Share

Sisi lain Ken

Saat mereka sedang curhat sesama perempuan, Ken datang ke kamar Kania mengejutkan mereka.

"Heii.. kalian sedang apa?" Ucap Ken yang membuat mereka berdua terkejut.

"Ken.... Bisa tidak kamu ketuk pintu dulu saat masuk kamarku?" Bentak Kania.

"Maaf Kania, aku lupa." Jawab Ken sambil tersenyum manis, membuat Rin merasakan getaran berbeda di hatinya.

'Uhh, kenapa aku jadi berdebar-debar gini melihat senyum manis Ken?' batin Rin.

Rin hanya menundukkan kepalanya, dia tidak menatap Ken lebih lama lagi karena saat ini hatinya sedang tidak karuan.

"Rin, kita ke taman yuk.." Ajak Ken.

"Aku ikut,, kalian jangan berduaan.. Nanti yang ketiganya SETAN." Ucap Kania sambil melihat ke arah Ken.

"Ya kamu setan nya Kania." Ledek Ken.

"Sialan kamu Ken!!" Kania memukul lengan Ken.

"Ya sudah kita ke taman bersama-sama." Ucap Rin melerai mereka berdua.

Mereka pun pergi ke taman dan mengobrol di sana. Kania memperhatikan sepupunya itu yang seperti ada cinta di hatinya untuk Rin.

Matanya itu sangat jelas memancarkan aura kebahagiaan saat menatap Rin.

Baru kali ini Kania merasa bahwa Ken benar-benar mencintai gadis yang di hadapannya ini.

Cukup lama mereka berada di taman, sampai akhirnya waktu sudah hampir senja.

"Ken, aku harus pulang sekarang." Ucap Rin.

"Oh iya, hayu aku antar kamu pulang." Jawab Ken.

"Kania, aku pulang dulu ya. Semoga kita bisa mengobrol lagi di lain waktu." Rin memeluk Kania.

"Iya Rin, sampai jumpa kembali ya." Jawab Kania membalas pelukan Rin.

Mereka pun pergi meninggalkan Kania yang masih terdiam di taman sendiri.

Di mobil.

"Ken, apa kamu mengenal pria yang menolak Kania?

"Tidak, aku hanya tau ceritanya saja. Katanya dia di jodohkan oleh Kakaknya dengan adik dari pacar kakaknya itu."

"Aku kira kamu mengetahuinya."

"Aku tidak bertanya detailnya, dia yang tiba-tiba curhat padaku. Aku tidak tau infonya karena Kimi juga tinggal di apartemen."

"Lalu kenapa Kania tidak tinggal bersama Kakaknya?"

"Paman dan bibi menitipkan mereka berdua di rumahku tapi Kimi enggan dan hanya mau tinggal di apartemen. Sedangkan Kania mau tinggal bersamaku karena dia sangat dekat denganku."

"Memang orang tua Kania kemana?"

"Paman dan bibi sedang mengurus bisnis kakek di luar negeri. Pulangnya sekitar 3 sampai 4 tahun lagi. Kenapa?"

"Oh tidak.. Tadi nggak enak mau tanya sama Kania."

Rin melihat wajah Ken dari samping dan terus memperhatikan nya. Wajah Ken yang sangat tampan tidak akan mungkin menyukainya, gadis jelek dan miskin. 

Rin menarik nafas panjang.

"Kamu kenapa Rin." Tanya Ken, matanya masih ke depan fokus mengemudi.

"Tidak apa-apa."

"Jangan bohong Rin, kamu kenapa?"

"Aku hanya berpikir mana mungkin ada pria yang mencintaiku, gadis jelek dan miskin." Ucap Rin sambil menatap ke jendela.

"Siapa bilang? Bukankah pria itu mencintaimu?" Tanya Ken.

"Entahlah Ken.. Aku bingung."

'Ken, entah mengapa aku selalu merasa nyaman berada di dekat mu. Perasaanku tidak menentu setiap kali kamu mencoba melindungi aku. Tapi aku sadar diri siapa aku, kamu tidak akan mungkin mencintaiku.'

'Aku hanyalah butiran debu bila bersanding denganmu, kamu punya segalanya sedangkan aku tidak punya apa-apa. Kamu tampan dan kaya, banyak wanita yang mau menjadi kekasihmu.'

'Sedangkan aku hanya gadis jelek dan miskin yang tidak punya apa-apa. Aku seperti gadis tidak tahu diri yang mengharapkan pangeran tampan dan kaya, kita bagai air dan minyak yang tak akan pernah bisa bersatu.' Rin terus saja bergumam dalam hatinya.

Begitupun dengan Ken.

'Rin, dari pertama kali aku bertemu denganmu aku langsung menyukaimu dan aku menyayangimu. Aku ingin selalu menjadi pelindungmu tapi aku tak cukup berani untuk menyatakan perasaanku padamu bahwa aku menyayangimu. Suatu saat nanti aku akan menyatakannya padamu.' Batin Ken.

Ken terus melirik ke arah Rin sambil mengemudi membuatnya kehilangan fokus, untung saja jalanan sepi. 

Hening..

Tetap hening..

"Ken."

"Iya Rin?"

"Apa kamu benar-benar mau menjadi sahabatku?"

"Iya, aku mau jadi sahabatmu."

"Boleh aku bertanya?"

"Ya"

"Kenapa kamu selalu bersikap dingin dan angkuh? Padahal sekarang aku lihat kamu seperti orang pada umumnya, hangat dan bisa di ajak bicara. Tapi kenapa kamu membuat image mu di luar seperti itu?"

Ken terdiam sejenak, lalu memarkirkan mobilnya di depan taman kota.

"Turun, biar aku ceritakan semua di sini."

Mereka pun turun bersama dan duduk di taman menatap matahari yang semakin terbenam dan mengeluarkan cahaya senja yang indah.

Ken story'..

"Sebenarnya aku hanya kesepian Rin. Ayah dan ibuku dari dulu mereka sibuk mengurus bisnis mereka. Aku selalu di tinggalkan dengan pengasuh. Saat aku sendiri begitu, Kania pun datang. Dia yang selalu menemani masa kecilku, bermain dan bersenda gurau bersamaku membuatku sedikit terhibur dengan keberadaannya."

"Paman dan bibi pun sama seperti orang tua ku. Kami semua kehilangan kasih sayang orang tua. Cukup hanya dengan materi semua jadi beres, tapi hatiku selalu sakit saat melihat teman-teman semua bahagia bisa bermain bersama ayah dan ibu mereka, sedangkan Ken kecil hanya bisa menangis di pojokan kamar."

"Setiap aku meminta ayah bermain, ayah selalu bilang, 'Ayah sibuk Ken, bermainlah dengan teman-temanmu.' Lalu aku mengajak ibu bermain, ibu selalu berkata, 'Kamu bisa bermain sendiri Ken, kamu sudah besar."

"Itulah yang selalu keluar dari mulut mereka saat aku hendak mengajak bermain. Sedangkan aku tidak mempunyai teman masa kecil yang lain karena rumahku yang jauh dari pemukiman warga. Bahkan sejak kecil aku belum pernah merasakan pelukan hangat seorang ibu."

"Asal kamu tau Rin saat kamu memelukku, aku merasa sangat bahagia, aku merasakan kehangatan dari pelukanmu."

Rin mendengarkan cerita Ken dengan seksama, lalu dia berkata,

"Maafkan aku Ken." Ucap Rin yang tidak enak sudah mengingatkan memori buruk Ken.

Rin merasa masih beruntung mempunyai ibu yang sangat menyayangi dan penuh perhatian. Memang harta tidak bisa menjamin seseorang bahagia.

Kasih sayanglah yang membuat seseorang merasa berarti, walau tidak dapat di pungkiri bahwa harta juga berkontribusi membuat orang bahagia, tapi kasih sayang adalah yang utama.

"Kamu tidak salah Rin, terima kasih atas pelukanmu waktu itu ya."

"Harusnya aku yang berterima kasih kepadamu. Kamu sudah membuatku tenang, lalu kenapa kau angkuh begitu."

"Aku tidak angkuh Rin, aku hanya tidak suka terhadap orang sok kaya yang bermulut besar. Untuk itu aku selalu memperlihatkan kekayaan dan kekuasaan ku kepada mereka agar mereka bungkam dan tidak pamer lagi."

"Lalu kenapa kamu menjadi hangat setelah kita bersahabat?"

'Aku menyayangimu Rin, aku tidak mau melukai hatimu jika kelak suatu saat nanti kita harus berpisah dan aku tidak mau berpisah denganmu. Biarlah kita hanya menjadi sahabat, dengan seiringnya waktu kau akan merasakan bahwa aku menyayangimu lebih dari apapun.'

'Kamu sangat berharga untukku, aku akan selalu melindungi dan mencintaimu. Mencintaimu dalam diam memang sakit tapi ku rasa ini yang terbaik untuk kita saat ini.' Batin Ken.

'Ken, apa harapanku ini terlalu tinggi? Aku ingin kamu mencintaiku karena ku rasa aku mulai menyukaimu. Tapi aku tak berani untuk mengatakan ini, aku takut ini hanya akan menjadi mimpi yang indah belaka. Aku malu jika harus aku yang memulai. Biarlah jika kamu hanya ingin menjadi sahabatku, aku pun sudah senang asal kamu selalu ada untuk melindungiku.' Batin Rin.

Mereka saling pandang, cukup lama Ken menjawab. Dia

 sedang memikirkan sesuatu dan Rin tidak berkata apapun lagi.

Mereka melihat matahari senja di ufuk barat yang indah. Merasakan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah dan rambut mereka berdua membuatnya semakin mempesona dengan rambut yang tertiup angin.

"Karena, karena kamu berbeda Rin." Jawab Ken.

Rin yang hendak bertanya lagi tidak sempat. Rintik hujan turun dan mereka kembali ke mobil saat hujan semakin deras mengguyur bumi di senja ini.

******

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status