Share

Minta maaf

Malam ini Rai tidak bisa memejamkan matanya. Dia terus kepikiran Rin yang sedang marah kepadanya. Hatinya resah melihat bagaimana tatapan Rin yang kecewa kepadanya. Ingin sekali malam ini cepat berganti, agar esok dia bisa melihat Rin lagi.

Di tempat lain Ken juga tidak bisa tidur membayangkan saat dia di peluk langsung oleh Rin. Bibirnya tidak berhenti menebarkan senyuman, matanya berbinar-binar bahagia. Baru kali ini dia merasa sangat bahagia sampai-sampai ayah dan ibunya terheran-heran melihat sikap Ken yang tiba-tiba menjadi hangat saat pulang tadi.

Sedangkan Rin, dia tidak bisa memejamkan mata memikirkan Rai dan Ken. Rai dengan sikap lembutnya tapi kurang ajar, sedangkan Ken dengan sikap dinginnya yang selalu melindungi Rin dari siapa pun.

Jujur Rin lebih nyaman berada di samping Ken, walaupun dingin tapi dia tidak kurang ajar. Tapi sepertinya Ken tidak mempunyai perasaan kepadanya. Berbeda dengan Rai yang secara terang-terangan menyukainya.

Rin hanya ingin semuanya baik-baik saja. Biarkan semuanya seperti air mengalir, Rin tidak akan berharap pada kedua pria tampan itu. Rin takut hatinya akan terluka bila mempunyai harapan kepada para pria tampan dan kaya.

***

Keesokan harinya..

Di depan rumah Rin sudah ada Ken yang menunggunya keluar. Rin tidak mengetahui kalau Ken akan menjemputnya. Saat Rin keluar dia di kejutkan oleh Ken yang sudah ada tepat di depan pintu.

"Hari ini kita berangkat bareng ya."

"Ken.?? Aku terkejut."

Ken hanya tersenyum dan mengajak Rin untuk segera berangkat.

Mereka pun berangkat berdua ke kampus. Saat Rin akan masuk ke mobil Ken, Rai melihat mereka berdua. Hati Rai sedih, marah, cemburu. Tapi siapa dia? Belum ada status apa pun di antara mereka bahkan mereka baru kenal 3 hari saja.

Akhirnya Rai mengikuti mereka dari belakang dan akan menunggu Rin sampai pulang dari kampus agar dia bisa meminta maaf padanya.

Lama Rai menunggu akhirnya Rin keluar juga, Rai memanggilnya.

"Rin, aku harus bicara denganmu."

Rin tidak menjawabnya dan terus berjalan, Rai mengikuti langkahnya di samping Rin.

"Rin, tolong maafkan aku.. Kemarin aku khilaf. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Kasih aku kesempatan kedua, maafkan aku Rin." Rai memohon.

"Jangan pernah bertemu aku lagi Rai. Aku sungguh sangat kecewa dengan sikapmu itu, apa kamu pikir aku tidak punya harga diri hanya demi sebuah ponsel?"

"Tidak Rin, kamu salah paham. Aku tidak sengaja, aku terbawa perasaan karena aku mencintaimu Rin."

Rin menghentikan langkahnya lalu menjawab, "Aku tidak mempercayai itu Rai."

"Akan ku buktikan Rin kalau aku bisa membuatmu mencintaiku."

"Aku sudah memaafkanmu, jika kau mengulanginya lagi lebih baik kita tidak pernah kenal untuk selamanya."

"Baik Rin, aku setuju."

Tiba-tiba datanglah Ken yang setengah berlari menghampiri Rin dan mengajaknya untuk makan siang. Rin yang tak enak kepada Rai, akhirnya mengajaknya juga. Jadilah mereka makan siang bertiga di restoran termahal di kota itu yang sekali makan harganya setara dengan uang sakunya sebulan.

Jika bukan karena Ken yang mengajaknya dia tidak mau makan di situ, Pemborosan pikirnya.

Rin melihat kedua teman pria nya ini sedang makan dengan saling menatap tajam menjadikan suasana menjadi serba tidak enak. Rin buka suara,"Ada apa dengan kalian berdua? Bisakah kita bertiga bersahabat? Aku tidak suka ada yang bertengkar di antara kita."

"Iya." Jawab mereka berdua kompak.

***

Selesai makan siang Rin harus kembali ke kampus karena ada mata kuliah terakhir, begitupun dengan Ken. Sedangkan Rai pamit untuk pulang ke rumahnya karena Kakaknya yang bernama Rio sedang sakit.

Rio adalah kakak Rai yang mengurus perusahaan ayahnya sedangkan Rai mengurus perusahaan ibunya. Saat Kakaknya sedang sakit begini biasanya Rai akan menggantikan pekerjaan Rio.

Rio tidak kalah tampannya dengan Rai. Bahkan lebih tampan dan terlihat dewasa daripada Rai. Rio sudah memiliki pacar bernama Kimi teman satu kuliahnya dulu.

Rio dan Kimi berencana akan menikah tahun depan, tapi karena orang tua Kimi ada di luar negeri dan pulang beberapa tahun kemudian jadi pernikahan mereka di tunda sampai orang tuanya kembali. Entah kapan itu.

"Kakak, apakah sudah lebih baik?" Tanya Rai. 

"Sudah lumayan, sepertinya besok sudah sehat dan bisa kembali bekerja. Rai, bisakah kamu menolongku menginput data ini? Data ini sangat penting."

"Baiklah Kak, dimana laporannya?".

"Di Meja kerja biasa.".

Rai mengerjakan pekerjaan Kakaknya itu. Lalu datanglah Kimi dan langsung duduk di samping Kak Rio. Dia bermanja-manja kepada Kakaknya itu membuat Rai muak melihatnya. Rai pernah memergoki Kimi bermesraan dengan teman sekantornya. Tapi Kimi mengelak saat Rio menginterogasinya. 

Rai tidak menyukai Kimi selain karena sifatnya dia juga selalu memaksanya untuk mau di jodohkan dengan adiknya, Kania. Tapi Rai tidak pernah mau dan hanya bertemu sekali dengannya. Kania memang lebih baik dari Kimi, sifatnya 180 derajat sangat berbeda tapi Rai tidak ada hati untuknya.

***

Di kampus..

"Rin, apa kamu mau main ke rumahku?" Tanya Ken yang dari tadi melihat ke arahnya.

"Tapi aku harus segera pulang, aku harus membantu ibuku membuat kue."

"Sebentar saja, apa kamu mau?"

"Baiklah, tapi jangan lama-lama ya."

"Iya, nanti aku kenalkan kepada sepupu ku.. Dia sangat supel orangnya dan cepat akrab juga."

Rin hanya menganggukkan kepalanya. Tanda bahwa ia setuju main ke rumahnya.

×××

Di rumah Ken..

Rin turun dari mobil Ken, dia melihat rumah Ken mewah sekali. Lebih mewah dari rumah Rai. Pantas saja temannya tidak ada yang berani melawan Ken.

Sepanjang jalan dari gerbang sampai ke pintu utama, di kanan kiri nya ada taman bunga yang indah-indah, rumahnya bak istana para sultan.

Ken hanya memandangi Rin dengan senyum tipisnya. "Kamu kenapa sampai ternganga begitu."

"Aku terkejut Ken, rumah mu bagaikan istana. Pantas saja kamu angkuh dan tidak ada yang berani kepadamu."

"Aku tidak angkuh, aku hanya tidak suka kepada orang-orang yang Sok kaya."

Rin tidak menjawabnya dia malah fokus melihat rumah Ken yang elegan itu. Pintunya berwarna putih kombinasi ungu muda dan ada ukiran inisial huruf MF di tengahnya, mungkin nama orang tuanya Ken. Saat pintu di buka, Sofa indah berwarna ungu muda dan meja berukuran sedang berwarna senada.

Furniture yang ada di rumah Ken sepertinya limited edition. Bentuknya unik dan elegan, belum pernah Rin melihat sebelumnya. Saat Rin akan di bawa ke kamar Ken, seorang wanita cantik memanggil nama Ken.

"Ken, kamu sudah pulang? Siapa ini? Apakah pacarmu?"

Rin langsung menjawab, "Bukan, kami hanya sahabat dekat. Aku Rin." Jawab Rin yang sudah mengulurkan tangannya.

"Aku Kania, sepupu Ken." Ucap kania sambil membalas uluran tangan Rin.

"Rin, apa kamu mau ikut ke kamarku?" Tanya Ken.

"Ah tidak, aku di sini saja." Jawab Rin.

"Ya sudah, aku ke kamar dulu ya Rin." Ken berjalan ke arah tangga menuju kamarnya.

Rin yang berada di ruang tamu di ajak Kania untuk ke kamarnya.

"Rin, ayo ikut ke kamarku." Ajak Kania yang sudah menarik tangan Rin.

Rin hanya menganggukkan kepalanya.

Mereka pun pergi ke kamar Kania dan mengobrol di sana.

"Rin, apa kamu sudah punya pacar?" Tanya Kania.

"Tidak, mana ada yang mau sama aku." Jawab Rin Sambil menundukkan kepalanya.

"Kamu itu cantik pasti banyak yang mau." Ucap Kania menghiburnya.

"Kamu sudah punya pacar?" Tanya Rin.

"Tidak, aku sudah di tolak oleh pria yang aku suka." Jawab Kania.

"Kenapa?" Tanya Rin.

"Entahlah.. Mungkin karena aku jelek." Jawab kania Asal.

"Kamu itu cantik Kania, mana mungkin ada yang mampu menolakmu." Hibur Rin.

"Tapi pria itu tidak ada perasaan padaku. Aku di jodohkan oleh kakakku dengannya, dengan adik dari kekasihnya." Kania tersenyum getir.

"Oh.. Mungkin kamu harus lebih semangat menunjukkan cintamu." Ucap Rin.

"Iya, terima kasih Rin. Semoga saja dia mau menjalin cinta denganku." Harap Kania.

***

"Kamu sudah punya pacar?" Tanya Kania.

"Belum, mana ada yang mau 

"Kamu itu cantik pasti banyak yang mau."

******

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status