Share

Ternyata

last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-09 22:30:29

“Maaf, saya bercanda. Silakan duduk.”

Sial! Kenapa jantung ini tidak bisa diajak kompromi. Rasanya mau loncat dari tempatnya.

Aku duduk di kursi berseberangan dengannya. Ada sebuah meja di antara kami. Cukup aman dengan jarak radius 100 sentimeter. Kulihat sebuah papan nama di meja, ‘Arshaka Bumi' nama yang indah, sesuai dengan orangnya.

“Pak ...” Aku bingung harus memanggilnya siapa. Arsya, Shaka atau Bumi?

“Panggil saja Arfan, bukankah kamu mengenalku sebagai Mas ojol?” Dia bertanya masih dengan senyum mautnya.

Lah, meja siapa yang dia duduki? Dasar aneh! Mengapa dia selalu tersenyum seperti itu, sih? Makin menjadi-jadi nih jantung.

“Maaf, Pak. Saya tidak tahu.”

“Bu Endang izin selama satu bulan, beliau mau menjenguk anaknya di Kalimantan. Jadi, saya akan menggantikannya untuk sementara waktu. Namun, saya akan tetap memberikan hukuman karena kamu terlambat.”

Apa? Sontak aku menggebrak meja di depanku. Bisa-bisanya dia memberikanku hukuman. Enak saja main hukum sembarangan.

“Karena saya orang yang baik hati dan tidak sombong, hukuman kamu jadi ringan.”

“Tunggu dulu, Bapak kan juga terlambat, kita berangkatnya barengan loh, Pak.”

“Justru itu, kamu yang membuat saya terlambat. Saya mau minta tolong antarkan ke kelas Bu Endang, tetapi kamu malah lari, jadilah saya terlambat karena harus mencari kelas.”

“Maaf, saya kira Bapak tukang ojek.”

“Saya memang tukang ojek. Jadi dosen itu gajinya sedikit. Tidak cukup untuk membiayai anak dan istri.”

Oh, ternyata dia sudah punya istri. Aku memegangi dadaku, kenapa hati ini rasanya sakit? Sepertinya bakal ada yang rombongan patah hati.

“Silakan kembali ke kelas, kamu bisa melanjutkan kuliah. Nanti sore temui saya di sini!”

“Baik, Pak. Saya permisi.”

Syukurlah, aku bernapas lega. Paling hukumannya merangkum materi yang disampaikan.

***

Mata kuliah kedua berjalan dengan lancar. Sesekali aku mengibaskan jilbabku. Rasanya panas sekali seperti dioven. Apalagi di kelas ini tidak ada AC-nya. Aku heran mengapa Nindi betah menggunakannya setiap hari.

Berbeda denganku cewek tomboi yang selalu memakai celana dan kaos oblong lengan pendek. Namun aku selalu memakai pakaian yang sopan ketika kuliah. “Ajining raga saka busana.” Seperti pagi tadi sebelum aku memakai gamis pinky ini. Aku mengenakan hem kotak-kotak abu dan jeans biru.

“Gimana tadi? Pasti seneng banget diajak ke ruangan dosen ganteng,” tanya Mizka.

Mereka pikir aku bebas dari hukuman. Aku heran mengapa temanku tak henti-hentinya memuji dosen itu.

“Seneng apanya? Aku dapat hukuman. Bukan dapet lotre. Padahal ini hari ulang tahunku. Bukannya dapat jodoh malah dapat hukuman. Dasar dosen sialan!”

“Eh, jangan gitu, Fa. Nanti jodoh, loh!” ucap Tasya.

“Jodoh? Ha ha ha ... nggak mungkin.”

“Kenapa gak mungkin? Gak ada yang gak mungkin bagi Allah. Kun fayakuun.” Nindi mengeluarkan mauidlo hasanahnya.

“Kalian gak tahu, kan? Ternyata ....”

“Ternyata apa?” tanya Mizka penuh selidik.

“Ternyata dia udah punya anak dan istri.”

Byur ... Nindi menyeburkan minumannya tepat di mukaku. Apes banget hari ini. Mulai dari angkutan sialan, kejutan ulang tahun, dan sekarang disembur air. Belum lagi nanti pulang kuliah masih ada hukuman yang menantiku.

“Kurang asem! Kenapa cuma disembur, gak sekalian bacain doanya? Biar aku terbebas dari kesialan.”

“Ha ha ha ... habisnya kamu bercandanya gak lucu.” Tasya menimpali.

“Eh, aku serius. Beneran dia ngomong sendiri tadi di ruangan dosen.”

“Kamu aja yang gak tahu. Tadi dia udah perkenalan di kelas. Kamu ‘kan lagi ganti baju. Aku aja udah catat nomornya, nih.” Nindi memperlihatkan sebuah kontak di ponselnya, ‘Pak Dosen Arfan' sebuah nama yang membuat hatiku bergetar.

Baru melihat namanya kenapa aku gelisah sekali. Perasaan apa ini? Sepertinya aku kena guna-guna.

“Beneran, ya ... aku nggak bohong, dia tuh punya sampingan selain dosen. Dia ternyata tukang ojek.”

“Duh, mau banget aku kalau ojeknya ganteng gitu, lumayan bisa peluk dari belakang.” Mizka memegang tangan Nindi sambil tersenyum. Geli banget aku melihat kelakuan sahabatku.

“Dasar omes! Memangnya apa, sih, istimewanya tuh dosen?”

“Sepertinya kamu perlu lepas kacamata, deh, Fa. Kacamatamu dah rusak kali.”

“Ganteng iya, body keren, pinter iya. Tapi dia dah punya istri, woy! Tadi dia bilang ngojek tuh buat sampingan. Gaji dosen cuma sedikit.”

“Gapapa, deh. Aku mau dijadikan istri keduanya.” Mizka mulai mengkhayal lagi.

“Sya, selain Nindi siapa lagi, ya, yang bisa rukiah? Sepertinya otakku sedang tidak waras!”

“Memangnya sejak kapan kamu waras?” Nindi berucap sebal.

“Dah, ah. Aku mau keluar. Gerah banget ruangan ini gara-gara kalian.”

Aku segera bangkit dan ke luar kelas mencari udara segar. Terlalu lama di kelas membuatku benar-benar gila.

Siang ini udara di kota kretek terasa sangat panas. Aku duduk dan bersandar di bawah pohon menikmati setiap oksigen hasil fotosintesis alami dari dedaunan. Hawa sejuk ini membuatku tenang dan hampir terlelap. Namun, sebuah tangan memegang pundakku, aku sontak menoleh ke belakang dan menyiapkan tinju di tangan. Ternyata Ibrahim, ketua kelas kami.

Tanpa meminta persetujuan, dia duduk di sampingku dan membawa sebotol air mineral alami yang ada manis-manisnya.

“Ini buat kamu.” Ibra menyodorkan sebuah botol kepadaku.

“Apa ini? Gak ada guna-gunanya ‘kan?”

“Astaghfirullah, Syifa!” Sontak Ibra menoyor kepalaku.

Aku memang harus waspada. Lelaki zaman sekarang suka nekat. Cinta ditolak, dukun bertindak.

“Ini air mineral, Fa. Lihat deh masih ada segelnya. Masih perawan, belum aku apa-apain,” jawabnya sambil membukakan tutup botol milikku.

Kenapa aku jadi suuzonan begini, ya? Mungkin karena kebanyakan membaca novel online. Otakku jadi tercemar.

“Maaf, aku gak bermaksud—“

“Lupakan saja soal kemarin. Aku terlalu terbawa perasaan. Kamu mau ‘kan berteman denganku?”

“Teman?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Isabella
teman tapi mesrah
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Ibra....pasti Syifa mau berteman denganmu,walaupun tak menjadi kekasih,....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pesona Babang Ojol    TAMAT

    Kehidupan berumah tangga di awal pernikahan memang selalu manis. Apalagi bagi kami yang selama ini tidak pernah pacaran. Namun, semuanya berubah saat negara api menyerang. Tidak hanya orang tua, tetangga, bahkan mahasiswa di kampus menggunjing karena aku tidak hamil-hamil. Padahal kami sudah berusaha semaksimal mungkin sampai Ayah membelikan ramuan Jawa yang katanya sangat ampuh. Bukannya manjur, aku dan suamiku malah masuk rumah sakit. Kami mengalami diare sampai dehidrasi. Katanya suami dan istri harus sama-sama meminum jamu supaya subur. Kami sudah cek ke dokter dan tidak ada masalah serius padaku maupun suamiku. Kami sama-sama sehat, mungkin memang belum rezekinya. “Maafin Ayah, ya, Fa. Tidak ada niat sedikit pun untuk mencelakai kalian,” ujar Ayah sambil menciumi tanganku. “Tidak apa-apa, Pak. Namanya juga usaha,” jawab Mas Arfan dengan senyuman yang setengah dipaksakan. Sudah lima bulan kami menikah dan belum ada tanda-tanda hamil. Mungkin benar kata Mas Arfan jika aku harus

  • Pesona Babang Ojol    Bonus

    Satu minggu setelah menikah, aku menemukan fakta baru. Ternyata suamiku orang kaya raya. Ayah hampir jantungan mengetahui semua fakta yang Pak Arfan ungkapkan. “Kenapa kamu nggak jujur dari awal, Nak?” tanya Ayah setelah kami pulang dari hotel. Baru dua hari kami menikah, aku kedatangan tamu bulanan. Pak Arfan kecewa karena kami gagal bulan madu ke Yogyakarta. Akhirnya dia memintaku tinggal di hotel selama satu minggu sebelum pulang ke rumah Pak Shaka, orang tuanya. “Kalau saya jujur dari awal, Syifa pasti langsung mau nikah sama saya,” jawabnya penuh percaya diri. Dengan kesal kucubit pinggangnya. Semenjak kami menikah, aku semakin dekat dengannya, tetapi tetap saja tidak bisa berhenti memanggilnya “Pak”.Ternyata dia lelaki yang sangat baik. Dia mau menerimaku apa adanya meski aku bukanlah wanita yang sempurna. Dia mau membimbing dan mengajarkan banyak hal yang selama ini tidak aku ketahui. Namun, sampai sekarang aku belum tahu apa alasannya merahasiakan identitasnya dari

  • Pesona Babang Ojol    Malam Pertama

    Aku kembali ke kamar setelah tidak ada seorang pun tamu. Lelah sekali rasanya berdiri seharian. Pak Shaka dan Mama sudah pulang setelah Ayah pergi. Gedung untuk acara resepsi pun sudah dibersihkan. “Fa, aku mandi dulu. Kamu mau ikut?” tanya Pak Arfan sambil mengerlingkan mata.Pak Arfan benar-benar meresahkan. belum apa-apa saja sudah membuat jantungku ingin lepas dari tempatnya.“Enggak, nanti yang ada enggak jadi mandi.” “Nggak jadi mandi? Terus ngapain?” tanya suamiku sambil berjalan mendekat ke arahku. Aku harus jawab apa? Duh, nih mulut kenapa asal jawab. “Ngapain, ya? Aku enggak tahu. Masih polos.”“Sini aku ajarin!” Heh? Aku melotot dibuatnya. Sejak kapan Pak Arfan jadi sevulgar itu?“Aku bercanda. Kamu jangan omes!” Dia tertawa hingga tubuhnya terguncang. Dengan kesal aku melempar bantal ke arahnya. Namun dia kabur, menyebalkan sekali.Kulepaskan hijab dan aksesorisnya yang terasa berat di kepala. Aku membersihkan sisa make up dengan milk cleanser dan face tonic. Wajahku t

  • Pesona Babang Ojol    Malam Pengantin

    Kami berjalan bergandengan menuju kamar, rasanya lututku lemas. Kuremas kuat tangan suamiku untuk mengurangi rasa gugup. “Mau kugendong?”Aku membelalakkan mata. Tidak menyangka dia tahu isi hatiku. Aku mengangguk pasrah, daripada pingsan. Dia membopongku ala bridal style. Bukan seperti mengangkat karung beras. Aku menenggelamkan muka ke dadanya. Pipiku pasti sudah sangat merah. “Ternyata kamu tambah berat.”What?Setelah sampai di kamar, Pak Arfan merebahkanku di kasur. Dia menatapku cukup lama hingga membuatku berpaling. Ya Allah, kami sudah halal, beginikah rasanya berduaan dengan laki-laki di dalam kamar? Jantungku berdebar tidak karuan, ada rasa yang menggelitik di hati. Ingin rasanya aku—“Kamu mikirin apa sampai senyum-senyum begitu?” Aku tersadar dari lamunan. “Enggak, aku cuma—“Suamiku masih dengan posisi yang sama, masih menatapku dalam. Kemudian semakin mengikis jarak di antara kami. “Bolehkan aku melakukannya lagi?”“Melakukan apa?” Pertanyaannya sangat ambigu. “Kiss,”

  • Pesona Babang Ojol    Alhamdulillah, Sah!

    Terdengar berisik suara gedoran pintu kamarku. Siapa, sih, pagi buta begini gangguin orang saja. Aku menarik selimut hingga menutup kepala. Kulihat Faiha masih tertidur pulas. Namun, beberapa saat kemudian suara Bulik terdengar melengking dari luar jendela. “Syifa! Kamu jadi nikah apa enggak, sih? Periasnya sudah datang,” teriak bulik sambil menggedor-gedor jendela kamar. Astaga, aku terperanjat dan segera mengecek ponsel. Tanggal 10 Oktober 2021. Ya Allah, hari ini aku akan melepas masa remaja. Waktu menunjukkan pukul setengah lima pagi. Gasik sekali datangnya. Aku harus segera mandi dan salat Subuh. “Iya Bulek, aku keluar.” Aku segera bangun dan turun dari tempat tidur. Namun nahas, kakiku semutan sehingga membuatku jatuh terjungkal. Aku tergeletak di lantai. Kakiku mati rasa, aku harus menunggunya hingga kembali pulih. Ya Allah, gini amat punya adik syemok. Kaki Faiha menindih kakiku hingga membuatnya kesemutan.Aku segera membangunkan Faiha dan mengajaknya salat, tetapi dia tid

  • Pesona Babang Ojol    Nggak jadi, deh!

    Setelah kepergian kedua adikku, aku pergi ke dapur untuk membuat kopi. Biasanya aku menyiapkan kopi untuk ayah. Namun, langkahku terhenti kala melihat pakde dan paklik menghadangku di depan pintu dapur.Mau apa mereka? Ayah tidak ada di rumah, bude dan bulik belum juga datang. Ya Allah, selamatkanlah aku. “Kamu mau ke mana, Fa?” tanya Paklik sambil tersenyum. Sedangkan pakde berbisik di samping telinga paklik. Sepertinya mereka sedang merencanakan sesuatu. Aku harus waspada. Jangan sampai kejadian di novel online itu terjadi padaku. Mengerikan sekali ketika ada seorang gadis yang dinodai 30 pria, dan orang yang menjebaknya adalah pamannya sendiri. “Aku mau bikin kopi buat ayah,” jawabku gugup. Mereka tersenyum menyeringai. Ayah, cepatlah pulang, anakmu sedang ketakutan. “Kebetulan sekali, Fa. Kami mau bikin kopi, tapi enggak tahu gulanya di mana,” jawab pakde sambil menggaruk kepala. Aku menepuk jidatku, separah inikah pengaruh novel online terhadapku? Aku menjadi orang yang sela

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status