Share

Tersadar Dinodai

Author: Ainin
last update Last Updated: 2023-07-27 13:57:03

Hafens keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Dave sudah kembali dari melaksanakan tugasnya, hingga kini dia ada di dalam kamar majikannya yang kembali bersikap datar, arogan dan tak tersentuh.

"Semua sudah disterilkan, Tuan."

Hafens hanya cukup mengangkat dagunya untuk merespon, dia berlalu ke arah lemari, mengambil satu stel pakaian tidur hitam dan mengeringkan rambut sedikit.

"Apakah sudah ada bukti?" tanyanya sambil bergerak duduk. "Dari tiga Klan Mafia yang sedang diselidiki?"

Dave menggeleng pelan. "Sejauh ini tidak ada, Tuan. Karena mereka memang bisa dikatakan bersih, tidak bersalah sama sekali karena mereka adalah klan-klan kecil. Tidak ada kekuatan besar yang bisa melakukan hal itu. Jadi, memang satu oranglah dalang di balik ini semua."

Hafens menarik napasnya samar, berpikir cepat dengan insting mafianya.

"Dan orang itu adalah Albene Adixon! Mafia kurang ajar yang kalah denganku, makanya dia menjatuhkanku lewat orang tuaku!" geraman rendah itu membuat Dave menunduk dalam.

Hafens merasakan sendiri rasa hatinya yang remuk saat mendapat kabar orang tuanya tewas. Bagaimana bisa? Dia adalah Hafens Barack adalah pria yang terkenal kesadisan dan kekejamannya. Namanya terkenal di antara Mafia lainnya, sebagai Mafia sekaligus pemimpin Klan Brack. Siapa yang tak mengenalnya? Bahkan saat rombongan tikus putih melintas di hadapannya yang sedang berdiri, para tikus itupun akan langsung tahu siapa yang berdiri itu.

"Lihat saja, aku tidak akan tinggal diam. Anaknya sudah ada bersamaku, aku akan menghancurkan mereka dengan menggunakan putrinya. Bukankah hancurnya harga diri seorang orang tua jika anaknya hancur?"

Dave menunduk tak bicara, membiarkan Tuannya mengatakan apa yang mau dia katakan. Dan lagi, itu ampuh untuk menenangkan hatinya yang bisa dikatakan tengah patah dan remuk.

***

Langkah Hafens memasuki kamar tempat Christa yang masih terlelap. Pria arogan itu tampak menatap wajahnya yang tampak tenang juga ada raut sakit.

Hela napasnya terdengar pelan di dalam kamar bernuansa gelap tapi bercahaya itu. Bagaimana bisa wanita yang merupakan anak pembunuh orang tuanya ini, bisa tidur dengan tenang di atas ranjang dan berselimut dengan begitu nyaman? Harusnya Christa menangis sekarang, bukan malah asyik-asyikkan tidur.

Diambilnya air dari atas nakas, lalu menyiramnya pada tubuh itu hingga dadanya basah. Harusnya efek obat tidur tadi sudah berakhir, kenapa Christa malah masih asyik tidur!

"Hah!"

Suara napas dan kekagetan itu terdengar hingga Christa terduduk. Tubuhnya yang polos tersingkap, akibat selimutnya yang jatuh ke pangkuan. Bola mata Hafens agak berkabut melihat atasan dada istrinya yang terlihat itu. Tampak menantang dan menggoda untuk digenggam.

Christa melotot kaget menyadarinya, hingga dia langsung mengambil selimut itu dan hampir berteriak melihat tubuhnya yang sudah polos. Wanita itu segera menyadari keberadaan Hafens yang sedang berdiri menatap tubuhnya dengan tatapan menghujam.

"Hah ... Hafens ..." cicitnya sambil menunduk dan membelitkan selimut.

Hafens tak bersuara, dia menatap tubuh cantik dan ideal istrinya. Bahunya itu tampak menggoda, memaksa untuk disentuh dan dibelai.

"A-apa yang sudah terjadi? Apakah kau yang melakukan ini padaku hingga aku tidak memakai pakaianku?" tanya Christa panik, apalagi saat dia sadar kalau ini markas mafia, ada banyak pria disini dan dia tak sadar apa-apa hingga saat ini.

Hafens mendekat, tanpa suara dan hanya ada hentakan kakinya. Dia bahkan tak memutus tatapannya dari tubuh anak pembunuh orang tuanya itu.

Tubuh Christa sedikit bergetar saat merasakan ranjang di bagian kakinya bergerak. Hafens berjalan dengan lutut, hingga tiba di hadapan Christa yang tengah menunduk mencengkram selimutnya.

"Angkat wajahmu," desisnya berat, hingga Christa semakin mengeratkan genggamannya pada selimut yang melingkar di dadanya. "Angkat!"

Sentakan itu memenuhi seluruh sisi kamar, hingga Christa berjengit kaget dan langsung mendongak. Dia melotot saat Hafens mencengkram dagunya, dengan tatapan dan raut wajah mengerikan itu.

"Aa ... sakit, Haf-"

"Betapa nyamannya kau tidur, huh?" ujarnya bengis dengan tatapan setajam silet. "Tidakkah kau tahu bagaimana keadaan kedua orang tuaku di alam sana?!"

Christa menarik napasnya dalam, mana dia tahu! Hafens tahu kalau kematian orang tuanya pun tanpa diketahui Christa sendiri pada awalnya, lalu bagaimana bisa pria ini malah menanyakan hal bodoh itu padanya?! Yang didunia saja dia tak tahu, bagaimana bisa dia tahu apa yang terjadi pada orang yang ada di dalam kubur!

Keduanya hening untuk berapa lama, masih berpandangan satu sama lain. Hafens menatapnya tanpa perasaan, dengan tangan yang masih mencengkram kuat dagu cantik istrinya.

"Ikut aku!"

Christa tertoleh ke samping saat tangan yang mencengkram dagunya sengaja dilepaskan kuat-kuat. Hafens sudah bergerak turun lebih dulu, melangkah tegap hingga Christa mau tak mau harus bangkit dari ranjang dengan tubuh yang sakit semua.

"Ahhh ..."

Tubuh lemah wanita itu jatuh, terhempas di lantai bawah ranjang hingga Hafens menghentikan langkahnya.

"Aww ... kenapa tubuhku sakit semua? Ssshhh ..." Christa meringis kesakitan, ada yang berdenyut di antara pahanya, sakit, perih dan juga tidak nyaman.

"Bisa bangkit tidak? Ikut denganku, cepat!" sergah Hafens membuat Christa mendongak menatap wajah tampan yang mengerikan itu.

Dia meremas lantai, juga selimut yang ada dalam cengkramannya. Sungguh pun, ingin saja Christa menjerit karena sakitnya tapi dia merasa kalau Hafens takkan menolongnya. Karena saat dia sudah jatuh ke bawah lantai pun, Hafens sama sekali tak memperdulikannya, pria itu tetap berdiri dengan angkuh dan membelakanginya.

"Ssshhh ..."

Masih terdengar rintihan sakit dari bibir Christa, membuat Hafens menyentakkan tangannya kesal. Dia akhirnya berbalik, lalu menunduk untuk merampas tangan gadis itu hingga terangkat dan bangkit berdiri.

Wajah Christa tampak sangat kesakitan saat berhadapan dengannya, dengan bekas air mata yang keluar dari ujung matanya. Sesakit itukah rasanya pengalaman pertama yang dilalui dengan kasar? Hafens tak tahu kalau akan sesakit itu, karena dia paling benci berhubungan dengan wanita dulu.

Dan gadis ini masih perawan, makanya dia kesakitan begitu.

"Kau akan membawaku kemana?" Christa bersuara, bertanya padanya dengan nada yang terdengar seperti tersayat.

Hafens mendengus panjang, mendorong tubuhnya hingga terjatuh ke atas ranjang. Christa berseru tertahan, merasakan sakit di bokongnya akibat terhempas dalam keadaan yang tak baik-baik saja.

"Begitu tenang kau tidur, huh? Enak sekali!"

Christa menunduk, meremas selimutnya dengan sedikit rasa takut yang terasa di antara rasa sakitnya.

"Aku tadi menunggumu," cicitnya membuat Hafens mendengus, lagi. "Tetapi entah apa yang terjadi aku merasa sangat mengantuk, juga merasa ada yang sakit dan begitu sakit di tubuhku. Dan sekarang kenapa aku tidak memakai pakaianku? Apa yang sudah terjadi?" lanjutnya dengan suara yang perlahan serak.

Tak ada jawaban, Hafens seakan bisu dan juga mati. Tubuh tegapnya itu berdiri dengan tegas, tak bergeming sama sekali akibat pertanyaan wanita yang tak lain adalah istrinya.

Hingga pada akhirnya suara terdengar di antara keheningan keduanya. "A-apakah aku sudah dinodai pria lain? Sebelum kau datang, Hafens?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Kisah Yang Berakhir

    Setelah pulang dari menjenguk Albene dan Alex, Christa merasa kehidupannya sudah sangat lengkap dan tidak ada lagi yang harus dia khawatirkan. Ayah angkatnya yang selama ini dia pikirkan dalam diam nyatanya hidup dengan baik walau harus menjadi petani anggur dan bisa dikatakan juga menjadi anak buah dari Hafens."Mau makan apa malam ini? Aku akan buatkan."Hafens menatap wajah Christa yang sedang bertanya padanya sambil membantu melepaskan jas yang dia pakai. Hari ini pelayan semua cuti dan memang sedang memasuki sebuah hari perayaan, dalam satu tahun memang biasanya Hafens akan memberikan para pelayan untuk libur, jadi sekarang yang akan memasak adalah Christa sampai dua hari lagi pelayan akan kembali ke rumah mereka untuk bekerja."Aku sudah meminta anak buah untuk membawa beberapa bahan makanan. Hari ini kita bakar-bakar daging dan beberapa makanan di luar nanti, ini malam pergantian tahun jadi akan sangat bagus kalau berbaquean, Sayang," ucap Hafens membuat Christa tersenyum."Bai

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Obat Dan Istri Yang Patuh

    Hafens berhenti melangkah dan menunjuk arah sebuah tempat di mana mereka bisa melihat dua orang pria sedang asyik berkebun. Keduanya terlihat seperti ayah dan anak yang begitu akrab, di bawah pohon anggur keduanya sedang memetik hasil panen dan tertawa satu sama lain seperti membicarakan sesuatu hal yang lucu."Itu mereka? Ayah dan Alex?" tanya Christa tak percaya membuat Hafens bergumam sebagai jawaban.Christa masih tercengang tak percaya Karena ayahnya dan Alex benar-benar mendapatkan perlakuan yang baik dan bahkan menjadi petani anggur di sebuah lahan yang besar. Ada sebuah rumah tadinya yang sepertinya adalah tempat tinggal ayahnya dan Alex, lalu kini dia malah melihat ayahnya dan Alex yang sedang memetik anggur dan bercanda satu sama lain.Dia sempat mengira kalau Ayahnya mungkin berada di sebuah kurungan yang merupakan pembalasan dari Hafens. Tetapi nyatanya ayahnya hidup dengan begitu baik dan bahkan jauh lebih baik dibanding yang dia kira, karena malah menjadi petani anggur wa

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Pergi Melihat Albene

    Mendengar Hafens mengatakan semua itu, Christa merasa sangat senang. Dia langsung memeluk tubuh suaminya dan mencium rahang tegas Hafens dengan lembut."Terima kasih, aku senang sekali kau mau menuruti permintaan ini dan mau membawaku ke sana. Setidaknya walaupun hanya sekali kau mengizinkannya aku sangat berharap bisa melihat keadaannya. Dia adalah musuh dan kau membencinya, tapi dia tetap orang yang memiliki jasa padaku karena telah membesarkanku. Jadi sedikit banyak aku tidak bisa melupakan tentang hutang budi ini dan aku merasa harus terus mengingatnya karena dia menyayangiku selama bertahun-tahun seperti anakmu sendiri." Christa berkata seraya menatap Hafens dengan tatapan berkaca-kaca karena terharu.Hafens tersenyum pelan dan mengecup bibir Christa dengan lembut sebelum melumatnya penuh perasaan tanpa ada tuntutan sama sekali. Setelahnya dia kembali memeluk tubuh wanita itu dan mengejamkan matanya karena sebenarnya dia mengantuk, tapi dia tidak mungkin meninggalkan Christa dan

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Dimana Albene Adixon?

    "Sudah semuanya?"Christa mengangguk, meringis melihat banyaknya paper bag yang bersusun di depan dan sedang diangkat oleh pelayan toko pakaian, anak buah dan juga security mall."Sepertinya belanja hari ini terlalu banyak dan aku sedikit kalap karena sudah lama tidak belanja. Beberapa hari ini aku melihat pakaian Cherry sedikit banyak sudah mulai sempit karena dia semakin bertumbuh besar. Dia tidak pernah menuntutku untuk membelikannya pakaian baru karena dia selalu berkata kalau masih bisa digunakan maka dia akan selalu menggunakannya. Apakah aku sudah membuat anak-anak terlalu sederhana, Hafens?" tanya Christa membuat Hafens tersenyum dan mengecup pipinya lagi."Itu sangat penting untuk mereka. Mereka harus tetap menggunakan kesederhanaan walau mereka adalah anak-anak kita yang ke depannya sulit kemungkinan mereka akan hidup susah karena aku sudah membuat deposito yang begitu panjang dan bahkan bisa mempunyai hidup mereka sampai mereka tua. Itu untuk mengontrol sikap dan emosi supa

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Me Time Berdua

    "Tuan Besar Barack, selamat datang."Langsung pemilik universitasnya yang menyangkut kedatangan Hafens, Christa dan Hansen. Cherry sudah masuk sekolah setelah libur dua minggu lebih jadi dia tidak bisa ikut datang melihat universitas kakaknya. Hafens hanya mengangguk dan menatap putranya. Hansen sudah tersenyum dan mencium tangan ibu dan ayahnya, sengaja melakukan semua itu untuk meminta restu belajar. Beberapa mahasiswi memperhatikannya seraya berbisik-bisik, mereka tak pernah bertemu dengan Hansen secara umum karena pria ini jarang keluar dan hanya di rumah saja setiap hari setelah pulang sekolah, makanya sekarang dia yang muncul di hadapan mereka semua membuat para mahasiswi memperhatikannya dengan kagum.Walau tidak semua orang kenal dengan Hansen karena pria itu selalu menyembunyikan dirinya, tapi dari mulut ke mulut mereka bisa menemukan fakta dan juga beberapa ciri-ciri tentang yang merupakan anak mafia dan juga penguasa terbesar di Klan ini. Bukan sebuah rahasia, karena bagaim

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Tentang Kuat

    Hari kelulusan tiba dan Hasan berhasil mendapatkan nilai yang baik. Dia libur selama beberapa hari sebelum akhirnya masuk ke dalam universitas, tak ada lagi yang bisa mengganggu seperti dia berada di sekolah menengah ke atas, karena Claudia juga sudah semakin diam dan tidak banyak mengganggu sejak dia terakhir kali mengancamnya. "Kalau nanti sudah di universitas, kau akan sangat sibuk. Tetap yakin mau pulang pergi dan tidak menginap di asrama?" tanya Christa seraya menemani putranya itu memakan potongan buah."Ya, Bu. Aku akan tetap pulang pergi. Ayah sudah memberikan aku satu mobil jadi aku akan menggunakan itu dan tidak mau menginap di asrama. Menginap di asrama terlalu jauh dan juga lama, aku tetap mau pulang melihat Ayah, Ibu dan adik. Bagaimana tidak begitu jauh jaraknya dari rumah kita dan aku akan tetap bisa pulang setiap selesai pembelajaran." Handphone berkata sambil menggeser tabletnya dan belajar kecil-kecil.Christa tersenyum pelan mendengarnya. "Kalau kau punya teman dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status