Share

BAB 5: IBU RINA

Sepeninggal Kaira, ibu Rina menatap Sunny dengan tatapan tajam dan meminta kejelasan.

“Istrimu itu benar-benar kurang ajar, Sun. Masa dia ngusir ibu? Seharusnya perempuan mandul itu yang pergi dari rumah ini, bukan ibu!” ujarnya penuh dengan amarah. “Kalau saja kamu ngga menghalangi, ibu pasti sudah menyeret dia, dan meminta dia merangkak dan memohon!”

“Kaira ngga akan melakukan itu bu!”

“Kenapa ngga? Kamu benaran takut sama dia?”

“Dia istriku, dan aku tidak takut dengannya.”

“Bagus, kalau begitu!” ujar Bu Rina, lalu bergegas keluar dari dapur.

Sunny mengejar ibunya. “Ibu mau kemana?”

“Mengepak pakaian istrimu, jadi saat dia pulang nanti dari keluyuran, dia akan benar-benar keluyuran jadi gelandangan diluar rumah!”

“Maksud ibu, ibu mau mengusir Kaira?” tanya Sunny sambil tertawa.

“Iya, memangnya kenapa, ada masalah?”

Iya, bu. Masalahnya adalah, yang keluar dari rumah ini bukan Kaira. Tapi ibu, maaf ibu. Tapi dia benar, ibu harus pulang hari ini. Dan soal uang, ibu tenang saja, aku akan meminta tolong padanya supaya dia mengirim uang untuk keluarga kita.”

“Sunny, apa maksudmy nak? Kamu mengusir ibu seperti istrimu juga? Kamu mengusir ibu dari rumahmu?”

“Maaf bu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa!”

“Maksud kamu tidka bisa berbuat apa-apa itu, apa Sun? Kamu lebih memilih istrimu, si wanita mandul sialan itu dari pada ibu kandungmu?” teriak ibu Sunny. “Kamu lahir dari perut ibu, Sun! kamu membuat vagina ibu terbelah dua sampai ke anus saat ibu melahirkan kamu!”

“Ibu jangan ngomong gitu, please!”

“Kalau begitu kenapa Sun? Beri ibu penjelasan!”

“Karena aku tidak memiliki kontribusi apapun di rumah ini, bu! Rumah ini, dan semua bisnis yang di jalaninya itu semua milik Kaira!”

“Kenapa bisa? Kamu menyerahkan tempat tinggal ini dan bisnis itu atas namanya? Bodoh kamu!”

“Bukan itu! Itu karena aku tidak punya uang ibu!”

“Tidak punya uang? Bagaimana bisa Sunny? Ibu tahu kalau novel-novel kamu itu di filmkan, di jadikan serial laris lagi, masa sih kamu ngga punya uang sama sekali. Seenggak-nggaknya kamu punyalah sekitar berapa milyar gitu! Seharusnya kamu bisa punya bisnis dan beli rumah!”

“Itu semua karena semua uang hasil kerja kerasku, selalu aku kirimkan kerumah bu!” teriak Sunny dengan frustasi. “Ibu ngga pernah membuat aku mengatur keuanganku sendiri!”

“Ngga mungkin, Sun…. ngga mungkin sayang…, ngga mungkin nak!” ucap ibunya sambil memegang kedua lengan berotot Sunny. Air mata mengalir deras dari pipi perempuan itu, tapi wajahnya yang kaku sedikitpun tidak menunjukkan kesedihannya sama sekali.

“Itu benar, bu!” ucap Sunny lesu. “Dari awal pernikahan kami, hanya uang Kaira yang di pakai untuk menghidupi kami. Sedangkan uangku, digunakan untuk membiayai keluarga kita, termasuk biaya sekolah keponakanku, membantu kuliah Kim dan Dave. Membayar listrik, air, makanan, mobil, rumah dan semua hal yang ada di rumah kita di bali, ibu! Ibu, kakak dan adik-adik hanya meminta dan selalu meminta padaku. Sampai detik ini, aku bahkan belum pernah membelikan satu porsi baksopun untuk istriku, bu. Aku malu! Aku malu pada diriku sendiri karena aku menumpang di rumah istriku!”

Ibu Sunny menghapus air matanya.

“Nak, dengar! Jangan malu, itu wajar Sun. Kamu dulu kepala keluarga, kakakmu janda anak tiga yang ngga bekerja dan anaknya masih kecil-kecil. Adek-adek kamu masih kuliah dan ibu juga ngga bekerja. Tapi dia mau nikahin kamu jadi dia harus terima resikonya!”

“Tapi itu sepuluh tahun lalu, ibu! Seharusnya mereka semua sudah mandiri dan tanggung jawabku hanya ibu, bukan yang lainnya lagi!”

“Lalu kamu mau apa? Kamu mau keluargamu menderita, demi membahagiakan orang lain, begitu?”

“Orang lain?” Sunny tertawa sumir. “Orang lain itu selalu ada untukku saat kalian ngga! Orang lain itu yang membantuku saat kalian ngga! Dia tahu aku letih, dia menghiburku dan dia melakukan semua hal yang kalian ngga bisa! Tapi apa yang kalian lakukan padaku? Kalian hanya memerasku, seperti sapi perah, ibu!”

“Jangan ngomong seperti itu, Sun! Ibu mohon nak! Please!!”

 Sunny menggeleng, dia sudah benar-benar lelah dengan ibunya. “Aku harus membeli rumah untuk Amber dan membangun bisnis untuknya dan itu terus berlanjut sampai sekarang. Dan sialnya, semua bisnis Amber hanya jadi omong kosong doang! Sudah ada berapa bisnis yang di buat untuknya? Laundry, kos-kosan, toko, beberapa franchise dan sekarang mau bikin café tapi hasilnya selalu gagal ngga ada satupun yang berhasil!”

Sunny berhenti sebentar, nafasnya terengah-engah, dia larut dalam amarah.

“Kim beli mobil dan hape baru seperti beli kacang. Bosan dengan warna mobil lama, maksa beli baru, jika tidak mengancam akan mengeluarkan aib istriku di media sosial. Dave, sudah tahu ngga punya pekerjaan malah tinggal serumah dengan pacarnya dan punya anak dua dan sekarang pacarnya mau lahiran lagi anak ketiga. Semuanya harus aku yang menanggung tanggungan hidup kalian. Apa ngga ada yang mikir gitu? Aku juga ingin hidup, membiayai rumah tanggaku sendiri! Aku malu dengan Kaira dan keluarganya, bu. Tolong mengerti!”

“Sun….”

“Aku sudah benar-benar muak ibu!”

Ibu Sunny tidak menjawab karena saat itu mereka mendengar suara Kaira yang keluar dari apartemen. Ibu Sunny tergopoh-gopoh lari dan memastikan pintu terkunci dan Kaira.

Melihat ibunya pergi Sunny menghela nafas panjang, dia menghapus air mata yang perlahan keluar. Rasa malunya sebenarnya sudah di ubun-ubun, dia juga merasa insecure atas semua yang terjadi dan bisa tinggal di tempat ini jelas adalah anugrah besar untuknya. Kaira adalah istri yang sempurna dan dia tidak ingin menyakiti.

Sunny mendengar langkah tergopoh-gopoh ibunya yang masuk ke dapur, dengan cepat dia menghapus air matanya.

“Sudah, istri kamu sudah pergi, sekarang ngga usah berpura-pura begitu lagi Sun, ibu yakin Kaira akan iba dan dia akan mengirimkan uang untuk keluarga kita seperti yang sudah-sudah. Kamu jangan terlalu berdrama seperti ini dong, bikin takut ibu aja kamu Sun! Kamu mau, ibu mati karena jantungan?”

Ibu Sunny berkata sambil tertawa. Sunny menatap ibunya dengan tersenyum sinis. “Aku tidak tahu, kenapa bisa aku memiliki ibu yang mengerikan!”

“Sunny!”

“Apa yang sebenarnya ibu pikirkan, bu? Kenapa reaksi ibu seperti ini? Apa ibu tidak kasihan padaku?”

“Sun, kamu hidup bahagia kenapa ibu harus…..”

“Apa aku di lahirkan oleh ibu, bu?”

“Sunny, apa-apaan kamu? Kenapa kamu bertanya bodoh seperti ini?”

“Karena aku ingin tahu, kenapa ibu selalu membiarkan aku di perlakukan seperti sapi perah! Kenapa aku harus selalu mengalah dan melakukan semuanya, jawab aku, bu. Apa ibu pernah mencintaiku?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status