Share

Muak

Author: Mystic-SJ
last update Huling Na-update: 2023-10-18 19:25:32

Suasana menjadi sangat tegang, karena Lidya yang tidak biasanya mendengar Morgan yang meminta bantuannya seperti ini.

"Umm ... ada apa ya, Pak? Apa yang Pak Morgan inginkan?" tanya Lidya penasaran.

"Saya ingin memeriksa rekaman CCTV di depan ruang penyimpanan peralatan olahraga. Saya ingin melihat di jam sebelum pulang sekolah," ujar Morgan tanpa basa-basi, membuat Lidya mengangguk kecil mendengarnya.

Dengan cekatan, Lidya segera menuju ke arah tempat duduknya. Ia pun duduk, kemudian memeriksa rekaman tersebut pada monitor kontrol miliknya.

"Ini Pak," ucap Lidya.

Morgan memandangi layar monitor dengan sangat berhati-hati. Setelah Ayra masuk ke dalam ruangan tersebut, tidak ada siapa pun di sana yang melintas di area tersebut. Morgan semakin menajamkan matanya, kalau saja ada seseorang yang melewatinya di sana.

Namun, ketika Morgan datang membawa sapu di tangannya, tidak ada orang lain sebelum dan setelah kedatangannya. Dengan kata lain, tidak ada saksi yang bisa membuktikan tentang hal ini.

Lidya mendelik kaget, ketika ia melihat pada rekaman CCTV tersebut Morgan yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangan tersebut. Apalagi sebelumnya sudah ada Ayra di dalam, sehingga membuatnya bertanya-tanya tentang hal ini.

"Morgan dan murid itu ... kenapa mereka masuk ke dalam ruangan penyimpanan alat olahraga? Apa yang mereka lakukan di dalam ruangan?" batin Lidya, yang merasa tidak percaya dengan apa yang mereka lakukan tersebut.

Morgan memandang dalam ke arah monitor tersebut. "Kenapa tidak ada saksi, sih? Ini membuat saya semakin kesulitan membela diri," batinnya kesal.

"Apa ada kamera di dalam ruangan tersebut?" tanya Morgan.

Lidya tersadar dari lamunannya. "Ah? Ada satu kamera di sana, tapi sudah lama tidak berfungsi. Jadi saya tidak bisa menunjukkan rekaman apa pun," jawabnya.

Mendengar jawaban Lidya, membuat Morgan sangat kesal. Ia tidak bisa melakukan apa pun lagi, karena ia tidak memiliki bukti apa pun untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

Satu sisi ia tidak ingin menyiakan kehidupannya bersama dengan gadis yang tidak ia cintai. Di sisi lain, ia juga tidak ingin menyiakan masa mudanya di dalam jeruji besi. Keduanya sama-sama tidak ia inginkan.

"Sial, kalau begini aku harus apa?" batin Morgan, yang merasa semakin kesal dengan dirinya sendiri.

Lidya memandangi ekspresi Morgan. Ia merasa ada yang aneh, yang mungkin terjadi di antara dirinya dan juga murid baru tersebut. Lidya tidak menyangka, akan ada kejadian seperti ini di antara guru dan murid sekolah ini.

"Pak Morgan, apa kita bisa bicara sebentar?" tanya Lidya.

Morgan tersadar, lalu segera mengangguk dan melangkah ke arah luar ruangan ini.

Mereka saat ini berhadapan satu sama lain, dengan wajah Lidya yang sudah memerah. Lidya merasa sangat marah, tetapi ia bingung harus mengungkapkan amarahnya seperti apa.

Di atas rooftop ini, mereka bebas mengekspresikan diri mereka. Tidak ada siapa pun yang bisa mendengar mereka di sini.

"Morgan, tolong jujur sama saya. Sebenarnya ada apa di antara kalian?" tanya Lidya, yang perkataannya tidak seformal saat berada di hadapan orang lain.

Morgan yang sejak dulu sudah mengetahui perasaan Lidya, hanya bisa diam sembari memandangnya saja.

"Jawab saya, Gan! Apa yang kamu lakukan sama murid itu di ruangan gelap?" tanya Lidya dengan perasaan yang sudah campur aduk.

Karena tak merasa melakukan apa pun, Morgan hanya bisa acuh di hadapan Lidya.

"Apa kamu meminta bicara, hanya untuk mengatakan ini?" tanya Morgan dengan datar.

"Gan, please ... jawab pertanyaan saya dulu," rengek Lidya.

Morgan melangkah pergi dari sana. "Tidak ada yang perlu saya katakan. Terima kasih sudah membantu," ucapnya yang kemudian meninggalkan Lidya di sana.

Lidya kesal, sampai menangis karena sikap Morgan yang masih saja acuh padanya.

"Kenapa sih kamu gak pernah anggap saya ada?" teriak Lidya, Morgan sampai menghentikan sejenak langkah kakinya.

Suasana menjadi canggung, karena Morgan yang bingung harus mengatakan apa pada Lidya. Pasalnya, tidak ada yang perlu dijelaskan, karena mereka tidak ada hubungan apa pun.

"Kita gak ada hubungan apa pun, Lidya. Saya tidak akan berkata apa pun tentang hal ini," ujar Morgan, yang kembali meninggalkan Lidya di sana.

Melihat kepergian Morgan, Lidya pun menjerit kesal. Harga dirinya terluka, karena ia merasa Morgan sama sekali tidak menganggapnya ada. Setahun sudah ia menyatakan cintanya di hadapan Morgan, tetapi selama itu pula ia tidak mendapatkan tempat di hati Morgan.

Kini ia melihat rekaman aneh antara Morgan dan seorang murid, yang membuatnya terluka. Hal itu sangat sensitif, sampai membuatnya menangis dengan derai air mata yang sangat deras.

"Dia jahat! Kenapa dia tega ngelakuin itu, sih?" gumam Lidya, sembari tetap menangis meratapi nasibnya itu.

Morgan tak menghiraukan Lidya, dan malah pergi dari sana secepat mungkin. Ia tidak ingin perasaannya malah menjadi semakin rumit, akibat permasalahan baru yang mungkin saja akan muncul setelah ini.

"Yang tadi hampir saja," batin Morgan, sembari melangkah menuruni tangga.

Saking terburu-burunya Morgan, tak sadar ia pun menabrak seseorang yang ingin menaiki tangga. Mereka saling menabrak, membuat Morgan sedikit terpental ke bagian terakhir tangga.

"Aduh ...."

Morgan menyadari suara rintihan tersebut. Ketika ia memandang ke arah orang yang ia tabrak, ternyata benar dugaannya. Di sana ada Ayra, yang baru saja datang dengan membawa tasnya.

"Ayra!" gumam Morgan, yang ingin sekali mengatakan hal yang baru saja ia lakukan di ruangan kontrol.

Melihat Morgan yang menabraknya, Ayra pun mendadak kesal. Ia tidak ingin bersentuhan langsung dengan Morgan karena ia sudah muak dengan takdir yang akan ia terima bersama Morgan.

"Dia lagi!" gerutu Ayra dalam hati, kemudian segera berlari pergi meninggalkan Morgan di sana.

Tak ingin kehilangan kesempatan untuk berbicara dengan Ayra, Morgan pun lantas menahan lengan tangan Ayra. Hal itu membuat langkah kaki Ayra terhenti kembali.

"Pak Morgan, bisa lepasin tangan saya gak? Saya terlambat banget masuk ke kelas!" pinta Ayra dengan nada yang sedikit ketus.

"Saya ingin bicara sebentar sama kamu," ucap Morgan.

"Saya gak mau bicara apa pun, Pak! Saya muak bicara sama Pak Morgan!" ujar Ayra dengan ketus, membuat Morgan merasa bingung melihat sikapnya tersebut.

"Kamu muak sama saya?" tanya Morgan tak percaya dengan apa yang ia dengar dari Ayra.

"Ya, saya muak sama Bapak! Kenapa sih, saya harus ngalamin kejadian memalukan ini?" bentak Ayra, yang tak terima dengan apa yang sudah menjadi takdirnya.

Keadaan semakin panas, karena Morgan yang emosinya tersulut mendengar ucapan Ayra padanya. Morgan yang semula sabar, kini sudah terbakar habis dengan amarah yang muncul karena perkataan Ayra padanya.

"Kamu!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Gara-gara Bantal

    Sementara itu di dalam kamar mandi, Morgan membuka shower yang sengaja ia alirkan mengenai sekujur tubuhnya yang panas. Lekuk dada Ayra yang menggiurkan, ternyata cukup membuat pikiran Morgan berantakan sejenak.“Ah ... dia terlalu seksi untuk seukuran anak SMA,” batin Morgan, dengan tangan yang ia sibakkan pada rambutnya yang sudah basah terkena percikan air shower.Sebisa mungkin Morgan menahan dirinya untuk tidak melampiaskan hasratnya.Setelah beberapa saat, Morgan pun keluar dari kamar mandi. Dengan hanya mengenakan handuk yang ia lilitkan pada pinggangnya, Morgan melangkah tanpa ragu.Sejak tadi, Ayra masih saja berpikir macam-macam dengan keadaan yang ada. Karena pikiran itu, ia masih saja berada di dalam selimut yang membungkus sekujur tubuhnya.Mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka, Ayra pun spontan menoleh, sehingga Morgan juga ikut menoleh ke arahnya.“Ah!” teriak Ayra, ketika ia sadar bahwa Morgan berdiri di hadapannya dengan tanpa mengenakan busana.Saking terkeju

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Perkara Dada

    Morgan berusaha menghindar dari serangan bantal dan guling yang Ayra lakukan. Namun, ternyata kekuatan Ayra cukup kuat, sehingga ia kewalahan sendiri menghadapinya.“Sudah cukup, Ayra!” ucap Morgan, yang terkena lemparan bantal tersebut.Lemparan kedua masih kena, tetapi Morgan berusaha menahan kesabarannya.“Ayra ....”“Ayra sudah cuk—” Morgan terdiam, karena lemparan keempat yang Ayra lakukan ternyata tepat mengenai wajahnya. “ ... kup,” sambungnya, setelah terkena lemparan tersebut.Ayra memandangnya dengan sinis, saking kesalnya ia dengan apa yang Morgan lakukan padanya. Setelah puas melempari Morgan, kini Ayra kembali menyembunyikan tubuhnya di dalam selimut, menyisakan wajahnya saja.Karena merasa sudah terkena imbasnya, Morgan pun hanya bisa menggelengkan kecil kepalanya sambil menghela napasnya dengan panjang. Karena kejadian ini, ia malah berharap pernikahan ini tidak sampai terjadi.“Kenapa pernikahan ini terjadi, ya? Aku menyesal sekarang,” batin Morgan, yang baru mengawali

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Perkara Remot AC

    Morgan menuju ke arah kamar Ayra. Walau dengan berat hati, ia mencoba membuka pintu dan ternyata tidak terkunci. Hal itu membuatnya bingung, karena Ayra yang tidak mengunci pintu kamarnya setelah melarikan diri tadi.“Aku kira pintunya dikunci,” batin Morgan, yang mulai memasuki kamar Ayra yang bernuansa merah muda.Terlihat banyak sekali pajangan pada dinding, termasuk figura dan beberapa polaroid membentuk gambar hati. Banyak sekali foto kebersamaan Ayra dengan seorang pria, yang sepertinya sangat tidak asing bagi Morgan.Morgan menyipitkan matanya ketika memandangi foto tersebut. “Itu ... bukannya pria yang waktu itu menjemput Ayra di sekolah? Gak nyangka, ternyata mereka pacaran,” batinnya, yang tidak menyangka akan hal itu.Sama sekali tidak terlihat keberadaan Ayra, sampai membuat Morgan semakin penasaran dengan pajangan yang berada di dinding tersebut. Satu per satu polaroid ia pandangi, dengan berbagai gaya foto yang terlihat cukup bagus untuk photo genic.“Ternyata mereka san

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Bermalam

    Karena mengetahui Morgan yang mencium keningnya, sekujur tubuh Ayra pun bergetar. Ia merasa sangat takut, karena ternyata seperti inilah rasanya ketika Morgan mengecupnya dengan lembut. Sangat berbeda rasanya ketika ia mendapatkan sentuhan dari Ilham.“Dia ... beneran cium gue? Kita udah jadi suami istri sekarang?” batin Ayra dengan mata yang mendelik, masih kaget dengan keadaan mereka saat ini.Tepuk tangan dan sorakan para saksi membuat Morgan menghentikan kecupan lembutnya pada kening Ayra. Ia menatap dalam Ayra, sampai membuat Ayra berbinar karena apa yang ia lakukan.Ayra paham, tatapan Morgan seakan meminta izin padanya untuk mencium bibirnya. Namun, Morgan juga paham bahwa Ayra mungkin saja tidak akan mengizinkannya untuk melakukannya. Semua itu berlangsung cukup lama, sampai membuat pendeta berdeham karenanya.“Kalian boleh saling mencium, kok!” goda Ayah Ayra, membuat wajah keduanya seketika memerah karena malu.Karena sudah mendapatkan persetujuan dari Ayah Ayra, Morgan pun

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Resmi

    Jantungnya seketika berdetak dengan kencang, karena merasa sangat tidak percaya dengan keadaan ini.“Harusnya aku yang memersiapkan semuanya,” batin Morgan tak percaya, karena ternyata ia sudah lebih dulu melihat dekorasi pesta yang indah ini.Sayang sekali, ia harus menikah dengan orang yang tidak ia sukai. Terlebih lagi pernikahan ini karena terpaksa, dan juga karena sebuah insiden yang tidak menyenangkan. Morgan semakin bingung, karena ternyata ia benar-benar dihadapkan dengan keadaan seperti ini.“Aku ... benar-benar akan menikahi Ayra?” batin Morgan, yang masih tidak percaya dengan keadaan ini.Tak hanya Morgan, bahkan Ayra pun tidak menyangka jika kedua orang tuanya akan merancang semua ini sedemikian rupa. Ia tidak mengira, bahwa semuanya akan jadi semewah ini.“Apa-apaan ini? Kenapa Mama Papa malah bikin pesta pernikahan meriah gini, sih? Mewah banget, buat ukuran gue yang sama sekali gak mau pernikahan ini terjadi!” gerutu Ayra dalam hati, tak terima dengan semua ini.“Kalian

  • Pernikahan Tersembunyi Guru Dingin   Momen Aneh

    Ayra mendelik, karena ia merasa Morgan sudah melakukan hal yang tidak perlu ia lakukan. Hal itu membuatnya menjerit, karena Morgan benar-benar melakukannya. “Pak Morgan, turunin saya!” teriak Ayra, tetapi Morgan sama sekali tidak menghiraukannya. Kini Morgan berhasil menggendong Ayra di dadanya. Pandangan mereka saling bertemu satu sama lain, membuat keduanya terpaku untuk sejenak. Ayra merasa sangat malu, sehingga membuat wajahnya memerah tanpa ia sadari. “Saya ‘kan udah bilang, saya masih mampu gendong kamu! Gak ada rasa berat sama sekali, tubuh kamu kayak kapas! Lagian saya masih muda, masih 25 tahun! Saya masih sanggup gendong kamu!” gerutu Morgan, yang hanya bisa menyombongkan dirinya di hadapan Ayra. Menyadari wajah Ayra yang memerah, Morgan pun juga merasa demikian. Ia merasa malu, dan segera menuruni Ayra dari gendongannya. Kini mereka sama-sama merasa salah tingkah, dengan Morgan yang tidak ingin menatap wajah Ayra. Hal itu membuat Ayra merasa sangat gugup, dan ia juga e

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status