共有

Bab 7

作者: Jawaban
Saat kembali membuka mata, Ayu mendapati dirinya berada di sebuah gudang tua, tubuhnya terikat erat dengan tali.

Sementara itu Teresa duduk santai di kursi, bermain-main dengan kuku yang baru ia poles.

Melihat Ayu sadar, Teresa tersenyum ringan. “Kakak, akhirnya kamu bangun.”

Ayu menegang, bingung dan tak mengerti. “Teresa, apa sebenarnya yang kamu inginkan?”

Waktunya tinggal sedikit. Ia sama sekali bukan ancaman bagi Teresa.

Seno dan Joko sudah lama berubah hati. Besok, ia akan pergi seorang diri, ke tempat yang tak akan ditemukan siapa pun.

Lalu untuk apa Teresa repot-repot menculiknya?

Namun Teresa justru tersenyum cerah. “Kakak, kamu tidak penasaran? Kalau kita berdua dalam bahaya dan harus memilih satu, menurutmu Seno dan Joko akan pilih siapa? Mau bertaruh?”

Belum sempat Ayu menjawab, seorang pria datang dan menekan tombol panggilan.

Begitu telepon tersambung, Ayu langsung menangis tersengal.

“Seno! Tolong aku!” teriak Teresa.

“Tadi kakak minta aku ketemu, tapi di tengah jalan kami diculik! Mereka mau uang! Kalau tidak diberi, mereka akan memukul aku! Aku takut!” jelas Teresa.

“Teresa?” Seno terkejut, lalu suaranya berubah panik. “Kamu di mana? Kamu tidak apa-apa!?”

Pria itu mengambil alih bicara. “Pak Seno, sekarang istri dan selingkuhan Anda ada di tangan saya. Saya cuma mau sepuluh miliar tunai! Hari ini juga. Alamat akan saya kirim. Uang dan orang ditukar. Kalau tidak…”

“Baik! Saya akan bawa uangnya!” Suara Seno bergetar keras. “Berapa pun akan saya berikan! Asal Teresa selamat!”

“Tenang. Asal uang tepat, orang pasti aman.” jawab si penculik.

“Bagus.” Barulah Seno bertanya, pelan sekali, “Ayu bagaimana? Dia… dia baik-baik saja?”

Ayu tertawa getir. Baru sekarang ia diingat.

Kalau yang diculik hanya dirinya, mungkin Seno bahkan tidak percaya.

“Dia baik-baik saja. Persiapkan uangnya saja, Pak Seno.”

Telepon ditutup. Dua penculik lalu mengikat Teresa juga.

Tak lama, telepon Seno kembali masuk.

Penculik masing-masing menarik Ayu dan Teresa keluar.

Barulah Ayu sadar, mereka berada di atas gunung.

Mereka digiring hingga setengah lereng, dan di sanalah terlihat Seno dan Joko.

Hanya butuh satu detik bagi Teresa untuk menangis keras.

“Seno! Joko! Tolong aku!”

Seno dan Joko langsung panik.

“Bibi!” teriak Joko.

“Teresa, tenang! Aku pasti selamatkan kamu!” ucap Seno.

Padahal Ayu berdiri tepat di samping mereka. Padahal wajah Ayu jauh lebih pucat, tubuhnya nyaris roboh. Namun semua perhatian hanya tertuju pada Teresa.

Ayu menutup mata pelan.

Bukan karena anak yang menangis yang diberi permen, tetapi karena hati manusia memang berpihak.

Mereka sudah lama tidak menempatkannya di dalam hati.

Seno melempar koper ke tanah.

“Sepuluh miliar! Tidak kurang sepeser pun! Lepaskan Teresa dan Ayu!”

Penculik membuka koper berisi tumpukan uang, lalu tertawa.

“Sepuluh miliar? Sepuluh miliar cuma cukup untuk satu orang, Pak Seno.”

Dalam sekejap, wajah Seno retak penuh amarah. “Kau bilang sepuluh miliar! Kau ingkar janji!”

“Pak Seno salah dengar. Saya tidak pernah bilang sepuluh miliar bisa membawa dua orang. Itu harga satu orang.” ucap si penculik.

“Tentu saja, besok bawa sepuluh miliar lagi untuk menebus sisanya.” jelas si penculik.

“Sekarang… Pak Seno ingin bawa siapa dulu?” tanya si penculik.

Keheningan menelan seluruh tempat.

Wajah Seno menegang. Tanpa sadar ia melihat ke arah Ayu.

Joko menggenggam ujung bajunya, terdiam.

Saat itu juga Teresa tiba-tiba berteriak, berlutut sambil memegangi perut.

“Sakit! Aduh sakit!” Air matanya mengalir deras, napasnya terengah seperti mendapat hantaman keras.

Ia menangis sambil menggeleng. “Kalian bawa kakak saja! Aku ini sudah sakit kanker… aku cuma beban… aku cepat atau lambat akan mati… biarkan aku mati saja!”

“Tidak mungkin!” ucap Seno.

“Bibi jangan bilang begitu! Bibi bukan beban! Beban itu… jelas orang lain!” ucap Joko.

Begitu kalimat itu jatuh, Ayu mendengar suara hatinya sendiri hancur berderak.
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 21

    Di tengah kesadarannya yang kabur, Seno merasa seolah berada di sebuah pulau.Saat ia masih kebingungan, seorang perempuan mengenakan gaun panjang berjalan keluar dari halaman. Tangannya membawa keranjang bunga, senyumnya cerah dan memesona. Bahkan pekerjaan mencabut rumput yang paling membosankan pun ia kerjakan sambil bersenandung kecil.Seno hanya bisa bersembunyi di sudut, menyaksikan Ayu yang begitu cerah… begitu bahagia.Untuk pertama kalinya, Seno merasa dirinya hanyalah seekor tikus yang tersesat di selokan gelap.Dihantam oleh kenyataan yang begitu kejam.Ternyata… setelah meninggalkan dirinya, Ayu bukan hanya tidak kesepian, bahkan hidupnya penuh, hangat, dan benar-benar bahagia.Hanya dirinya… dirinya saja… yang terperangkap dalam cinta ini, tersiksa tanpa henti, jatuh, tercekik, tanpa jalan keluar.Saat sedang linglung, seorang pria berjalan menghampiri Ayu, menyapa dengan ramah.Mata Seno memerah. Ia berlari menerjang ke arah mereka.“Itu istriku! Kekasihku! Aku tidak meng

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 20

    Seno langsung pergi ke rumah sakit.Operasi Joko berjalan sangat baik, hanya saja ia masih belum sadar.Perawat berkata, “Anaknya mungkin sementara tidak mau bangun.”Seno menggenggam erat tangan Joko, lalu meletakkan boneka beruang kecil di sisi bantalnya. “Joko… ini semua salah papa.”Dialah yang menjerumuskan Joko, menghancurkan hidup anak itu, dan juga menghancurkan Ayu.“Aku akan membawanya kemari… kalau dia bersedia menemuimu.” ucap perawat rumah sakit.Setelah itu, Seno bangkit dan menuju kantor polisi.Sesaat sebelum ia melangkah masuk, telapak tangannya sudah penuh keringat dingin.Ia tidak tahu… apakah Ayu masih mau kembali.Masih mau menemuinya atau tidak.Bagaimanapun, dirinya sekarang sudah tidak punya kelayakan apa pun. Tidak punya posisi, tidak punya hak.Jika Ayu memilih pergi, ia bahkan tidak akan mencoba menahannya.Karena melepaskan… adalah satu-satunya hal yang masih bisa ia berikan padanya.Setelah berkali-kali menata mentalnya, barulah Seno berani melangkah masuk

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 19

    Orang tua Wiratama tertegun mendengar pertanyaan itu, seolah kalimat tersebut membuat mereka benar-benar kebingungan.Ayu menghindari tatapan, lalu tiba-tiba menekan dada.“Aduh... sakit sekali... Ayah! Ibu! Cepat antar aku ke rumah sakit, sakit lambungku kambuh lagi!” ucap Teresa.“Ke rumah sakit untuk mengungkap bahwa kamu memalsukan kanker lambung?” ucap Seno.Ibu Wiratama langsung berdiri. “Seno, Yang masuk ke perut bisa dikeluarkan, yang masuk ke hati susah dikeluarkan! Teresa mengidap kanker lambung itu adalah hal yang kami semua tahu!”Ayu juga terus terisak. “Seno, apa kamu sedang stres sampai berhalusinasi? Mana mungkin aku memalsukan kanker lambung.”Seno memutar rekaman telepon Teresa di depan semua orang.Terutama bagian ketika Teresa mengakui sendiri bahwa ia berpura-pura mengidap kanker dan fakta bahwa ia menculik Ayu.Ayah dan Ibu Wiratama tampak sangat terkejut, Ibu Wiratama bahkan hampir pingsan seketika. “Dosa besar... ini dosa besar...!”Ia menepuk-nepuk pahanya, men

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 18

    Begitu menerima kabar, Seno terburu-buru bergegas ke rumah sakit, namun langsung dihalangi di depan ruang operasi.“Pak Seno, tolong tenang dulu!”Sudut matanya memerah.Maafkan aku, Ayu… aku lagi-lagi gagal melindungi anak kita.“Bagaimana keadaan Joko sekarang?” tanya Seno.Perawat menatap pria yang berdiri di depannya, kebingungan, putus asa, tubuhnya bergetar tanpa bisa dikendalikan.Dulu ia tampan dan gagah.Sekarang tubuhnya kurus, wajahnya pucat, mata cekung, lingkar mata menghitam.Kelelahan dan rasa mati membuat kilau hidupnya hampir hilang total.Perawat itu akhirnya menghela napas. “Keadaan Joko sangat buruk. Kepalanya mengalami benturan parah. Ada kemungkinan… ia bisa menjadi vegetatif.”Mata Seno memerah seperti direndam darah. “Waktu itu perawat jaga di mana? Mana suster-suster rumah sakit ini? Kenapa tidak ada yang mengawasi dia?!”“Pak Seno… saat itu Joko sedang ditemani oleh pihak keluarga.” jawab perawat rumah sakit.“…Siapa?” tanya Seno.“Teresa Wiratama, bibi Joko.”

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 17

    Seno juga tidak pernah berhenti mencari Ayu.Video dirinya berlutut di depan kamera, memohon Ayu memaafkannya, tersebar sampai ke seluruh dunia.Komentar dari warganet bermacam-macam, ada yang iri pada ketulusannya.Ada yang mengecamnya sebagai pria brengsek yang pura-pura setia.Ada yang menghujat sejadi-jadinya.Namun Seno sama sekali tidak peduli.Yang ia pikirkan hanya satu: bagaimana membuat Ayu melihatnya, bagaimana membuat Ayu memaafkannya.Setiap malam, saat ia teringat waktu Ayu yang terus berkurang…terbayang Ayu meringkuk kesakitan karena kanker lambung, ia selalu terbangun dengan napas tersengal, tak bisa tidur lagi.Lembaran kalender terkoyak satu per satu.Rasa takut yang tak berwujud itu menyebar perlahan dari dasar hatinya…menekan dada Seno sampai ia sering kali merasa sesak.Sesekali, Teresa datang.Meski ia terus menjelaskan bahwa ia benar-benar tidak tahu soal kanker Ayu, tapi bagi Seno, semua itu sudah tidak penting.Jika sejak awal ia tahu Ayu sakit… ia tidak akan

  • Pertemuan Adalah Alur Takdir   Bab 16

    Wajah Teresa seketika memucat. “Seno, aku… aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan.”Ibu Wiratama juga membelalakkan mata. “Kanker apa? Seno, kamu jangan sampai tertipu oleh anak itu! Ayu sehat-sehat saja! Mana mungkin kena kanker? Jangan karena dia hilang, kamu jadi percaya apa pun!”“Iya!” Ayah Wiratama menimpali dengan panik. “Anak kurang ajar itu cuma iri pada Teresa! Mana mungkin kakak beradik kena kanker bersamaan? Itu konyol!”Iya, memang konyol.Jika saja itu bohong, Seno lebih berharap daripada siapa pun bahwa hal itu tidak benar.Tapi sayangnya… itu kenyataan.“Ini hasil pemeriksaan rumah sakit milik Ayu.” ucap Seno sambil mengeluarkan lembar pemeriksaan yang baru dicetak ulang.Begitu Orang tua Wiratama melihat empat kata “kanker lambung stadium akhir”, wajah mereka langsung pucat seperti kapur.Ibu Wiratama limbung, jatuh terduduk di lantai.“Tidak mungkin… tidak mungkin!”Melihat bukti sudah tak bisa dibantah, mata Teresa memerah seketika.“Bagaimana bisa begini? Aku… a

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status