Semua Bab Pernikahan Singkat: Bab 1 - Bab 10
16 Bab
Menolak Pernikahan
Acara resepsi sudah selesai sang mempelai sudah lebih dulu pergi meninggalkan acara menuju kamar hotel termahal di tempat resepsinya. Helsi sejak tadi tak bisa menahan kekesalannya karena harus di tinggalkan dengan segudang pekerjaan yang belum selesai. Wedding organizer yang di sewanya lambat membereskan semuanya dan Helsi yang bertanggung jawab untuk itu. "Sial! Di sini aku harus jadi pembantu sementara wanita itu enak-enak tiduran di kasur." Helsi tidak berhenti menggerutu menatap suaminya yang tengah berbicara dengan Raditya membahas bisnis yang tengah mereka jalankan. "Nak, Radit bisa bantu Tante angkat ini ke sana?" panggil Helsi lembut pada pria itu. Raditya yang mendengar perintah itu buru-buru ke sana memindahkan kardus yang tidak terpakai, sesuai ke inginan wanita paruh baya itu. Kebencian Helsi memang tidak menurun pada Raditya karena ia pikir anak itu tidak ada sangkut pautnya dengan kematian orang tuanya. Raditya juga sangat menyayangi Helsi kare
Baca selengkapnya
Menggoda
Rasa frustasi mungkin bisa saja melanda semua orang apalagi melihat Ibu yang melahirkan kita terbaring di atas ranjang rumah sakit. Adam sungguh dilema dengan kejadian yang menimpanya hari ini. Dia bingung harus memihak siapa antara Hawa atau ibunya. Adam tidak menyangka dengan memilih menikahi Hawa akan membuat ibunya sangat kecewa padahal ia tidak bermaksud menyakiti siapapun.Adam duduk di kursi ruang tunggu sambil memijit pelipisnya agar nyeri yang menyerang kepalanya segera hilang. Hawa sungguh merasa bersalah atas kejadian yang menimpa Ibu mertuanya."Adam apa kepalamu sakit?" Hawa bertanya sedemikian polosnya. Adam menoleh menatap istrinya yang masih mengenakan gaun pengantinnya. Ia tersenyum dan mengangguk pada wanita itu."Aku akan memijit kepalamu," ujar Hawa lagi ingin menyentuh pelipis suaminya. Sebelum tangan mungil itu mendarat di sana, Adam sudah lebih dulu menahan tangan Hawa lalu menggenggamnya erat dan mengecupnya
Baca selengkapnya
Oh, Leon!
"Kak Leon?""Ya, Leon telah menolongmu," jawab Radit menatap adiknya yang melototkan matanya pada Leon.Leon tersenyum menebarkan aura manis pada kedua lesung pipi miliknya. Kulitnya yang putih, rambut keemasannya di potong rapi ke belakang, serta bola mata ke abu-abuan menunjukkan kalau lelaki itu blasteran Indonesia. Tinggi badannya kira-kira 180 cm membuat Hawa sedikit mendongak menatapnya.Leon adalah sahabat Radit semasa SMP tapi 7 tahun lalu ia pindah ke Los Angeles di tempat kelahiran Ayahnya. Ada hal yang membuat Leon hari itu harus pindah, ia sudah lama menyukai Hawa dan setelah tahu kalau Hawa sangat mencintai Adam. Dia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Indonesia. Leon masih ingat bagaimana Hawa menangis karena harus berpisah dengannya. Mereka dulu selalu bersama dan tanpa sepengetahuan Hawa, Leon sudah lama menyukainya tapi sangat takut untuk mengungkapkan perasaannya pada gadis itu.Hingga khirnya H
Baca selengkapnya
Tulang Rusuk Adam
Setelah tiba di rumah, Hawa berjalan santai memasuki rumahnya berniat untuk mandi, membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Mungkin saja beban hatinya akan hilang bersama air yang mengalir. Beberapa menit bergulat dengan perasaannya sendiri di dalam kamar mandi Hawa meraih kimono yang bergantung di dinding, membalut tubuhnya yang terekspos lalu keluar dari sana.Sebelum mengenakan pakaian Hawa merebahkan dirinya di atas kasur. Ia mengadah ke atas menatap langit-langit kamarnya yang di hiasi lampu kristal. Air mata menetes membasahi kasurnya, kenapa hatinya begitu sakit padahal setiap orang merasa bahagia di hari pernikahannya. Kenapa hidupnya sekacau ini? Helsi sangat membencinya bahkan menganggapnya pembawa sial.Sakit hati meluluhlantahkan perasaannya. Menyakitkan sekali berada di posisi gadis itu, Ia mengganti posisi tidurnya memiringkan tubuhnya, meringkuk bagai anak kecil yang ketakutan di sela tangisnya. Hawa sungguh mencintai Adam tapi Hels
Baca selengkapnya
Batal Malam Pertama
Malam yang kelam di hiasi bintang kecil di langit gelap di temani semelir angin berhembus pelan. Ia sendirian menikmati keindahan malam di balkon sambil menyesap teh hijau panas. Ia sangat menjaga kebugarannya. Hawa menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan pelan, rasanya bagai mimpi hari ini untuknya. Seorang istri. Itulah statusnya sekarang, bertahun-tahun menunggu waktu dan akhirnya bisa tercapai juga.Hawa berenisiatif untuk mendekorasi kamar pernikahannya menjadi lebih berkesan di malam pertama mereka. Adam pasti suka saat dirinya mengenakan lingerie merah dan lampu kamar yang hanya menggunakan lilin. Untung saja Hawa sudah membeli semua perlengkapan yang dia butuhkan yaitu kelopak bunga mawar dan lilin aromatherapy untuk di hias di kamarnya.Ia meninggalkan balkon kamarnya menuju lemari tempat menyimpan lilin aromatherapy dan kelopak bunga mawar. Tangan Hawa lincah menaburi kelopak bunga membentuk gambar hati tepat di atas ranjangnya, beral
Baca selengkapnya
Mahkota terenggut
Cahaya pagi yang indah menerobos masuk di celah gorden kamar milik pasangan yang masih terlelap. Hawa merasakan kulitnya terasa hangat akibat panas mentari pagi. Tangannya bergerak menutupi wajahnya menghalangi silau membuatnya perlahan membuka mata.Hawa menggeliat dan merentangkan tangannya meregangkan otot-otot yang kaku setelah tidur semalaman. Ada yang tidak beres kenapa Hawa merasa ada yang berat di atas perutnya, sebelum melihat apa yang terjadi ia mengusap wajahnya dulu lalu membuka selimut pelan-pelan melihat semuanya.Sebuah tangan kekar bertengger di sana matanya membulat, lalu berganti menatap orang yang tidur nyenyak di sampingnya. Apa-apaan ini? Kenapa Hawa ketiduran padahal ia sudah bersusah payah semalam menunggui Adam di sofa dan sekarang ia berada di atas tempat tidur. Adam pasti telah menggendongnya untuk tidur di kamar ini.Hawa memutar tubuhnya menghadap ke Adam memperhatikan maha karya Allah yang sempurna tidur
Baca selengkapnya
Permintaan sulit
Beberapa menit kemudian Adam sampai di kamarnya untuk membawakan istrinya sarapan pagi, Adam mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar. Ia tak menemukan Hawa tidur di atas ranjang mereka. Hatinya mulai gelisah dan khawatir kalau Hawa sampai meninggalkannya, apa mungkin ini hanya pikiran bodohnya yang terlalu takut kehilangan wanita itu.Tangannya cekatan menaruh Sandwich dan susu yang dia bawa tadi di atas nakas lalu berinisiatif mencari Hawa di kamar mandi. Adam menarik nafas panjang saat berada di balik pintu, ia baru saja ingin mengetuknya tapi Hawa sudah lebih dulu membuka pintu.Hawa yang hanya berbalut kimuno di atas lutut dan handuk yang di gelung di atas kepalanya menandakan dia baru saja membersihkan dirinya di dalam sana. Ia cukup kaget melihat suaminya yang mematung di hadapannya, ia tahu betul ekspresi suaminya yang tampak cemas memikirkan sesuatu yang mengganggu pikirannya."Ternyata kau mandi ya, sayang. Aku pikir kau tadi pergi meninggalkanku sendi
Baca selengkapnya
Kecewa
Hawa bisa mendengar perdebatan mereka di dalam kamar, ia tahu seharusnya tidak datang ke sini. Helsi pasti akan sangat marah padanya saat melihatnya masuk di ruangan itu. Hawa terpaksa mengikuti intruksi suaminya untuk masuk ke dalam. Keringat dingin tanpa di undang seolah menusuk tulangnya, Adam membawanya ke dalam kandang singa yang lapar. Perlahan kakinya melangkah dan mendorong pintu ruangan, semua orang tengah melihatnya sekarang. Hawa benar-benar tidak tahu pikirannya sekarang, sesampai di dalam nyawanya seakan mengembang kemana-mana. Adam menghampirinya lalu menarik tangan Hawa mendekati Helsi yang sudah memasang wajah sangar. Tamatlah hidupnya hari ini Hawa percaya pasti tidak akan baik-baik saja di tempat ini. "Adam mau Mama menerimanya sebagai menantu. Tidak akan ada hal buruk terjadi, Mama jangan khawatir. Adam juga mau mengadakan resepsi pernikahan untuk para kolega perusahaan dalam waktu dekat. Adam capek menyembunyikan pernikah
Baca selengkapnya
Hawa Flower
Sepulang dari rumah sakit Adam mengantar Hawa ke toko bunganya. Wanita itu tetap bersikukuh ingin bekerja sekalipun ia sudah menikah. Toko bunganya sangat berarti bagi Hawa, di tempat ini dia akan merasa bahagia saat melihat bunga bermekaran dengan menebarkan wangi semerbak."Aku masuk dulu yah, hati-hati kalau mengemudi jangan ugal-ugalan." Hawa memperingatinya sambil mencium tangan suaminya."Iya, sayang. Aku berangkat kerja dulu." Adam juga pamit pergi. Hawa mengangguk bersiap keluar dari mobilnya, saat akan menutup pintu mobil Adam berteriak lalu berkata, "Kau melupakan sesuatu.""Apa itu?" tanya Hawa memasang wajah bingung."Aku belum menciummu sayang,""Ada-ada saja kau Adam. Baiklah, yang mana ingin kau cium?" Hawa melongokkan kepalanya ke mulut mobil menanti Adam menciumnya."Aku cuma mau cium yang ini," jelas Adam mengecup singkat bibir istrinya. Hawa tersenyum lalu menutup pintu mobil, saat akan melangkah, Adam berteriak lagi sambil memb
Baca selengkapnya
Kesedihan mendalam
Seharian Hawa tidak begitu bersemangat bahkan makanpun hanya sepotong roti yang bisa di masukkan ke mulutnya. Kata-kata Naina terus menggema di pikirannya, ia terlalu takut untuk melihat bagaimana pernikahan mereka hancur jika tak segera di perbaiki. Sahabatnya benar, ia tidak boleh menganggap semuanya masalah kecil. Pernikahan tanpa restu ibunya bisa saja kandas jika tak segera di kokohkan.Hawa hanya bisa menatap murung bunga-bunga yang sudah ia rangkai dalam buket. Biasanya hatinya akan membaik menatap keindahan bunga lily putih kesukaannya tapi tidak hari ini. Ia patah semangat, Hawa menengok jam dinding yang sudah menunjukkan sedikit lagi pukul 5 sore. Adam pasti akan menjemputnya sebentar lagi, Hawa merapikan rambutnya yang sudah berantakan di tiup angin.Ia bergegas menyelesaikan pekerjaannya karena tidak ingin Adam menunggunya terlalu lama sedangkan Naina entah di mana keberadaan gadis itu, mungkin saja ia sedang sibuk di taman merapikan bunga-bunga yang mulai la
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status