahu kalau itu alasan ibunya agar tidak datang menemui Hawa, mau bagaimana lagi Adam sudah terlanjur berjanji pada Hawa untuk menjaganya seumur hidup. Ia berjalan pelan mendekati istrinya, rasa kasihan muncul di benaknya karena Hawa selalu menderita karena kebencian ibunya.

"Maafkan aku, Sayang." suaranya terdengar lirih. Ia berjongkok di depan Hawa agar tubuhnya bisa sejajar, tangannya memindahkan anak rambut yang menutupi wajah cantik Hawa.

Adam tidak mungkin tega membangunkan istrinya, ia menggendong Hawa ala bridal style memasuki kamar mereka. Langkah Adam nampak hati-hati, sangat takut mengganggu tidur istrinya. Setelah sampai di depan kamar, Adam mendorong pintu menggunakan lengannya. Matanya melotot saat melihat kejutan yang istrinya siapkan, lampu lilin menyinari kamar yang meredup serta kelopak bunga yang sangat cantik menghias ranjangnya.

Pria manapun pasti tersentuh dengan perjuangan Hawa yang ingin melihat suaminya bahagia. Adam meletakkannya di atas ranjang pelan, rasa bersalah semakin menghantuinya.

"Hasil dekorasimu sangat cantik, sayang. Aku sangat mencintaimu." Adam mengecup kening istrinya merasa puas apalagi dengan lingerie seksi yang Hawa pakai membuat libidonya naik ingin mencicipi Hawa. Sayang sekali tak ada jatah malam ini karena istrinya sudah tidur.

Rasa lengket di kulit Adam membuatnya semakin gerah. Adam melepas sepatunya dan melonggarkan dasi yang terasa mencekik di lehernya. Ia masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya agar tampak lebih fresh dan keinginan untuk menyentuh Hawa bisa hilang di kepalanya.

Setelah keluar dari kamar mandi ia mengambil baju piama satin miliknya untuk di kenakan tidur. Adam naik ke ranjang, tidur di samping istrinya menatap wajah Hawa yang tidak membosankan. Wanita itu bagai minuman membuat penikmatnya semakin kecanduan. Tentu saja itu sangat membahagiakan.

Lama dalam lamunan Adam merasa perutnya keroncongan. Ia sangat jengkel padahal ia masih ingin memandang wajah Hawa. Tidak ingin berlama lagi di tempat tidur, Adam bergegas pergi ke dapur.

"Bi Linda! Kau dimana?

"Saya disini tuan muda. Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Perutku tidak berhenti berbunyi. Aku ingin makan sesuatu yang bisa mengganjal rasa lapar ini," keluh Adam.

"Baik, Tuan. Saya akan membuat pasta agar tuan tidak merasa lapar lagi."

"Terima kasih, ya Bibi."

"Sama-sama. Ini sudah kewajban saya untuk membuat Tuan senang." Pembantu itu pergi begitu saja. Ia tidak mau menunda membuat makanannya. Adam memperhatikan pembantunya memasak dengan cekatan seolah kegiatan itu sudah kebiasaan untuknya.

Beberapa menit kemudian masakan Bibi Linda sudah di sajikan di meja makan di hadapan Adam. Cacing perutnya semakin meronta minta di isi saat mencium bau masakan Bibi Linda yang begitu menggugah selera. Enak sekali. Seandainya Hawa menemaninya makan di meja ini, Tentu saja sangat menyenangkan.

Adam mencicipi masakan itu sambil memandangi Bi Linda. "Bibi, masakanmu sangat enak." puji Adam memberi senyuman pada wanita paruh baya itu. Sebenarnya Bibi Linda sudah bertahun-tahun bekerja pada keluarganya termasuk mengasuh Adam sewaktu bayi. Wanita itu bagai Ibu kedua untuk Adam, Ia sangat baik dan pengertian.

"Terimakasih atas pujiannya Tuan muda. Apa ada yang Tuan muda inginkan lagi?" tanyanya.

"Tidak ada. Bibi boleh istirahat," ucap Adam memasukkan makanan di mulutnya.

"Sebelum saya pergi saya ingin memberitahu kalau Nona Hawa tadi terlihat cemas menunggui Tuan muda pulang sampai-sampai ketiduran di sofa. Saya kasihan padanya." Bibi Linda memasang wajah yang tidak bisa di mengertinya.

"Iya, Bi. Hawa mungkin lelah menungguiku pulang hingga tertidur. Aku merasa tidak enak padanya." Ia berhenti makan sejenak menyahut perkataan wanita paruh baya itu.

Bibi Linda pergi meninggalkan Adam yang masih makan disana. Setelah makanannya habis ia bangkit dari kursinya lalu membawa piringnya ke westafel untuk di cucinya. Adam tipikal lelaki yang tidak ingin menyusahkan orang lain apalagi ia masih mampu mengerjakannya.

Adam bergegas ke kamarnya menemui Hawa yang masih terlelap. Ia tidur tepat di samping wanita itu, memandangi wajah cantiknya. Tak lama kemudian rasa kantuk menguasainya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status