Share

Siksaan Pertama

Author: Ainin
last update Last Updated: 2023-07-27 13:57:22

Hafens menahan sudut bibirnya yang agak berkedut akibat pertanyaan dari Christa.

"Siapa yang melakukan hal ini padaku?" Christa bergumam lirih. "Disini banyak lelaki, hanya beberapa saja yang wanita. Apakah mungkin ada seseorang yang masuk ke kamar ini tadi malam? Aku merasakan ada yang meminumkan air ke mulutku, lalu mata dan tanganku seakan di ikat oleh sesuatu. Apakah kau tahu siapa yang melakukan ini padaku?"

Hafens memalingkan wajahnya, tak mau menatap ke arah Christa yang baru bertanya. Entah mengapa pula ada yang menggelitik hatinya kala mendengar ucapan-ucapannya itu.

"Hafens-"

"Berhentilah mengatakan hal-hal tidak masuk akal itu!" selanya dengan tatapan datar. "Kau bersiaplah, temui aku di luar kamar ini nantinya. Cari tahu sendiri dimana aku, dalam sepuluh menit setelah kau mandi dan membersihkan diri, jika kau tidak menemukan keberadaanku, maka aku akan memberikan sesuatu hal yang akan membuatmu menyesalinya!"

Christa membulatkan matanya mendengar ucapan itu. Bahkan saat dengan santai Hafens melangkah meninggalkannya.

"Hafens!" panggilnya menahan saat teringat kalau pakaiannya tidak ada disini.

"Apalagi?!"

"Pakaianku tidak ada disini ..." ujarnya membuat Hafens membuang napas pendek.

"Ambil-" dia menahan ucapannya saat teringat kalau koper Christa ada diluar, sedangkan keadaan wanita itu hanya berbalut selimut. "Nanti akan diantarkan pelayan padamu."

Christa mengangguk pelan, lalu bangkit perlahan-lahan dari atas ranjang. Dia melihat Hafens yang menutup kasar pintu kamarnya, hingga hela napasnya berhembus perlahan.

Dia melihat sekitar kamarnya yang tampak hening, langsung mengarah ke arah samping taman yang tampak beberapa tumbuhan pinus dan halaman rumput. Dia melangkah perlahan ke arah jendela itu, lalu menarik napas dengan wajah sedih.

"Kenapa semuanya harus menjadi seperti ini?" gumamnya sedih. "Ayah ... Ibu ... aku terkurung disini, aku sudah menikah. Aku tidak tahu apa yang sudah kalian lakukan selama aku ada di luar negeri. Kenapa kalian harus bersikap sekejam itu? Sampai membunuh orang tuanya?"

Air matanya jatuh menahan rasa sakit dihati dan tubuhnya. Dia memejamkan matanya, merasakan angin sejuk yang menerpa wajahnya. Sungguh, suatu perasaan tidak nyaman terasa di hatinya.

Dia benar-benar sudah tidak sama, dia sudah tidak perawan lagi. Dia jadi tahu dari cara Hafens memalingkan wajah tadi, pria itulah yang sudah melakukan hubungan itu dengannya tadi malam.

Hafens yang menyentuhnya, yang sudah mengambil kesuciannya dengan cara tak terhormat. Sengaja tak melakukannya saat dia sedang bangun karena memang ingin merendahkannya, ingin mempermalukannya. Sesuatu yang membuat Christa menangis sendiri merasakan kalau dia takkan mendapatkan perlakuan yang baik disini.

"Nona ..."

Christa menyeka air matanya, lalu menatap ke arah belakang dimana seorang pelayan sudah berdiri membawa kopernya.

"Saya membawakan koper anda. Anda mau mandi? Biar saya siapkan airnya ..." ujar pelayan itu membuat Christa menghela napasnya pelan.

Dia melangkah perlahan sembari menahan sakit ke arah pelayan itu. Sesekali dia meringis pelan, tapi tetap melangkah hingga mampu sampai di dekat kopernya.

Dikeluarkannya dress berwarna merah dari dalam sebelum membuka kotak kecil berisi obat-obatan. Dia mengambil sebutir obat pereda nyeri yang memang dia siapkan, lalu memakannya dan mendongak.

"Apakah ada air?"

Pelayan itu bergerak, menuangkan air minum di meja dan langsung melangkah mendekati Christa. Dipandanginya wanita yang sedang meminum air itu, seakan benar-benar kehausan. Dan tanpa sengaja tatapan matanya melihat bekas-bekas merah di bahu dan pundak Christa, seperti bekas-bekas gigitan hewan buas.

Pelayan itu menelan ludahnya kasar, sadar atas apa yang sudah menimpa diri wanita cantik yang ada di hadapannya.

"Terima kasih." Christa berkata pelan saat pelayan itu membantunya bangkit. "Aku akan mandi."

Pelayan itu mengangguk pelan. "Saya sudah menyalakan air hangat. Mandilah, Nona. Saya akan merapikan pakaian Anda."

Christa mengangguk pelan. "Terima kasih, ya? Kau tidak dimarahi oleh Tuanmu kalau kau berada disini?" tanyanya pelan yang membuat pelayan itu terdiam.

"Emm, saya hanya akan ada sampai selesai merapikan pakaian Anda. Setelahnya saya pergi kok," jawabnya agak gugup, hingga Christa tahu kalau Hafens adalah sosok yang mengerikan.

"Baiklah, cepat lakukan. Jangan sampai Hafens menyakitimu karena aku."

"Emm, saya akan segera melakukannya."

Christa melihat pelayan bertubuh mungil itu bergerak membawa kopernya. Dia menghela napas pelan, lalu melangkah dengan lebih baik karena sudah memakan obat yang mulai meredakan sedikit rasa sakitnya.

Masuk ke kamar mandi, Christa memperhatikan ruangan yang menjadi relatif membersihkan diri itu dengan baik. Ada sebuah bak mandi, bathtub, shower dan beberapa peralatan mandi.

Namun yang menjadi masalah, ada sebuah rantai dengan borgol yang tergantung di dekat shower, membuat Christa merinding melihatnya.

"Untuk apa benda itu? Apakah karena dia mafia makanya meletakkan benda begitu dimana-mana?" batinnya sambil melangkah ke arah shower.

Dibukanya selimut yang menjadi penutup tubuhnya, lalu menyalakan shower dan mulai mandi. Tubuhnya yang terasa sakit akibat ulah Hafens itu perlahan membaik. Walau ada rasa perih dari bekas gigitan yang ada dibelakang pundaknya dan juga bahunya. Tetapi karena air hangat, rasa perih itu perlahan membaik dan menjadi lebih nyaman.

Christa menghabiskan waktu selama kurang dari dua puluh menit untuk mandi. Dia melihat sikat dan pasta gigi di wastafel, hingga akhirnya dia membersihkan gigi dan mulutnya menggunakan itu.

"Akhh ..." Rasa sakit terasa di bibirnya saat terkena pasta gigi itu. "Astaga berdarah." Christa membasuh mulutnya dengan air hangat, hingga warna air bekas kumurannya berwarna merah.

"Hafens ... bagaimana kau memperlakukanku sampai aku merasa begitu sakit? Semuanya semuanya sakit!" Christa menahan kekesalannya, terpaksa menerima semua konsekuensi yang sudah dia dapatkan.

Bagaimanapun ini adalah penebusan dari kasus pembunuhan yang dilakukan oleh orang tuanya. Bagaimana bisa dia berharap kalau dia akan mendapatkan perlakuan manis dan baik dari orang yang berniat balas dendam padanya?

Menyelesaikan urusannya di kamar mandi, Christa memakai pakaiannya dan berhias. Walau entah apa yang akan dia dapatkan nantinya, setidaknya dia akan tetap berhias walaupun bukan untuk Hafens tapi untuk dirinya sendiri.

Sudah tak ada pelayan lagi kamarnya itu, hingga Christa memutuskan untuk mengambil sprey yang tampak berbercak merah. Hatinya seakan teremas melihat bekas dari keperawanannya di atas sprey yang dia tiduri tadi malam.

Namun tak ada waktu menangisi semua ini. Dia harus segera membersihkan sprey yang dipegangnya ini sebelum orang lain yang melakukannya. Dia malu kalau sampai ada pelayan lain yang membersihkan bekas percintaannya dengan Hafens, benar-benar tidak pantas, walaupun mereka pelayan.

Langkahnya perlahan menginjak ruangan luar. Sunyi, tak ada orang yang terlihat. Ruangan mansion yang didominasi warna abu-abu pekat itu terasa seperti rumah angker yang tak pernah di tempati.

Furniturnya juga terlihat kuno, serta dindingnya yang terlihat bercak-bercak hitam.

Christa menggigit bibirnya pelan, lalu melangkah dan melihat sekeliling. "Dimana aku akan menemukan Hafens?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Kisah Yang Berakhir

    Setelah pulang dari menjenguk Albene dan Alex, Christa merasa kehidupannya sudah sangat lengkap dan tidak ada lagi yang harus dia khawatirkan. Ayah angkatnya yang selama ini dia pikirkan dalam diam nyatanya hidup dengan baik walau harus menjadi petani anggur dan bisa dikatakan juga menjadi anak buah dari Hafens."Mau makan apa malam ini? Aku akan buatkan."Hafens menatap wajah Christa yang sedang bertanya padanya sambil membantu melepaskan jas yang dia pakai. Hari ini pelayan semua cuti dan memang sedang memasuki sebuah hari perayaan, dalam satu tahun memang biasanya Hafens akan memberikan para pelayan untuk libur, jadi sekarang yang akan memasak adalah Christa sampai dua hari lagi pelayan akan kembali ke rumah mereka untuk bekerja."Aku sudah meminta anak buah untuk membawa beberapa bahan makanan. Hari ini kita bakar-bakar daging dan beberapa makanan di luar nanti, ini malam pergantian tahun jadi akan sangat bagus kalau berbaquean, Sayang," ucap Hafens membuat Christa tersenyum."Bai

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Obat Dan Istri Yang Patuh

    Hafens berhenti melangkah dan menunjuk arah sebuah tempat di mana mereka bisa melihat dua orang pria sedang asyik berkebun. Keduanya terlihat seperti ayah dan anak yang begitu akrab, di bawah pohon anggur keduanya sedang memetik hasil panen dan tertawa satu sama lain seperti membicarakan sesuatu hal yang lucu."Itu mereka? Ayah dan Alex?" tanya Christa tak percaya membuat Hafens bergumam sebagai jawaban.Christa masih tercengang tak percaya Karena ayahnya dan Alex benar-benar mendapatkan perlakuan yang baik dan bahkan menjadi petani anggur di sebuah lahan yang besar. Ada sebuah rumah tadinya yang sepertinya adalah tempat tinggal ayahnya dan Alex, lalu kini dia malah melihat ayahnya dan Alex yang sedang memetik anggur dan bercanda satu sama lain.Dia sempat mengira kalau Ayahnya mungkin berada di sebuah kurungan yang merupakan pembalasan dari Hafens. Tetapi nyatanya ayahnya hidup dengan begitu baik dan bahkan jauh lebih baik dibanding yang dia kira, karena malah menjadi petani anggur wa

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Pergi Melihat Albene

    Mendengar Hafens mengatakan semua itu, Christa merasa sangat senang. Dia langsung memeluk tubuh suaminya dan mencium rahang tegas Hafens dengan lembut."Terima kasih, aku senang sekali kau mau menuruti permintaan ini dan mau membawaku ke sana. Setidaknya walaupun hanya sekali kau mengizinkannya aku sangat berharap bisa melihat keadaannya. Dia adalah musuh dan kau membencinya, tapi dia tetap orang yang memiliki jasa padaku karena telah membesarkanku. Jadi sedikit banyak aku tidak bisa melupakan tentang hutang budi ini dan aku merasa harus terus mengingatnya karena dia menyayangiku selama bertahun-tahun seperti anakmu sendiri." Christa berkata seraya menatap Hafens dengan tatapan berkaca-kaca karena terharu.Hafens tersenyum pelan dan mengecup bibir Christa dengan lembut sebelum melumatnya penuh perasaan tanpa ada tuntutan sama sekali. Setelahnya dia kembali memeluk tubuh wanita itu dan mengejamkan matanya karena sebenarnya dia mengantuk, tapi dia tidak mungkin meninggalkan Christa dan

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Dimana Albene Adixon?

    "Sudah semuanya?"Christa mengangguk, meringis melihat banyaknya paper bag yang bersusun di depan dan sedang diangkat oleh pelayan toko pakaian, anak buah dan juga security mall."Sepertinya belanja hari ini terlalu banyak dan aku sedikit kalap karena sudah lama tidak belanja. Beberapa hari ini aku melihat pakaian Cherry sedikit banyak sudah mulai sempit karena dia semakin bertumbuh besar. Dia tidak pernah menuntutku untuk membelikannya pakaian baru karena dia selalu berkata kalau masih bisa digunakan maka dia akan selalu menggunakannya. Apakah aku sudah membuat anak-anak terlalu sederhana, Hafens?" tanya Christa membuat Hafens tersenyum dan mengecup pipinya lagi."Itu sangat penting untuk mereka. Mereka harus tetap menggunakan kesederhanaan walau mereka adalah anak-anak kita yang ke depannya sulit kemungkinan mereka akan hidup susah karena aku sudah membuat deposito yang begitu panjang dan bahkan bisa mempunyai hidup mereka sampai mereka tua. Itu untuk mengontrol sikap dan emosi supa

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Me Time Berdua

    "Tuan Besar Barack, selamat datang."Langsung pemilik universitasnya yang menyangkut kedatangan Hafens, Christa dan Hansen. Cherry sudah masuk sekolah setelah libur dua minggu lebih jadi dia tidak bisa ikut datang melihat universitas kakaknya. Hafens hanya mengangguk dan menatap putranya. Hansen sudah tersenyum dan mencium tangan ibu dan ayahnya, sengaja melakukan semua itu untuk meminta restu belajar. Beberapa mahasiswi memperhatikannya seraya berbisik-bisik, mereka tak pernah bertemu dengan Hansen secara umum karena pria ini jarang keluar dan hanya di rumah saja setiap hari setelah pulang sekolah, makanya sekarang dia yang muncul di hadapan mereka semua membuat para mahasiswi memperhatikannya dengan kagum.Walau tidak semua orang kenal dengan Hansen karena pria itu selalu menyembunyikan dirinya, tapi dari mulut ke mulut mereka bisa menemukan fakta dan juga beberapa ciri-ciri tentang yang merupakan anak mafia dan juga penguasa terbesar di Klan ini. Bukan sebuah rahasia, karena bagaim

  • Pernikahan Tebusan Sang Mafia    Tentang Kuat

    Hari kelulusan tiba dan Hasan berhasil mendapatkan nilai yang baik. Dia libur selama beberapa hari sebelum akhirnya masuk ke dalam universitas, tak ada lagi yang bisa mengganggu seperti dia berada di sekolah menengah ke atas, karena Claudia juga sudah semakin diam dan tidak banyak mengganggu sejak dia terakhir kali mengancamnya. "Kalau nanti sudah di universitas, kau akan sangat sibuk. Tetap yakin mau pulang pergi dan tidak menginap di asrama?" tanya Christa seraya menemani putranya itu memakan potongan buah."Ya, Bu. Aku akan tetap pulang pergi. Ayah sudah memberikan aku satu mobil jadi aku akan menggunakan itu dan tidak mau menginap di asrama. Menginap di asrama terlalu jauh dan juga lama, aku tetap mau pulang melihat Ayah, Ibu dan adik. Bagaimana tidak begitu jauh jaraknya dari rumah kita dan aku akan tetap bisa pulang setiap selesai pembelajaran." Handphone berkata sambil menggeser tabletnya dan belajar kecil-kecil.Christa tersenyum pelan mendengarnya. "Kalau kau punya teman dan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status