Share

Bab 2

Author: Island
Pesta Ivy akan diadakan keesokan harinya.

Sambil merapikan dasi William, aku berkata, “Kita pergi bersama ke pesta Ivy, ya. Aku janji nggak akan marah padanya kali ini.”

William tampak ragu. Setiap kali aku dan Ivy muncul di pesta yang sama, para tamu selalu membicarakan bagaimana Ivy merebut tunanganku.

Namun kali ini, William tidak menemukan alasan untuk menolak. Dia hanya pura-pura pasrah, “Iya, terserah kamu. Kita pergi bersama saja, tapi pestanya pasti membosankan, nanti kita kabur diam-diam saja dan pergi berkencan, ya?”

Lihatlah, betapa takutnya dia kalau aku merusak kebahagiaan Ivy.

William selalu melindungi Ivy dalam diam. Dia menikah denganku hanya agar aku tidak mengganggu Ivy.

Namun kali ini, aku tak akan bertengkar dengan Ivy.

Karena besok aku akan pergi, aku hanya ingin berpamitan pada keluarga dan teman-temanku.

Pesta Ivy sangat meriah.

Semua orang memberikan ucapan selamat. Dia sukses dalam karir dan punya keluarga yang bahagia, benar-benar pemenang dalam hidup.

“Ivy, selamat ya sudah masuk nominasi kompetisi musik. Ayah dan ibu sangat bangga padamu.”

“Kudengar biola yang kamu pakai waktu tampil itu hadiah dari pengusaha misterius, katanya dulu pernah dipakai Beethoven.”

“Wah, aku ingin sekali melihatnya. Ivy, bolehkah kamu memainkan lagu yang kamu bawakan di kompetisi itu untuk kami?”

Ivy membuka kotak biolanya, lalu tiba-tiba pandangannya berhenti padaku di tengah kerumunan.

Seketika, wajahnya berubah. Lalu, dia melirik William dengan tatapan sedih, “Kak, akhirnya kamu datang juga. Aku sempat mengira kamu nggak suka padaku, karena kamu tak pernah mau menemuiku.”

Aku tidak menjawab dan hanya menatap biola di tangannya.

Aku pernah melihat biola itu di catatan lelang William. Dulu aku mengira itu hadiah untukku.

Ivy pun mulai memainkan biolanya. Begitu nada pertama terdengar, tubuhku langsung gemetar. Lagu itu sangat familiar. Itu adalah lagu yang kutulis khusus untuk William dan aku pernah berjanji hanya akan memainkannya untuknya seumur hidup!

Namun kini, lagu itu malah dimainkan Ivy di depan banyak orang.

Lagu itu pun berakhir.

Semua orang bertepuk tangan.

Ivy menghampiriku dengan tatapan iba, seolah aku adalah pecundang di hadapannya, “Kak, kenapa kamu menangis? Kamu juga merasa laguku ini sangat indah?”

Dia mengangkat tangan untuk menghapus air mataku, tapi aku menepisnya dengan dingin.

Belum sempat aku mempertanyakannya, tiba-tiba dia mundur ke belakang seolah aku mendorongnya dengan keras. Air matanya jatuh dan sambil terisak, dia berkata, “Kakak, kenapa kamu mendorongku?”

Ayah dan ibu langsung mendorongku menjauh, “Awas! Ivy sedang hamil, kenapa kamu mendorongnya?”

Para tamu pun mulai menghakimi, “Astaga, cepat panggil dokter!”

“Judy kejam sekali! Dia pasti iri, karena adiknya memenangkan kompetisi musik!”

Aku dihujani makian mereka, tapi di tengah hiruk-pikuk suara itu, aku menangkap jelas satu suara yang panik.

“Ivy!”

Suara itu begitu familiar.

Seketika, aku langsung tahu siapa itu.

Aku menoleh dan melihat William bergegas menghampiri Ivy, seperti dirinya adalah suami Ivy.

Wajahnya tampak panik, tak ada sedikit pun ketenangan seperti biasanya. Rasa cemas dan sayang di matanya begitu jelas, sama sekali tak bisa disembunyikan.

Saat itu juga, aku sadar diriku harus benar-benar berhenti berharap!

Mungkin tatapan mataku terlalu terang-terangan.

William pun langsung menyadarinya. Dia seperti aktor profesional, langsung mengubah ekspresi wajahnya, lalu melangkah cepat ke arahku dan menarikku keluar dari aula.

Dia marah dan nada bicaranya penuh teguran, “Dia lagi hamil, kok kamu malah mendorongnya? Aku tahu kamu nggak menyukainya, makanya kubilang sebaiknya kamu nggak datang ke pesta ini!”

Wajahku terlihat sangat pucat, jadi William pun melembutkan suaranya, “Untung saja Ivy nggak apa-apa, kamu juga nggak perlu terlalu khawatir.”

Aku menatapnya lekat-lekat dan berkata, “Karya yang Ivy bawakan untuk kompetisi itu lagu yang kutulis untukmu.”

Senyuman William pun lenyap, dia berusaha tetap tenang saat menjelaskan, “Benarkah? Kok aku nggak menyadarinya? Kalau didengar baik-baik mungkin memang ada sedikit kemiripan. Lagipula, sekarang ada banyak lagu yang mirip….”

Melihat dia mati-matian mencari alasan, tiba-tiba aku merasa semua ini tak ada artinya lagi.

Lagu itu tak pernah kumainkan untuk orang lain. Partiturnya hanya kusimpan di ruang pianoku, hanya aku dan William yang bisa mengaksesnya.

Itu adalah lagu yang kuciptakan khusus untuknya, berisi semua cerita cintaku padanya.

Namun, dia malah memberikannya kepada orang lain, seperti membuang cinta kami begitu saja.

Aku tak tahan untuk tertawa pelan, oh hampir saja lupa, memang tak pernah ada cinta di antara aku dan dia. William hanya berakting sejak awal.

Mungkin karena reaksiku terlalu tenang, William pun memelukku, “Aku tahu kamu nggak suka Ivy, makanya sudah kubilang jangan datang ke pesta ini.”

“Ayo tersenyumlah, aku bawa kamu pergi melihat bintang, mau?”

“Iya,” jawabku sambil memejamkan mata.

Sudahlah, aku juga akan segera pergi, tak perlu lagi berdebat soal hal yang tak ada gunanya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Tujuh Tahun Yang Sia-Sia   Bab 7

    Setelah video musikku dirilis, reaksinya luar biasa besar.Di kolom komentar, banyak yang bilang kalau lagu ini mengingatkan mereka pada diri mereka di masa lalu, masa ketika mereka begitu bersemangat akan cinta.Aku pun mengunggah beberapa lagu baru dan ternyata ada produser musik yang ingin mengontrakku. Mereka bahkan menawarkan syarat yang sangat menggiurkan, jauh lebih besar daripada dukungan yang pernah diberikan oleh orang tuaku dan William.Seketika, aku benar-benar sadar. Aku sepenuhnya bisa mengandalkan diriku sendiri. Aku tidak butuh pengakuan dari orang tuaku ataupun William. Ada banyak sekali orang yang menyukai musikku di dunia ini.Saat aku sedang memimpin anak-anak merekam lagu baru, tiba-tiba Ivy menerobos masuk ke peternakan. Dia berteriak-teriak seperti orang gila!“Judy! Ternyata benar-benar kamu! Ternyata kamu belum mati! Kamu tahu nggak?! Gara-gara berita kematianmu, aku dikutuk habis-habisan! Suamiku mencampakkanku, William juga nggak mau peduli padaku lagi, bahka

  • Pernikahan Tujuh Tahun Yang Sia-Sia   Bab 6

    Setelah Lucas pergi, aku termenung. Pada akhirnya, aku tetap membuka ponsel dan mencari topik William dan Ivy.Ivy diusir dari rumah orang tuaku, studio yang mereka berikan padanya juga ditarik kembali. Bahkan lagu-lagu yang pernah dia rilis sekarang diragukan, banyak yang menduga dia menyewa orang untuk menulisnya.Orang tuaku berkali-kali muncul di depan kamera dan menjelaskan aku adalah putri terbaik mereka. Sayangnya, mereka sudah selamanya kehilangan seorang anak jenius.Sementara William, internet dipenuhi fotonya yang terlihat terpuruk. Netizen bahkan membandingkan sikapnya yang dulu dingin dan cuek padaku dengan penyesalannya yang sekarang.Aku melihat dia nekat masuk ke hutan untuk mencariku, akhirnya digigit ular berbisa dan dibawa pergi dengan ambulans.Aku melihat dia berdiri di puncak gunung tempat kami berjanji merayakan peringatan pernikahan ketujuh tahun. Dia terlihat seperti mayat hidup, diam dan meneteskan air mata.Kolom komentar ramai mengatakan dia benar-benar men

  • Pernikahan Tujuh Tahun Yang Sia-Sia   Bab 5

    Awalnya, aku hanya ingin pergi dengan tenang.Aku tak menyangka pesawat akan mengalami kecelakaan dan video yang kuatur untuk posting otomatis malah akan menjadi pesan terakhirku.Faktanya, aku tidak naik pesawat itu.Semua karena Lucas, teman masa kecilku yang tiba-tiba datang menjemputku.Hanya karena aku bilang ingin pulang, dia rela menyetir ribuan kilometer untuk membawaku pulang.Pulang… pulang ke rumahku yang lain.Aku lahir di keluarga musisi, tapi pengasuhku mengincar harta keluarga, lalu menukar identitasku dengan anaknya sendiri, Ivy. Aku yang asli malah dibawa keluar rumah dan dibuang di pinggir jalan.Aku diasuh oleh sepasang suami istri yang baik hati, sampai usia empat belas tahun baru ditemukan kembali oleh orang tuaku yang sebenarnya. Tapi, karena sudah dekat dengan Ivy, mereka pun tak tega meninggalkannya.Aku tahu mereka lebih menyayangi Ivy, makanya mereka pun membiarkannya merebut tunanganku dan menutup mata saat dia menjiplak karya-karyaku.Bahkan suami yang sudah

  • Pernikahan Tujuh Tahun Yang Sia-Sia   Bab 4

    William hampir terhuyung, “Apa?!”Dia hampir kehilangan suara karena terkejut, “Pasti ada yang salah! Mana mungkin dia pergi? Hari ini hari peringatan pernikahan kami yang ketujuh. Judy bahkan bilang mau menyiapkan kejutan besar untukku!”Begitu menyebut ‘kejutan besar’, wajahnya langsung memucat.Mungkin dia baru sadar, kejutan besar yang kumaksud adalah kepergianku untuk selamanya!“Maaf William, kami nggak tahu pasti alasan Judy pergi. Yang kami temukan, dia sudah memesan tiket pesawat tiga hari lalu.”William membeku di tempat. Dia memutar otak, tapi tetap tak bisa mengerti kesalahan apa yang dia buat tiga hari lalu sampai membuatku memilih pergi diam-diam.“Nggak, nggak mungkin. Dia pasti nggak naik pesawat itu. Dia bilang mau menungguku kembali….”William mengeluarkan ponselnya untuk menghubungiku, tapi baru sadar ponselnya mati.“Kok bisa begini?” Wajahnya semakin tegang, lalu seperti teringat sesuatu, dia pun menoleh ke arah kamar Ivy. Nada suaranya penuh amarah, “Kenapa kamu u

  • Pernikahan Tujuh Tahun Yang Sia-Sia   Bab 3

    Di puncak gunung.William memelukku, berbisik di telingaku dengan nada penuh kasih, “Indah sekali, memelukmu begini sambil menunggu matahari terbit bersama.”“Besok kita genap tujuh tahun menikah. Aku sangat bahagia karena ada kamu yang menemaniku selama tujuh tahun ini. Aku sudah siapkan kejutan, besok kamu bisa lihat sendiri. Menurutmu, bisakah kita tetap menunggu matahari terbit seperti ini tujuh puluh tahun lagi? Waktu itu, pasti bukan hanya ada kita berdua, tapi juga ada anak-anak kita….”Aku menatapnya diam-diam. Kita sudah tidak punya masa depan lagi.Cahaya bulan lembut dan William juga sangat lembut. Hingga satu panggilan masuk memecah keheningan.William melihat nama penelepon, lalu menatapku dengan sedikit ragu.Aku tak melihatnya, tak pula melirik ponselnya. Karena aku tahu pasti, hanya Ivy yang bisa membuatnya tampak segalau ini.“Sibuk saja dulu, aku menunggumu di sini.”William mengecup keningku, “Sayang, kamu pengertian sekali. Tunggu aku, ya.”Aku tersenyum melihatnya

  • Pernikahan Tujuh Tahun Yang Sia-Sia   Bab 2

    Pesta Ivy akan diadakan keesokan harinya.Sambil merapikan dasi William, aku berkata, “Kita pergi bersama ke pesta Ivy, ya. Aku janji nggak akan marah padanya kali ini.”William tampak ragu. Setiap kali aku dan Ivy muncul di pesta yang sama, para tamu selalu membicarakan bagaimana Ivy merebut tunanganku.Namun kali ini, William tidak menemukan alasan untuk menolak. Dia hanya pura-pura pasrah, “Iya, terserah kamu. Kita pergi bersama saja, tapi pestanya pasti membosankan, nanti kita kabur diam-diam saja dan pergi berkencan, ya?”Lihatlah, betapa takutnya dia kalau aku merusak kebahagiaan Ivy.William selalu melindungi Ivy dalam diam. Dia menikah denganku hanya agar aku tidak mengganggu Ivy.Namun kali ini, aku tak akan bertengkar dengan Ivy.Karena besok aku akan pergi, aku hanya ingin berpamitan pada keluarga dan teman-temanku.Pesta Ivy sangat meriah.Semua orang memberikan ucapan selamat. Dia sukses dalam karir dan punya keluarga yang bahagia, benar-benar pemenang dalam hidup.“Ivy, s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status