Aku meninggalkan ruanganku dengan perasaan campur aduk, rasanya, sulit sekali untuk memaafkan orang yang sama dan telah berkali-kali melukai hati dan perasaan.
Aku lelah sekali, tak sanggup jika harus berurusan lagi dengan Zen.Aku dan dia sudah lama berakhir, dan akhir dari hubungan kami sangat tragis dan begitu menyakitkan, baik buatku ataupun dia. Dan aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dua kali. Biarlah Ningrum yang akan mengurus semuanya, tentang keberadaannya di kantor, Ningrum lebih tahu apa yang harus dilakukan.
Begitu juga dengan Adele, dia juga tidak bisa berlama-lama ataupun dipertahankan keberadaannya.Aku mengeluarkan ponsel untuk menghubungi Ningrum, semakin cepat dia menyelesaikannya, semakin baik.
"Ningrum, tolong kamu urus semuanya, aku tak sanggup lagi jika harus berlama-lama berhadapan dengan mereka."
"Kamu baik-baik saja, kan, Ranti?" Tanya Ningrum khawatir.
"Aku baik-baik saja, Ningrum. Aku hanya butuh sedikit waktu
Hari ini, rencananya mas Bayu akan datang ke rumah.Aku sudah bersiap-siap sejak pagi, karena semalam tidur awal, bahkan sejak sore, membuat tubuhku terasa lebih segar.Terlebih aku juga menadapat kabar bagus dari Ningrum ketika membuka ponselku."Ranti, Zen sudah dipindah ke kantor cabang, aku tidak bisa memecat dia karena urusan pribadi, terlebih, kita ada perjanjian kontrak dengannya. Jadi jalan terbaik adalah, memindahkan dia. Sementara Adele, aku merumahkannya untuk sementara waktu, sambil menunggu surat pemecatan dari HRD."Pesan yang di kirim Ningrum dan kubaca tadi pagi ketika bangun tidur.Ningrum benar, dan keputusan yang diambilnya juga sudah tepat.Lalu, dengan cepat aku menulis pesan balasan untuknya."Terima kasih, Ningrum. Kamu memang yang terbaik."Sambil kububuhi emo hati di pesan balasanku.Sekarang, aku tinggal bersiap-siap untuk menunggu kedatangan mas Bayu dan kejutan yang akan dibawanya hari ini.Kupilih
Pesan Dari Istri Calon SuamikuBab 1*****Ting....Sebuah pesan masuk melalui aplikasi oval berwarna biru.Entah siapa yang mengirimkan pesan tersebut tengah malam begini.Namun, walau aku enggan untuk membacanya, tapi tetap saja kuraih benda pipih yang berada diatas nakas tersebut.Tanpa rasa curiga atau perasaan lain, kubaca pesan tersebut."Saya tidak yakin, apakah anda akan membaca pesan saya ini, atau mungkin Zainal sendiri yang membacanya."Deg...Tiba-tiba jantungku seperti meloncat keluar, ketika membaca pesan yang paling atas.Entah kenapa, mata yang semula sangat mengantuk, kini kurasakan mulai memanas.Apalagi ketika membaca pesan dibawahnya."Saya tidak tau seberapa dalam hubunganmu dengan Mas Zen. Namun perlu kamu ketahui, sampai detik ini, status saya masih sah sebagai is
Sudah 3 hari aku mengurung diri dalam kamar.Keluar hanya ketika ingin ke kamar mandi.Selama itu pula aku menutup akses komunikasu dengan Zen. Untuk saat ini, jujur, aku belum siap untuk bertemu dengannya. Atau sekedar berbicara lewat telepon.Hanya Ningrum yang selalu setia menemani, membawakan makanan, juga mendengarkan semua keluh kesahku."Miranti, jangan biarkan dirimu larut dalam kebodohan. Bangkit, carilah kebenaran dan lawan."Sebuah pesan dari Ningrum beberapa saat setelah dia berangkat kerja tadi pagi.Ku buka aplikasi berwarna biru di telepon pintarku.Mencoba mencari titik terang tentang semua yang terjadi padaku.Wanita itu mengaku banyak tau tentang diriku, dan aku ingin memastikan tentang hal itu.Ku buka tiap status dan foto yang pernah aku posting disana, berharap bisa menemukan sesuatu.2 Januari 2017
Ku gigit bibirku, tak terasa, kedua pipi telah basah oleh air mata.Kupejamkan mata, kembali mencoba mengingat tentang awal kedekatan ku dengan Zen.Apakah aku begitu mencintainya? Sehingga sampai detik ini, tak sepatah katapun yang keluar dari mulutku untuk mencari kebenaran langsung darinya.Drrttt... drrttt....Getaran telepon genggam yang kuletakkan di atas nakas menyadarkanku dari lamunan. Sebuah pesan dari Aprillia.Entah kenapa, membaca namanya saja sudah membuatku was-was.Ada rasa ketakutan tersendiri tiap menerima pesan darinya.Ketakutan akan adanya kejutan yang tak terduga darinya, seperti yang sudah dia kirim sebelumnya.Akhirnya, ku baca pesan darinya, setelah beberapa kali menarik nafas.Berharap, tak ada kejutan lagi disana."Mbak Miranti, maaf sebelumnya jika pesan saya ini mengganggu. Saya tau, Mbak pasti tidak atau mungkin b
Kusimpan bukti pengiriman itu, lalu kukembalikan kemeja Mas Zen ketempat semula.Jika semua pertanyaanku tidak mendapatkan jawaban dari Mas Zen, maka, aku akan mencari jawaban dengan caraku sendiri.Ku buka telepon genggamku, dan mulai berselancar di akun salah satu media sosialku.Ku cari akun dengan nama Shiva, yang sebelumnya sudah aku simpan.Lalu, mataku tertuju pada sebuah unggahan foto di dalam gedung bioskop.Tampak disana, foto seorang laki-laki yang sangat aku kenal, sedang makan popcorn.Sementara di sebelahnya, duduk seorang gadis cantik yang aku ketahui bermana Miranti.Sakit, benar-benar sakit sekali hatiku melihat kemesraan mereka.Aku yang sudah menjadi istrinya saja, belum pernah sekalipun di ajak nonton film, sementara dia....Kecemburuan dan rasa sakit hatiku saat melihat kemesraan yang mereka pamerkan sungguh membunuh akal sehatku.Dengan rasa rem
Sepanjang perjalanan pulang, air mataku tak henti mengalir.Tak lagi kuhiraukan pandangan orang-orang yang menatapku penuh tanya tatkala berpapasan denganku.Hatiku remuk redam, namun di sudut hati yang lain, ada rasa lega disana.Himpitan dan tekanan yang selama ini mendera, perlahan menghilang, seiring cucuran air mata yang menganak sungai.Sesampai di kamar kos, kulihat Ningrum, sahabatku disana.Aku menghambur kearahnya, tergugu dalam pelukannya."Ranti ... kamu baik-baik saja, kan?" tanyanya setelah tangisku reda.Dia menautkan kedua alisnya, menatap diriku yang mungkin tampak begitu acak-acakan di matanya."Ningrum ... aku sudah putus dengan Zen."Kembali aku menangis setelah menjawab pertanyaan Ningrum.Lalu, ku buka telepon genggamku dan memberikan padanya.Tampak, Ningrum begitu terkejut setelah dia membaca perc
POV Zen*****Hampir satu minggu aku tidak bisa menghubungi Miranti.Gadis yang kukenal dua tahun terakhir, melalui sebuah chat grup.Seorang gadis dewasa, dan sangat matang.Dengan postur tubuh semampai dan wajah oriental yang sangat cantik.Ditambah lesung pipi, yang membuatku semakin tergila-gila padanya.Butuh perjuangan yang panjang untuk mendapatkan perhatiannya.
Setelah kurasa semua bukti lengkap, kutekan nomer telepon kakakku.Setelah beberapa saat tak ada respon, kuputuskan untuk mengirimkan pesan.Namun, belum lagi ku ketik pesan yang hendak aku kirim.Sebuah pesan dari kakakku masuk."Ranti ... pulanglah. Mama sakit."Tulis kakakku dalam pesannya.Sakit apa Mama? Kemarin aku baru saja ngobrol dengannya, dan beliau sehat-sehat saja, batinku.Kupacu mobil dengan kecepatan sedang, membelah jalanan panas kota Bandung.Walau pikiranku dipenuhi dengan kekhawatiran, namun aku berusaha tenang.Kutepis semua pikiran buruk tentang sakit yang di derita Mama.Mama memang mempunyai penyakit gula. Dan setahun terakhir ini, sudah tidak pernah kambuh lagi.Mengingat hal itu, dadaku terasa sakit.Setelah hampir satu jam, mobilku memasuki halaman rumah yang gerbangnya te