Share

2

Tanganku jadi gemetar hebat. Lutut ini seketika lemas. Air mata di ujung pelupuk tanpa terasa semakin banyak dan akhirnya jatuh tak tertahankan. Zulaika, kamu benar-benar telah merusak segala percaya yang selama ini kuberikan! Demi kebahagiaanmu, kulepaskan kau bagai burung di udara. Bebas pergi ke mana pun dengan teman-temanmu. Sampai saat pulang terlambat pun, aku masih maklum asal sebelum Magrib tiba. Inikah yang ternyata kamu sembunyikan dari mamimu sendiri?

Aku menguatkan diri untuk terus menjelajahi isi W******p milik Zulaika. Kubongkar isi balas-balasan pesan yang dilakukan Zulaika kepada seseorang bernama Boo. Hari ini juga, semua rahasianya harus kuungkap. Zulaika harus menerima semua konsekuensi dari perbuatan tak terpuji tersebut!

              Tanganku mengulir bola mouse hingga ke atas. Belum sampai pada pesan paling awal, dadaku sudah hendak meletup. Kutemukan pesan yang dikirim sekitar satu minggu lalu. Tepatnya hari Senin, di mana Zulaika libur sekolah sebab tanggal merah.

              Boo       : Udah bangun belum, Bee?

              Zulaika  : Udah, Hubby.

              Boo       : Minta PAP 😊

              Zulaika  : PAP apa dulu?

              Boo       : TT

              Zulaika  : Ih, kebiasaan, deh!

              Boo       : Ayolah, Bee.

              Di situ aku sudah hendak menangis sejadi-jadinya saat melihat gambar apa yang tertera di layar. Zulaika, gadis yang kuanggap seorang pendiam dan lugu, dengan santainya dia mengirimkan sebuah gambar tak senonoh. Dadanya terpampang tanpa helai penutup. Aku menangis nyaring. Menutupi kedua wajahku dengan telapak.

              “Ya Allah, salah apa aku? Mengapa anakku sampai begini?” Dadaku sesak sekali. Bagaikan bebabn sudah jutaan ton menghimpit tubuh ini.

Boo, seorang lelaki yang menggunakan gambar Zoro, salah satu tokoh dalam serial manga One Piece, sebagai foto profilnya tersebut, ternyata juga mengirimkan gambar yang lebih-lebih tak senonoh. Membuat ulu hatiku langsung nyeri dan mual luar biasa. Aku bahkan langsung bergidik ngeri sambil menutup kembali mataku dengan telapak.

Benar-benar manusia laknat, benakku. Anak sekecil mereka, bahkan sudah berani mengirimkan gambar organ vital yang seharusnya menjadi privasi dan hanya boleh dilihat oleh dirinya sendiri, dokter, dan pasangan halal. Bahkan orangtua pun tak diperkenankan untuk melihat atau menjamah, tanpa persetujuan dari si anak.

Boo       : Kamu lihat, kan?

Bee        : Lucu. Jadi pengen 4646 hihi

Aku membelalak lebar. 4646 itu kode apa? Aku menggelengkan kepala. Semakin tak paham apa arti yang dimaksud Zulaika akan responnya setelah dikirimi gambar vulgar tak senonoh tersebut.

Kuputar otak. Segera aku meluncur ke mesin pencarian G****e untuk menemukan beberapa slang words atau kata-kata gaul yang beberapa masih asing dari kepala.

              Mataku membelalak lebar ketika menemukan apa yang dimaksud dengan 4646 tersebut. Ternyata, deretan angka itu bukan nomor togel atau pin ATM, melainkan kode untuk mengajak berhubungan badan. 4646 dibaca patnam-patnam yang apabila dibali menjadi mantap-mantap atau sinonim lainnya adalah ena-ena. Allahuakbar! Kiamat rasanya duniaku. Anakku ternyata benar-benar sudah ketagihan luar biasa dengan aktifitas yang tak sepantasnya dia lakukan di usia sekolah. Ingin rasanya aku berlari ke sekolahnya sekarang juga. Menghukum anak itu habis-habisan dan mengurungnya di dalam rumah.

              “Mengapa cobaan hidupku seperti ini? Bercerai, banting tulang sendiri, sampai harus menanggung malu atas perzinahan anak gadisku?” gumamku sambil terisak.

Tak kuat lagi aku menahan beban ini sendirian. Namun, untungnya aku masih bisa berpikir jernih. Segera kusalin nomor telepon si Boo dari akun W******p milik Zulaika ke aplikasi Microsoft Word. Percakapan mereka juga berusaha kulakukan screen shot dan menyalinnya menjadi gambar melalui aplikasi Microsoft Paint. Aku bersyukur, di usiaku yang ke-43 tahun ini, aku tak gaptek dan selalu mengikuti perkembangan zaman. Demi mengimbangi Zulaika, aku rela membuat akun Twitter dan I*******m, mengunduh TikTok, membaca artikel-artikel tentang perkembang psikologis remaja. Namun, hanya satu yang selama ini tak kulakukan. Aku terlalu menghargai privasi Zulaika. Sebab, kupikir anak zaman sekarang tak suka terlalu dicampuri. Tak pernah kucek ponselnya, apalagi membuka-buka pesan pribadi dari aplikasi W******p maupun direct message di I*******mnya. Itulah kebodohan yang telah membuat anakku jadi hancur tak keruan sebab kurangnya pengawasan dariku.

Tring! Sebuah notifikasi pesan masuk datang lagi. Membuat aku yang sesaat melamun di depan gambar percakapan mes*m milik Zulaika dan pacarnya yang sudah berhasil kusimpan dalam folder khusus. Aku pun segera membuka kembali akun W******p milik Zulaika. Mumpung anak itu belum sadar dan log out dari W******p web.

              Kutemukan sebuah pesan baru di atas pesan milik si Boo. Daddy. Begitu tulisnya. Aku mengerutkan kening. Apakah Mas Danu sudah berkirim pesan kepada Zulaika? Namun, anakku tak pernah menceritakan hal tersebut. Selama tiga tahun ini, memang kami sudah putus kontak sama sekali.

              Tanganku gemetar hebat lagi. Daddy siapa ini? Tampak foto profilnya seorang lelaki berjas warna hitam dan gempal. Ada kumisnya pula. Meski foto itu belum kuperbesar dan hanya tampak pada ikon kecil, tapi aku yakin 100% itu bukanlah Mas Danu.

              Kuberanikan diri untuk mengkliknya. Aku terkejut luar biasa. Jantung ini bagai diremas-remas. Sebuah struk dengan deretan nominal angka yang fantastis perlahan muncul di layar.

              Aku menggelengkan kepala. Ya Allah, katakan padaku bahwa ini hanya mimpi belaka!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Poernama
Pelajaran untuk para orang tua semua aku pun sama punya anak perempuan yg sdh remaja
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status