共有

Bab 2

作者: Jawaban
“Terserah kalian mau bagaimana.”

Ayu tidak lagi membantah, ia bangkit dan pergi.

Seno tertegun, mengira Ayu akan menegur Joko. Bagaimanapun, perkataan Joko memang tidak sopan.

Ayu baru naik setengah tangga ketika Teresa tiba-tiba menyusul.

“Kak, sudah lama kita nggak ngobrol berdua. Biar aku temani.”

Begitu mendekat, senyum manis Teresa berubah menjadi raut wajah jahat dan keji. Ia menurunkan suara.“Ayu, kamu memang murahan! Bawa-bawa hasil pemeriksaan itu mau rebut Seno dan Joko dari aku? Mimpi kamu! Aku nggak akan kasih kamu kesempatan!”

Sesaat kemudian, Teresa tiba-tiba menggenggam tangan Ayu erat-erat.

“Kak, jangan! Aku salah!”

Di detik berikutnya, Teresa menyeret Ayu bersamanya jatuh dari tangga.

Kepala Ayu membentur sudut anak tangga dengan keras, tubuhnya terguling hingga menghantam lantai.

Dalam dengung menyakitkan yang memenuhi telinga, suara panik langsung menghujani.

“Teresa!” teriak Seno bersamaan dengan Joko, “Bibi!”

Teresa menangis tersedu-sedu sambil menunjuk ke arah Ayu.

“Kak… aku nggak sengaja merebut Seno dan Joko… mereka cuma kasihan padaku karena hidupku tak lama… kenapa Kakak harus dorong aku dari atas?”

“Ayu! Kamu gila?! Teresa itu sedang sakit parah!” Seno mengaum.

Joko melihat darah di dahi Teresa, lalu menatap Ayu dengan benci.

“Aku nggak mau punya mama pembunuh! Mama jahat! Aku benci Mama!”

Tak seorang pun peduli bahwa Ayu pun bersimbah darah.

Seno dan Joko menggendong Teresa dan bergegas membawanya pergi.

Sebelum keluar rumah, Seno masih sempat berkata, “Joko, kamu tinggal disini dan jaga mama.”

“Aku nggak mau!” Joko langsung melompat menolak.

“Mama bikin Bibi Teresa hampir mati! Mama juga pantas mati! Bibi Teresa yang paling penting!”

Tanpa sedikit pun ragu, ayah dan anak itu pergi meninggalkan rumah.

Menatap pintu yang tertutup kosong, penglihatan Ayu mulai mengabur dan lalu ia pingsan.

Saat membuka mata lagi, ia masih berada di lantai dingin.

Sudah enam jam berlalu. Darah di lantai mengering membentuk kerak gelap.

Ayah dan anak itu tak kembali sekali pun.

Ayu tertawa kecil dengan getir.

Itulah suami dan anaknya.

Demi Teresa yang hanya luka ringan, mereka rela meninggalkannya. Tentang Ayu, hidup atau mati, tak ada yang peduli.

Dengan susah payah, ia bangkit.

Sebelum naik ke lantai atas, matanya menangkap kalender di dinding.

Ia mengambil pena, lalu melingkari tanggal, lima belas hari lagi.

Lima belas hari lagi, ia akan pergi.

Ia akan meninggalkan ayah dan anak itu sejauh mungkin.

Tak akan pernah bertemu lagi.

Ayah dan anak itu akhirnya kembali tiga hari kemudian.

Selama Teresa dirawat, mereka menjaga tanpa bergeser sedikit pun.

Padahal dibandingkan luka ringan Teresa, kepala Ayu jelas lebih parah.

Joko masuk rumah dan hal pertama yang dilakukannya adalah memarahi Ayu.

“Mama, kenapa nggak jenguk Bibi? Bibi hampir gegar otak gara-gara Mama. Mama harus minta maaf!”

Ayu menatapnya dan sambil tersenyum getir, “Dia terluka. Aku tidak?”

Joko terdiam sejenak, seolah baru ingat Ayu juga jatuh dari tangga.

Namun ia langsung tak terima.

“Itu salah Mama! Kalau Mama nggak iri sama Bibi Teresa, semua nggak akan terjadi!”

Walau sudah menebak reaksinya, kata-kata itu tetap terasa seperti pisau menusuk dadanya.

Ayu menatap Joko lama, sampai anak itu gelisah dan bersembunyi di belakang Seno.

Seno mendengus. “Dia cuma anak-anak. Kok kamu masih mau ribut sama dia?”

Ia mengulurkan tangan. “Sini aku lihat, parah nggak lukanya.”

Ayu menghindar.

Perhatian yang datang terlambat, ia tak butuh lagi.

Seno terkejut, tangannya menggantung di udara.

Ekspresi penolakan Ayu membuatnya gelisah, alisnya mengerut.

“Teresa itu adikmu. Dia kena kanker lambung. Dua bulan pun mungkin nggak bertahan. Kenapa kamu harus rebutan dengan orang yang sudah mau mati? Ayu! Kamu jangan egois!”

Egois?

Ayu hampir tertawa.

Mereka semua salah.

Mereka semua buta.

Penderita kanker itu dirinya.

Orang yang tak punya banyak waktu itu dirinya.
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 21

    Di tengah kesadarannya yang kabur, Seno merasa seolah berada di sebuah pulau.Saat ia masih kebingungan, seorang perempuan mengenakan gaun panjang berjalan keluar dari halaman. Tangannya membawa keranjang bunga, senyumnya cerah dan memesona. Bahkan pekerjaan mencabut rumput yang paling membosankan pun ia kerjakan sambil bersenandung kecil.Seno hanya bisa bersembunyi di sudut, menyaksikan Ayu yang begitu cerah… begitu bahagia.Untuk pertama kalinya, Seno merasa dirinya hanyalah seekor tikus yang tersesat di selokan gelap.Dihantam oleh kenyataan yang begitu kejam.Ternyata… setelah meninggalkan dirinya, Ayu bukan hanya tidak kesepian, bahkan hidupnya penuh, hangat, dan benar-benar bahagia.Hanya dirinya… dirinya saja… yang terperangkap dalam cinta ini, tersiksa tanpa henti, jatuh, tercekik, tanpa jalan keluar.Saat sedang linglung, seorang pria berjalan menghampiri Ayu, menyapa dengan ramah.Mata Seno memerah. Ia berlari menerjang ke arah mereka.“Itu istriku! Kekasihku! Aku tidak meng

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 20

    Seno langsung pergi ke rumah sakit.Operasi Joko berjalan sangat baik, hanya saja ia masih belum sadar.Perawat berkata, “Anaknya mungkin sementara tidak mau bangun.”Seno menggenggam erat tangan Joko, lalu meletakkan boneka beruang kecil di sisi bantalnya. “Joko… ini semua salah papa.”Dialah yang menjerumuskan Joko, menghancurkan hidup anak itu, dan juga menghancurkan Ayu.“Aku akan membawanya kemari… kalau dia bersedia menemuimu.” ucap perawat rumah sakit.Setelah itu, Seno bangkit dan menuju kantor polisi.Sesaat sebelum ia melangkah masuk, telapak tangannya sudah penuh keringat dingin.Ia tidak tahu… apakah Ayu masih mau kembali.Masih mau menemuinya atau tidak.Bagaimanapun, dirinya sekarang sudah tidak punya kelayakan apa pun. Tidak punya posisi, tidak punya hak.Jika Ayu memilih pergi, ia bahkan tidak akan mencoba menahannya.Karena melepaskan… adalah satu-satunya hal yang masih bisa ia berikan padanya.Setelah berkali-kali menata mentalnya, barulah Seno berani melangkah masuk

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 19

    Orang tua Wiratama tertegun mendengar pertanyaan itu, seolah kalimat tersebut membuat mereka benar-benar kebingungan.Ayu menghindari tatapan, lalu tiba-tiba menekan dada.“Aduh... sakit sekali... Ayah! Ibu! Cepat antar aku ke rumah sakit, sakit lambungku kambuh lagi!” ucap Teresa.“Ke rumah sakit untuk mengungkap bahwa kamu memalsukan kanker lambung?” ucap Seno.Ibu Wiratama langsung berdiri. “Seno, Yang masuk ke perut bisa dikeluarkan, yang masuk ke hati susah dikeluarkan! Teresa mengidap kanker lambung itu adalah hal yang kami semua tahu!”Ayu juga terus terisak. “Seno, apa kamu sedang stres sampai berhalusinasi? Mana mungkin aku memalsukan kanker lambung.”Seno memutar rekaman telepon Teresa di depan semua orang.Terutama bagian ketika Teresa mengakui sendiri bahwa ia berpura-pura mengidap kanker dan fakta bahwa ia menculik Ayu.Ayah dan Ibu Wiratama tampak sangat terkejut, Ibu Wiratama bahkan hampir pingsan seketika. “Dosa besar... ini dosa besar...!”Ia menepuk-nepuk pahanya, men

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 18

    Begitu menerima kabar, Seno terburu-buru bergegas ke rumah sakit, namun langsung dihalangi di depan ruang operasi.“Pak Seno, tolong tenang dulu!”Sudut matanya memerah.Maafkan aku, Ayu… aku lagi-lagi gagal melindungi anak kita.“Bagaimana keadaan Joko sekarang?” tanya Seno.Perawat menatap pria yang berdiri di depannya, kebingungan, putus asa, tubuhnya bergetar tanpa bisa dikendalikan.Dulu ia tampan dan gagah.Sekarang tubuhnya kurus, wajahnya pucat, mata cekung, lingkar mata menghitam.Kelelahan dan rasa mati membuat kilau hidupnya hampir hilang total.Perawat itu akhirnya menghela napas. “Keadaan Joko sangat buruk. Kepalanya mengalami benturan parah. Ada kemungkinan… ia bisa menjadi vegetatif.”Mata Seno memerah seperti direndam darah. “Waktu itu perawat jaga di mana? Mana suster-suster rumah sakit ini? Kenapa tidak ada yang mengawasi dia?!”“Pak Seno… saat itu Joko sedang ditemani oleh pihak keluarga.” jawab perawat rumah sakit.“…Siapa?” tanya Seno.“Teresa Wiratama, bibi Joko.”

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 17

    Seno juga tidak pernah berhenti mencari Ayu.Video dirinya berlutut di depan kamera, memohon Ayu memaafkannya, tersebar sampai ke seluruh dunia.Komentar dari warganet bermacam-macam, ada yang iri pada ketulusannya.Ada yang mengecamnya sebagai pria brengsek yang pura-pura setia.Ada yang menghujat sejadi-jadinya.Namun Seno sama sekali tidak peduli.Yang ia pikirkan hanya satu: bagaimana membuat Ayu melihatnya, bagaimana membuat Ayu memaafkannya.Setiap malam, saat ia teringat waktu Ayu yang terus berkurang…terbayang Ayu meringkuk kesakitan karena kanker lambung, ia selalu terbangun dengan napas tersengal, tak bisa tidur lagi.Lembaran kalender terkoyak satu per satu.Rasa takut yang tak berwujud itu menyebar perlahan dari dasar hatinya…menekan dada Seno sampai ia sering kali merasa sesak.Sesekali, Teresa datang.Meski ia terus menjelaskan bahwa ia benar-benar tidak tahu soal kanker Ayu, tapi bagi Seno, semua itu sudah tidak penting.Jika sejak awal ia tahu Ayu sakit… ia tidak akan

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 16

    Wajah Teresa seketika memucat. “Seno, aku… aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan.”Ibu Wiratama juga membelalakkan mata. “Kanker apa? Seno, kamu jangan sampai tertipu oleh anak itu! Ayu sehat-sehat saja! Mana mungkin kena kanker? Jangan karena dia hilang, kamu jadi percaya apa pun!”“Iya!” Ayah Wiratama menimpali dengan panik. “Anak kurang ajar itu cuma iri pada Teresa! Mana mungkin kakak beradik kena kanker bersamaan? Itu konyol!”Iya, memang konyol.Jika saja itu bohong, Seno lebih berharap daripada siapa pun bahwa hal itu tidak benar.Tapi sayangnya… itu kenyataan.“Ini hasil pemeriksaan rumah sakit milik Ayu.” ucap Seno sambil mengeluarkan lembar pemeriksaan yang baru dicetak ulang.Begitu Orang tua Wiratama melihat empat kata “kanker lambung stadium akhir”, wajah mereka langsung pucat seperti kapur.Ibu Wiratama limbung, jatuh terduduk di lantai.“Tidak mungkin… tidak mungkin!”Melihat bukti sudah tak bisa dibantah, mata Teresa memerah seketika.“Bagaimana bisa begini? Aku… a

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status