Sepeninggal Kaira, ibu Rina menatap Sunny dengan tatapan tajam dan meminta kejelasan.
“Istrimu itu benar-benar kurang ajar, Sun. Masa dia ngusir ibu? Seharusnya perempuan mandul itu yang pergi dari rumah ini, bukan ibu!” ujarnya penuh dengan amarah. “Kalau saja kamu ngga menghalangi, ibu pasti sudah menyeret dia, dan meminta dia merangkak dan memohon!”
“Kaira ngga akan melakukan itu bu!”
“Kenapa ngga? Kamu benaran takut sama dia?”
“Dia istriku, dan aku tidak takut dengannya.”
“Bagus, kalau begitu!” ujar Bu Rina, lalu bergegas keluar dari dapur.
Sunny mengejar ibunya. “Ibu mau kemana?”
“Mengepak pakaian istrimu, jadi saat dia pulang nanti dari keluyuran, dia akan benar-benar keluyuran jadi gelandangan diluar rumah!”
“Maksud ibu, ibu mau mengusir Kaira?” tanya Sunny sambil tertawa.
“Iya, memangnya kenapa, ada masalah?”
Iya, bu. Masalahnya adalah, yang keluar dari rumah ini bukan Kaira. Tapi ibu, maaf ibu. Tapi dia benar, ibu harus pulang hari ini. Dan soal uang, ibu tenang saja, aku akan meminta tolong padanya supaya dia mengirim uang untuk keluarga kita.”
“Sunny, apa maksudmy nak? Kamu mengusir ibu seperti istrimu juga? Kamu mengusir ibu dari rumahmu?”
“Maaf bu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa!”
“Maksud kamu tidka bisa berbuat apa-apa itu, apa Sun? Kamu lebih memilih istrimu, si wanita mandul sialan itu dari pada ibu kandungmu?” teriak ibu Sunny. “Kamu lahir dari perut ibu, Sun! kamu membuat vagina ibu terbelah dua sampai ke anus saat ibu melahirkan kamu!”
“Ibu jangan ngomong gitu, please!”
“Kalau begitu kenapa Sun? Beri ibu penjelasan!”
“Karena aku tidak memiliki kontribusi apapun di rumah ini, bu! Rumah ini, dan semua bisnis yang di jalaninya itu semua milik Kaira!”
“Kenapa bisa? Kamu menyerahkan tempat tinggal ini dan bisnis itu atas namanya? Bodoh kamu!”
“Bukan itu! Itu karena aku tidak punya uang ibu!”
“Tidak punya uang? Bagaimana bisa Sunny? Ibu tahu kalau novel-novel kamu itu di filmkan, di jadikan serial laris lagi, masa sih kamu ngga punya uang sama sekali. Seenggak-nggaknya kamu punyalah sekitar berapa milyar gitu! Seharusnya kamu bisa punya bisnis dan beli rumah!”
“Itu semua karena semua uang hasil kerja kerasku, selalu aku kirimkan kerumah bu!” teriak Sunny dengan frustasi. “Ibu ngga pernah membuat aku mengatur keuanganku sendiri!”
“Ngga mungkin, Sun…. ngga mungkin sayang…, ngga mungkin nak!” ucap ibunya sambil memegang kedua lengan berotot Sunny. Air mata mengalir deras dari pipi perempuan itu, tapi wajahnya yang kaku sedikitpun tidak menunjukkan kesedihannya sama sekali.
“Itu benar, bu!” ucap Sunny lesu. “Dari awal pernikahan kami, hanya uang Kaira yang di pakai untuk menghidupi kami. Sedangkan uangku, digunakan untuk membiayai keluarga kita, termasuk biaya sekolah keponakanku, membantu kuliah Kim dan Dave. Membayar listrik, air, makanan, mobil, rumah dan semua hal yang ada di rumah kita di bali, ibu! Ibu, kakak dan adik-adik hanya meminta dan selalu meminta padaku. Sampai detik ini, aku bahkan belum pernah membelikan satu porsi baksopun untuk istriku, bu. Aku malu! Aku malu pada diriku sendiri karena aku menumpang di rumah istriku!”
Ibu Sunny menghapus air matanya.
“Nak, dengar! Jangan malu, itu wajar Sun. Kamu dulu kepala keluarga, kakakmu janda anak tiga yang ngga bekerja dan anaknya masih kecil-kecil. Adek-adek kamu masih kuliah dan ibu juga ngga bekerja. Tapi dia mau nikahin kamu jadi dia harus terima resikonya!”
“Tapi itu sepuluh tahun lalu, ibu! Seharusnya mereka semua sudah mandiri dan tanggung jawabku hanya ibu, bukan yang lainnya lagi!”
“Lalu kamu mau apa? Kamu mau keluargamu menderita, demi membahagiakan orang lain, begitu?”
“Orang lain?” Sunny tertawa sumir. “Orang lain itu selalu ada untukku saat kalian ngga! Orang lain itu yang membantuku saat kalian ngga! Dia tahu aku letih, dia menghiburku dan dia melakukan semua hal yang kalian ngga bisa! Tapi apa yang kalian lakukan padaku? Kalian hanya memerasku, seperti sapi perah, ibu!”
“Jangan ngomong seperti itu, Sun! Ibu mohon nak! Please!!”
Sunny menggeleng, dia sudah benar-benar lelah dengan ibunya. “Aku harus membeli rumah untuk Amber dan membangun bisnis untuknya dan itu terus berlanjut sampai sekarang. Dan sialnya, semua bisnis Amber hanya jadi omong kosong doang! Sudah ada berapa bisnis yang di buat untuknya? Laundry, kos-kosan, toko, beberapa franchise dan sekarang mau bikin café tapi hasilnya selalu gagal ngga ada satupun yang berhasil!”
Sunny berhenti sebentar, nafasnya terengah-engah, dia larut dalam amarah.
“Kim beli mobil dan hape baru seperti beli kacang. Bosan dengan warna mobil lama, maksa beli baru, jika tidak mengancam akan mengeluarkan aib istriku di media sosial. Dave, sudah tahu ngga punya pekerjaan malah tinggal serumah dengan pacarnya dan punya anak dua dan sekarang pacarnya mau lahiran lagi anak ketiga. Semuanya harus aku yang menanggung tanggungan hidup kalian. Apa ngga ada yang mikir gitu? Aku juga ingin hidup, membiayai rumah tanggaku sendiri! Aku malu dengan Kaira dan keluarganya, bu. Tolong mengerti!”
“Sun….”
“Aku sudah benar-benar muak ibu!”
Ibu Sunny tidak menjawab karena saat itu mereka mendengar suara Kaira yang keluar dari apartemen. Ibu Sunny tergopoh-gopoh lari dan memastikan pintu terkunci dan Kaira.
Melihat ibunya pergi Sunny menghela nafas panjang, dia menghapus air mata yang perlahan keluar. Rasa malunya sebenarnya sudah di ubun-ubun, dia juga merasa insecure atas semua yang terjadi dan bisa tinggal di tempat ini jelas adalah anugrah besar untuknya. Kaira adalah istri yang sempurna dan dia tidak ingin menyakiti.
Sunny mendengar langkah tergopoh-gopoh ibunya yang masuk ke dapur, dengan cepat dia menghapus air matanya.
“Sudah, istri kamu sudah pergi, sekarang ngga usah berpura-pura begitu lagi Sun, ibu yakin Kaira akan iba dan dia akan mengirimkan uang untuk keluarga kita seperti yang sudah-sudah. Kamu jangan terlalu berdrama seperti ini dong, bikin takut ibu aja kamu Sun! Kamu mau, ibu mati karena jantungan?”
Ibu Sunny berkata sambil tertawa. Sunny menatap ibunya dengan tersenyum sinis. “Aku tidak tahu, kenapa bisa aku memiliki ibu yang mengerikan!”
“Sunny!”
“Apa yang sebenarnya ibu pikirkan, bu? Kenapa reaksi ibu seperti ini? Apa ibu tidak kasihan padaku?”
“Sun, kamu hidup bahagia kenapa ibu harus…..”
“Apa aku di lahirkan oleh ibu, bu?”
“Sunny, apa-apaan kamu? Kenapa kamu bertanya bodoh seperti ini?”
“Karena aku ingin tahu, kenapa ibu selalu membiarkan aku di perlakukan seperti sapi perah! Kenapa aku harus selalu mengalah dan melakukan semuanya, jawab aku, bu. Apa ibu pernah mencintaiku?”
Kaira masuk ke dalam rumah dengan menabrak bahu Sunny. Dia tidak memperhatikan ada banyaknya makanan yang tertata rapi di rumahnya. Rumahnya sudah benar-benar rapi dengan pernak pernik pesta yang terlihat menyenangkan.Namun Kaira sama sekali tidak senang. Hatinya di penuhi oleh amarah yang memuncak. Lagi-lagi Akai benar, keputusannya untuk mengangkat Sunny menjadi CEO jelas adalah kesalahan, ide itu seharusnya cukup dia simpan dalam angan. Dia harusnya sadar, jika selama sepuluh tahun saja Sunny tidak ingin membrinya nafkah, maka mana mungkin dia berubah begitu mudah?Kaira melempar tasnya ke atas ranjanng, dia melirik kearah lemarinya pakaian dan perhiasan, tapi dia tidak berminat untuk memeriksa apa ada barangnya yang hilang atau tidak, karena dia tahu dengan pasti barang-barang itu mungkin sudah berpindah tangan, tidak mungkin iparnya membiarkan barang-barangnya begitu saja.Tapi bagaimana dengan….Kaira bergerak menuju ke ruang kerjanya, disana ada brankas yang berisi uang dan su
Rumah Kaira ramai, ada banyak orang yang berlalu lalang di depan teras rumahnya yang luas seolah mempersiapkan sesuatu. Kaira yang melihatnya dari kejauhan hanya bisa terbelalak begitu dia melihat berapa banyak orang keluar masuk ke halaman rumahnya. Mulai dari kurir, petugas catering, tukang bunga dan masih banyak lagi.Kaira melihatnya dengan pandangan penuh tanya, dia baru saja pulang dari meeting dengan hampir semua komisaris Paper illusion perusahaannya dan mereka tidak terlalu menyukai rencana Kaira untuk mengangkat Sunny sebagai sebagai CEO. Keberatan yang wajar sebenarnya.Orang-orang di perusahaanya menentang karena Sunny orang luar perusahaan dan dia akan mendapatkan jabatan itu karena dia suaminya, tidak lebih.Beberapa hari lalu saat meminta Sunny menjadi CEO menggantikannya, Kaira tidak berfikir panjang, tapi saat Akai menentangnya dia akhirnya menyadari sesuatu, apalagi setelah Paper Ilussion berhasil melantai di bursa saham dua tahun yang lalu. Kaira memang masih memili
“Kamu gila!” Akai berteriak dengan nada kesal pada Kaira. “CEO, huh? Pada orang seperti dia?”Akai mondar mandir, dia terlihat frustarasi mendengar keputusan tidak masuk akal dari Kaira.“Sunny, suamimu tidak pernah memiliki bisnis apapun, Kaira! Dia hanya seorang penulis yang tidak pernah memimpin perusahaan, bisnis atau apapun! Bagaimana bisa kamu menyerahkan usahamu padanya? Kamu ingin perusahaan yang kamu bangun dari nol hancur berantakan hanya karena cinta?”Kaira tertawa mendengarnya. “Itu bukan hanya karena cinta, Akai.” Ucap Kaira berbohong, karena dia memang melakukannya untuk Sunny, supaya suaminya tidak lagi merasa insecure dan Sunny pasti akan merasa lebih dihargai olehnya, jika dia memiliki posisi dan pekerjaan yang jauh lebih tinggi darinya. Sebagai istri, Kaira merasa dia ikut bertanggung jawab untuk itu. “Jangan konyol Kai!” ucap Akai lagi. “Please gunain logika kamu.”“Ngga konyol, aku sungguh-sungguh. Aku sudah memikirkanya sejak lama, lagi pula tulisan Sunny ngga a
Kaira akhirnya tidak bisa melanjutkan ucapannya lagi karena bibirnya telah dilahap oleh Sunny dengan rakus. Kaira berusaha melepaskan diri tapi suaminya jauh lebih kuat darinya, dia tidak bisa menghindar yang ada hanya nafasnya yang tersengal-sengal tak kuat di buru dan di lumat Sunny dengan memburu.Sunny masih menggendong tubuh Kaira dengan posisi mereka yang masih berciuman, dia menahan Kaira dengan kedua lenganya yang kokoh. Tapi bukan hanya mulutnya yang menguasai Kaira saat ini, tapi juga kedua tangannya yang sibuk memeras bokong Kaira.Mereka berputar, Sunny menahan tubuh Kaira di dinding. Dia menyibak piyama Kaira, membuka sedikit celananya dan tanpa basa basi lagi Sunny memasukkan miliknyaya yang belum membesar secara sempurna ke dalam Kaira.“Aahhh!” Kaira berteriak, dia sedikit kaget dan belum siap tapi hal ini justru jadi sensasi lain. “Kamu…, ahh…, suka kinky sekarang?” tanya Kaira sambil terus menahan tubuhnya supaya tidak jatuh, apalagi saat dia merasakan milik Sunny ya
Ini jelas bukan musim libur, tapi Bali hampir selalu ramai oleh touris yang tak habis-habisnya. Kaira berbaring di bawah payung hijau kebiruan di bawah langit yang super biru. Matanya lurus menatap ke depan bukan melihat hamparan laut biru tapi melihat pria berotot dan berkulit coklat yang seksi dan sedang berselancar itu. Kaira menarik nafas panjang penuh kesenangan karena melihat kebahagiaan di wajah suaminya setelah beberapa pertngkaran kecil mereka waktu Kaira di Paris, tapi sepertinya kepulangannya sudah berhasil mendinginkan suasana hati mereka. meski ini liburan dadakan tapi dia senang melihat suaminya terlihat begitu lepas dan bahagia. Kaira mengoles tubuhnya dengan sun block, seorang pria asing duduk di sebelahnya. “Butuh bantuan?” tanya pria dengan mata biru yang sejak tadi terus memperhatikannya. “Tidak, terima kasih.” “Tapi aku rasa, kamu butuh bantuan untuk mengoles punggungmu dengan sun block,” ujarnya lagi. Kaira hanya tersenyum dan menggeleng, lelaki bermata biru
Bandara Soekarno - Hatta“Tunggu dulu,” Sunny menahan tangan Kaira.“Ada apa babe?”Kita bukan di kelas satu. Sorry,” ucap Sunny dengan nada memohon. “Dan kita hanya naik pesawat kelas ekonomi.”Kaira justru tertawa mendengar ocehan Sunny. “Kita udah terbiasa naik pesawat ekonomi, lagian hanya pesawat ini yang sesuai dengan jadwal penerbangan yang kita mau. Ayo.”Kaira menarik tangan suaminya, setelah melewati semua pemeriksaan mereka menunggu di ruang tunggu. Kaira berbaring di bahu Sunny, dia sebenarnya sudah kelelahan.Sunny mengelus rambut Kaira dan sesekali memainkannya. “Kamu memang harus istirahat babe, kali aja kan kita ada kesempatan untuk gabung 50 high mile club.”“Gila!!!” Kaira berteriak sambil mencubit perut Sunny yang penuh otot tanpa lemak. “Ihhh….” Kaira bergidik.“Apanya yang ihhh, kamu justru akan bilang ahh….”Kaira dengan cepat melompat menutup mulut Sunny dengan kedua tangannya, beberapa orang calon penumpang melihat pertengkaran suami istri itu dengan tatapan he