Share

Pernikahan yang Ketiga Puluh Tiga
Pernikahan yang Ketiga Puluh Tiga
Author: Yeni

Bab 1

Author: Yeni
"Kamu ingin membatalkan pertunangan?"

Ibu Lorenzo, Elisa, Nyonya Keluarga Corsica, terlihat sangat terkejut.

Selama ini, dialah yang paling tahu betapa dalam cintaku kepada Lorenzo.

"Chiara, pikirkan lagi. Begitu kalian menikah, kamu akan menjadi Nyonya Keluarga Corsica di masa depan. Nggak akan ada seorang pun yang berani menyakitimu."

Aku tersenyum pahit, lalu dengan tenang memutar rekaman suara di ponselku.

Percakapan antara Lorenzo dan orang kepercayaannya terdengar sangat jelas. Semua kata yang hendak diucapkan Elisa terhenti di tenggorokannya, wajahnya seketika memucat.

"Selama lima tahun, tiga puluh tiga kali. Setiap kali kami pergi ke gereja keluarga, selalu terjadi kecelakaan. Semua itu adalah rekayasa yang Lorenzo rancang sendiri, hanya agar aku membatalkan pertunangan kami."

Aku meletakkan setumpuk laporan medis dan surat pemberitahuan kondisi kritis di atas meja dengan tenang.

"Kalau dia merasa pernikahan ini adalah belenggu, aku juga nggak akan memaksanya. Membatalkan pertunangan adalah yang terbaik bagi kami berdua."

Nyonya Elisa gemetar karena marah. Dia masih mengingat dengan jelas segala insiden yang kualami selama bertahun-tahun setiap kali menghadiri upacara pernikahan.

Pertama kali, iring-iringan mobil kami diserang penembak jitu di depan gereja. Aku tertembak empat kali dan nyaris mati di atas tangga batu yang dingin. Kedua kalinya, sebuah truk yang kehilangan kendali menabrak mobilku, membuat tulang telapak tanganku remuk. Ketiga kalinya, hotel tempat kami menginap sebelum keberangkatan meledak. Aku terjebak dalam kobaran api selama tiga jam.

Mata Elisa berkaca-kaca, dia mengelus bekas luka mengerikan di lenganku, lalu akhirnya mengangguk dengan berat hati.

"Sebelum meninggal, orang tuamu menitipkanmu kepada kami... Tapi ternyata Lorenzo memperlakukan putri penyelamatnya seperti ini."

"Keluarga Corsica telah mengecewakanmu, juga mengkhianati kebaikan Keluarga Moreto."

Ujung hidungku terasa panas, aku berusaha menahan isak tangisku.

Saat melangkah keluar dari gerbang besar rumah utama Keluarga Corsica, sebuah mobil Maybach hitam langsung berhenti di depanku.

Kaca jendela perlahan turun, menampakkan wajah Lorenzo yang tegas, tetapi penuh ketidaksenangan.

Dia menatapku dengan sinis dan berkata, "Datang lagi untuk mengadu? Kalau kamu begitu ingin masuk ke keluarga ini, ayo kita ke gereja sekarang dan tanda tangani janji pernikahan."

Aku tidak menjawab dan hanya melirik ke kursi penumpang depan.

Sophia Camora duduk di sana dengan mata memerah, seolah baru saja menanggung luka hati yang luar biasa. Saat mendengar Lorenzo menyebut kata tanda tangan, tubuhnya bergetar pelan.

Lorenzo turun dari mobil dan berdiri di depanku, menghalangi pandanganku pada Sophia.

Tatapannya menajam dan keningnya berkerut sedikit.

"Aku akui, aku memang punya perasaan pada Sophia. Tapi tenang saja, aku akan tetap menunaikan tanggung jawabku padamu."

"Jangan khawatir soal pertunangan ini."

Tanggung jawab. Dua kata itu terasa seperti belati beracun yang menancap dalam di dadaku.

Aku menahan tawa getir dan berkata pelan, "Aku ada urusan hari ini. Lain kali saja. Lagi pula sudah tertunda lima tahun, menunggu beberapa hari lagi bukan masalah."

Sekilas keterkejutan melintas di mata Lorenzo.

Selama lima tahun terakhir, setiap kali luka-lukaku baru saja sembuh, hal pertama yang kulakukan adalah mendesaknya untuk pergi ke gereja.

Aku mengabaikan ekspresi herannya dan berbalik hendak pergi.

Namun, Sophia tiba-tiba turun dari mobil dan meraih lenganku.

"Lorenzo adalah pria yang sangat tepat janji. Selama ini aku banyak menerima kebaikannya. Setelah kalian menikah nanti, perlakukanlah dia dengan baik."

Nada suaranya terdengar lembut dan menyedihkan, tetapi tatapannya dipenuhi rasa iri. Kukunya menancap kuat ke kulitku.

Aku menahan sakit dan melepaskan genggamannya. Namun, Sophia tiba-tiba mencondongkan tubuhnya ke belakang dan menampar dirinya sendiri dengan keras.

Dari sudut pandang Lorenzo, seolah-olah akulah yang menamparnya.

Lorenzo langsung memeluk Sophia, memeriksa pipinya yang mulai memerah dan bengkak. Saat kembali menatapku, matanya dipenuhi amarah.

"Katanya nggak terburu-buru, tapi kenapa justru melampiaskan amarahmu pada orang nggak bersalah?"

Ketika Lorenzo membawa Sophia pergi, langkahnya terhenti sejenak.

Dia menoleh, lalu berkata dingin, "Chiara, kalau orang tuamu yang telah tiada melihat betapa kejam dirimu sekarang, mereka pasti sangat kecewa."

Kata-kata penjelasan yang ingin keluar dari bibirku akhirnya tertahan di tenggorokan.

Aku terpaku di tempat, menatap debu yang beterbangan akibat roda mobilnya hingga mengaburkan pandanganku.

Hingga suara notifikasi ponsel berbunyi, barulah aku perlahan sadar.

[Nona Chiara, hasil CT scan otak lanjutan sudah keluar. Keadaannya tidak terlalu baik. Mohon segera datang ke rumah sakit.]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan yang Ketiga Puluh Tiga   Bab 8

    Nyonya Elisa membawaku ke sebuah pusat perawatan kelas atas yang sangat tersembunyi di Suitczer untuk menjalani perawatan.Setelah aku dipaksa menelan banyak obat tidur, tubuhku yang sudah lemah karena kanker hampir sepenuhnya kolaps.Beruntung, Nyonya Elisa datang tepat waktu dan menyelamatkanku.Hari itu, aku masih ingat, nyonya Keluarga Corsica yang selalu anggun dan tegas itu berlutut di hadapanku sambil menangis, memohon ampun padaku dan pada orang tuaku yang telah tiada.Namun, bagiku, semua itu sudah tidak penting lagi.Tumor di otaknya bagaikan bom yang tersembunyi jauh di dalam tubuhnya.Aku bisa meninggal kapan saja.Satu-satunya penyesalanku hanyalah, cincin peninggalan ayahku telah pecah.Pecahan-pecahannya kukumpulkan dengan hati-hati dan kusimpan dalam sebuah kotak beludru.Namun, sekeras apa pun dia berusaha memperbaikinya, cincin itu tidak akan pernah bisa kembali seperti semula.Tiga bulan setelah aku menjalani perawatan, Lorenzo akhirnya menemukan tempat ini.Aku tahu

  • Pernikahan yang Ketiga Puluh Tiga   Bab 7

    Lorenzo kembali ke rumah sakit.Begitu melihatnya, mata Sophia langsung berbinar. Dia tersenyum dan berkata lembut, "Lorenzo, aku tahu kamu nggak akan meninggalkanku."Dia hendak meraih tangan Lorenzo, tetapi pria itu dengan dingin menghindar.Lorenzo menatapnya, tidak ada lagi kehangatan di matanya seperti dulu, yang tersisa hanyalah tatapan dingin yang penuh penilaian."Benarkah Chiara yang memaksamu untuk bunuh diri?"Sophia tidak menyangka Lorenzo akan menyinggung hal itu lagi. Dia berusaha menjawab dengan tenang, "Benar! Lorenzo, kamu nggak boleh memercayai orang lain, wanita seperti dia...""Aku sudah menyelidikinya." Suara Lorenzo memotong perkataannya. Suaranya datar dan tanpa emosi, hanya menyisakan kelelahan dan kekecewaan yang dalam."Chiara nggak memiliki kontak langsung denganmu. Jadi, bagaimana caranya dia bisa menekanmu sampai kamu memilih bunuh diri tepat di hari aku memutuskan pergi ke gereja?""Dokter mengatakan kadar obat dalam darahmu bahkan nggak cukup untuk mengan

  • Pernikahan yang Ketiga Puluh Tiga   Bab 6

    Lorenzo mengerahkan lebih banyak orang, dia hampir menyisir seluruh jaringan bawah tanah kota, tetapi tetap tidak menemukan jejak apa pun tentang Chiara.Seolah-olah gadis itu tidak pernah ada.Akhirnya, dia terpaksa menemui ibunya, salah satu pengendali sejati di balik Keluarga Corsica."Ibu, apakah Ibu tahu di mana Chiara? Dia menghilang dan aku nggak bisa menemukannya." Suara Lorenzo tanpa sadar mengandung kecemasan.Nyonya Elisa menatapnya dingin. "Nggak perlu mencarinya lagi. Aku sudah mewakili Keluarga Corsica untuk membatalkan pertunanganmu dengan Chiara. Sekarang, dia sudah nggak ada hubungannya lagi denganmu."Ucapan itu seperti palu yang menghantam dada Lorenzo.Dia seketika merasa pusing, lalu berseru tanpa kendali, "Membatalkan pertunangan? Atas dasar apa? Itu janji yang ditebus dengan nyawa Keluarga Moreto! Kami sudah bersumpah darah!"Nyonya Elisa mengejek dengan senyum dingin. "Sumpah darah? Kamu masih ingat itu sumpah yang kamu ikrarkan dengan darahmu? Lalu apa yang kam

  • Pernikahan yang Ketiga Puluh Tiga   Bab 5

    Mendengar jawaban itu, wajah Lorenzo seketika pucat pasi.Sudah hampir dua jam sejak Sophia dibawa ke ruang gawat darurat.Dosis yang dia paksa minumkan... cukup untuk membuat seseorang dalam waktu dua jam...Lorenzo mendorong anak buahnya dan berlari keluar dari rumah sakit dengan langkah tergesa, lalu naik ke mobil dan melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi menuju vila milik Sophia.Sepanjang jalan, jantungnya berdebar tidak terkendali.Terlalu tenang. Ponselnya tidak menerima pesan apa pun. Dia berulang kali menelepon nomor Chiara, tapi yang terdengar hanyalah nada sibuk tanpa jawaban.Pintu vila masih setengah terbuka.Ruang tamu masih berantakan.Di lantai, selain botol obat kosong dan pecahan cincin, tidak ada siapa pun di sana.Dengan terengah-engah, Lorenzo berteriak dengan suara parau, "Chiara!"Tidak ada jawaban.Seseorang yang menelan setengah botol obat tidur bisa pergi ke mana?Lorenzo terpaku di tempat, firasat buruk membanjiri pikirannya.Lorenzo memijat pelipisnya

  • Pernikahan yang Ketiga Puluh Tiga   Bab 4

    Begitu anak buahnya selesai berbicara, Lorenzo tiba-tiba berdiri.Seluruh akal sehatnya lenyap tanpa jejak, menyisakan kepanikan di wajahnya."Chiara! Berani-beraninya kamu...!"Dia menatapku dengan rahang mengeras.Meskipun telah mengenalnya bertahun-tahun, ini pertama kalinya aku melihat Lorenzo kehilangan kendali seperti itu.Tanpa memberiku kesempatan untuk menjelaskan apa pun, Lorenzo langsung memberi isyarat kepada para pengawal di belakangnya untuk menyeretku dengan kasar ke dalam mobil dan membawaku ke kediaman Sophia.Di dalam vila begitu berantakan. Semua foto dirinya bersama Lorenzo pecah dan berserakan di lantai.Sophia terbaring di atas ranjang dengan wajah pucat pasi, tanpa tanda-tanda kehidupan. Dada yang nyaris tidak bergerak menunjukkan betapa lemah napasnya.Kedua kaki Lorenzo melemas. Dia hampir terjatuh saat berlari ke arah Sophia. Dengan tangan bergetar, dia menggenggam erat tangan Sophia yang dingin."Sophia! Lihat aku! Aku nggak akan menikah lagi! Bukalah matamu

  • Pernikahan yang Ketiga Puluh Tiga   Bab 3

    Hampir sebulan lamanya, Lorenzo tidak menghubungiku.Dia seolah mengabdikan seluruh waktunya untuk Sophia.Akun Facebook yang biasanya tidak pernah aktif, mulai sering memunculkan jejak mereka berdua.Mereka seperti pasangan biasa, menonton opera, pergi ke pulau pribadi, melakukan semua hal yang dulu Lorenzo anggap tidak berarti.Unggahan terakhirnya adalah foto pernikahan yang diambil bersama Sophia, di mana dia tampak mengenakan setelan jas khusus.Keterangannya: [Ingin sekali melihat wanita yang kucintai mengenakan gaun pengantin.]Aku tersenyum miris dan menekan tombol suka.Kemudian, mematikan ponsel.Keesokan harinya.Lorenzo meneleponku dengan nada kesal. Suaranya terdengar enggan."Chiara, bawa dokumen identitasmu. Satu jam lagi, temui aku di gereja tua."Belum sempat aku menjawab, sambungan sudah diputus.Selama lima tahun, untuk pertama kalinya, Lorenzo sendiri yang meminta untuk pergi ke gereja.Aku hendak menulis pesan penolakan, tiba-tiba aku teringat cincin peninggalan ay

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status