Share

Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa
Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa
Author: LV Edelweiss

Awal Menjadi Pasangan

Author: LV Edelweiss
last update Last Updated: 2025-10-15 17:55:29

"Berhenti menatap saya seolah saya ini adalah hantu. Tenang saja, saya tidak akan menyentuh kamu."

Kalimat itu terdengar datar, tapi cukup membuat bahu Arumi menegang. Suara berat itu mengisi kamar yang terlalu sunyi. Ia refleks menunduk, menghindari tatapan pria yang kini resmi menjadi suaminya.

Angkasa Langit Cakrawiguna, laki-laki dewasa yang seharusnya menikahi ibunya, bukan dirinya.

Arumi masih belum sepenuhnya percaya pernikahan itu benar-benar terjadi. Ia hanya menjalani apa yang diperintahkan, tanpa sempat bertanya kenapa hidupnya bisa berbelok sejauh ini.

Langit berdiri di depan meja rias, terus mengancing kemejanya hingga selesai. Gerakannya tenang, tapi cukup dingin.

Arumi duduk di tepi ranjang, diam dengan kepala menunduk, memainkan ujung piyama satinnya hanya untuk menutupi gugup yang semakin menjadi.

Bukan karena Arumi menyimpan rasa pada pria itu. Bukan juga karena malu. Ia hanya … takut. Takut salah bicara, takut salah bersikap, takut membuat keadaan yang sudah rumit ini semakin terasa aneh.

"Maksud Om Langit, apa?" suaranya keluar ragu, hampir bergetar.

Langit menoleh sebentar, lalu menjawab tanpa basa-basi. “Status kita hanya sebatas hitam di atas putih. Setelah Mama kamu kembali, kita akan segera bercerai.”

Arumi diam. Ucapan pria itu tidak mengejutkan, tapi tetap membuat dadanya terasa sesak. Ia mengangguk kecil, mencoba menelan keadaan yang bahkan belum sempat ia pahami.

"Arumi tahu, kok, Om. Arumi juga nggak akan nuntut apa-apa. Sejak awal kan pernikahan ini cuma buat nutupin aib keluarga masing-masing, jadi Om Langit tenang aja," katanya pelan.

Arumi berusaha menjaga suaranya tetap datar, meski hatinya campur aduk antara takut dan bingung. Baginya, ini semua hanya peran yang harus dijalani sampai ibunya kembali.

Langit memicingkan mata sebentar, seolah menimbang sesuatu, tapi akhirnya hanya berbalik membelakangi gadis itu lagi.

Keheningan kembali menyelimuti kamar.

Arumi menatap punggung pria itu tanpa ekspresi. Ia tidak tahu harus apa. Tidak tahu juga harus bersikap bagaimana. Yang ia tahu, malam ini, ia resmi menjadi istri dari laki-laki yang bahkan tidak pernah ia bayangkan duduk bersanding dengannya dan mungkin sebentar lagi juga akan menjadi mantan suaminya.

“Terus, kenapa juga wajahmu terlihat tegang saat melihat saya? Kamu takut saya tergoda?” tanya Langit tiba-tiba.

Tersentak mendengar penuturan Langit, Arumi pun mengangkat kepala cepat dan segera menggeleng. "Nggak kok, Om. Nggak sama sekali," bantahnya.

"Terus ...?" Tatapan Langit kembali mengintimidasi.

"A—Arum ... Arum cuma gugup aja, Om. Soalnya ... soalnya Arum nggak pernah sekamar sama cowok."

Suaranya kecil, nyaris seperti bisikan yang tenggelam di antara dengung pendingin ruangan. Ujung jarinya saling mencubit, mencoba menyalurkan gugup yang tak bisa diucapkan.

"Oh ya?" Langit menyunggingkan senyum miring, lalu melipat lengan kemejanya sampai sepertiga panjang tangan. Gerakannya sederhana, tapi entah kenapa, mata Arumi seperti otomatis mengikuti tiap detailnya, urat halus di lengannya, garis otot yang samar, sampai jam tangan hitam yang kontras di kulitnya.

Arumi buru-buru mengalihkan pandang. Lebih aman menatap lantai marmer, daripada terus melihat punggung pria itu. Hatinya berdebar tak karuan. Dada terasa sesak seolah ruang di kamar itu menyusut perlahan.

"Jadi kamu tidak pernah pacaran?" tanya Langit tiba-tiba.

"Nggak pernah, Om."

"Masa sih?"

Lagi-lagi Arumi hanya diam. Ia menggigit bibir bawahnya, tidak tahu harus menjawab apa. Di kepalanya, pertanyaan itu terasa seperti ujian yang jawabannya pasti salah apa pun yang ia katakan.

“Berarti kamu tidak pernah berciuman?”

Pertanyaan itu membuat Arumi spontan menegakkan kepala. Jantungnya berdenyut keras, lebih karena terkejut daripada marah.

Untuk apa bertanya seperti itu? Bukannya tadi bilang tidak akan menyentuhnya?

"Apa itu penting untuk Arum jawab, Om?" suaranya keluar pelan, tapi tegas. Ada sedikit getar di sana, tapi juga keberanian yang tak ia sadari sebelumnya.

Langit terdiam. Mungkin tidak menyangka gadis itu bisa membalas. Pandangan matanya berubah dari menggoda, jadi seperti sedang menilai sesuatu yang baru.

Arumi kembali menunduk, mencoba menyembunyikan wajahnya yang memanas. Ia bisa mendengar detak jantungnya sendiri, bisa merasakan setiap detik keheningan yang lewat seperti gema.

“Bersiaplah, kita harus makan malam bersama Ayah dan Bunda," kata Langit akhirnya. Suaranya terdengar datar, tapi ada sesuatu yang tertahan di ujung nada itu.

Arumi menelan ludah. Ia akhirnya berani mengangkat kepala, menatap pria itu sejenak sebelum berdiri.

Langit sudah lebih dulu berbalik, tapi entah kenapa, punggungnya terasa lebih lebar dari sebelumnya dan udara di ruangan itu masih saja membawa sisa aroma tubuhnya yang membuat Arumi sulit bernapas.

Langit sudah melangkah ke arah pintu dan Arumi bersiap untuk bangkit dari duduknya. Namun, belum sempat tangannya menyentuh handle, ia pun kembali berbalik dan berkata, "Oh, ya ... ada satu lagi."

Arumi berbalik dan melihat ke arahnya. Untuk beberapa saat pandang mereka bertemu dalam posisi yang sama-sama berdiri.

"Apa, Om?" tanya Arumi.

Langit maju mendekat. Bahkan sangat-sangat dekat hingga wajah keduanya nyaris bertabrakan.

Arumi menelan ludah berat. Ia bahkan sampai menutupkan mata saking gugupnya. Ia pikir, apa ini alasan kenapa Langit bertanya soal ciuman pertamanya.

“Katanya tadi nggak akan nyentuh, Om?!” seru Arumi tiba-tiba, dengan rasa panik dan matanya terpejam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Jodoh Saya

    Suasana kamar itu menegang. Andini seperti terjebak di dalam perangkap yang ia buat sendiri. Mengurungnya dalam ketakutan beralasan akibat ulah dari sandiwaranya selama ini. Ingin ia menutupinya lagi, tapi sepertinya Langit terlalu pintar untuk dibodohi. Tak seperti Arumi yang polos dan lugu, sehingga bisa tipu setiap waktu.“Ma …,” lirih Arumi.Andini masih diam. Tatapannya yang semula begitu sangar dan menggebu-gebu, kini berubah sayu dan penuh kecemasan. Ia menunduk, tak kuasa untuk melihat kepada dua manusia di dekatnya.“Ma … jawab Arumi! Mama beneran hamil kan? Mama nggak bohongi Arumi kan?” desak Arumi. Kini giliran dirinya yang menggoyang-goyang tubuh Andini. Menuntut perempuan bergelar ibu baginya itu untuk menjawab pertanyaannya.“Dia tidak akan bisa menjawab, Arumi. Karena saya sudah mencari tahu semuanya. Sehari pasca Andini mendatangi rumah saya dan mengaku jika sudah hamil anak saya, saya pun mendatangi rumah sakit tempat kamu dirawat waktu itu. Dan hasilnya, seorang d

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Mengungkap Fakta

    Dengan tergopoh-gopoh, Arumi pun kembali melangkah mendekati kamar. Guna mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan ibunya. Dari pekikan suara wanita dewasa itu tadi, sepertinya telah terjadi sesuatu.“Mama?!” ucap Arumi setengah berteriak. Ia cukup terperanjat, tatkala melihat Andini sudah terduduk di lantai, dekat dengan ranjang tempat tidur.“Arumi, tolongin Mama. Perut Mama sakit,” ujar Andini. Raut wajahnya tampak seperti orang yang sedang menahan sakit.“Pe—perut Mama sakit? Astaga, bagaimana ini?” tanya Arumi panik. Ia langsung berlari ke arah mamanya dan membantu perempuan itu untuk bangkit. Rasa bingung dengan apa yang harus ia lakukan pun mulai menghampiri.Sementara di depan pintu kamar, Langit tampak berdiri santai dengan kedua tangan yang bersedekap di dada. Ekspresi wajahnya tak menyiratkan empati apalagi peduli sedikitpun. Seolah ia tidak mau tahu, dengan apa yang dialami oleh mertuanya itu.“Om, Mama Om. Bantuin …,” pinta Arumi. “Apa yang mau dibantu, Arumi? Mama

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Pilih Antara Dua

    Mobil jenis sedan itu sudah berhenti di depan sebuah rumah semi permanen berwarna putih dengan beberapa pot bunga di depannya. Bangunannya dikelilingi oleh pagar kayu dengan warna yang sama. Tak terlalu menjulang, hanya setinggi dada pria dewasa. Dari dalam mobil, Arumi keluar dan langsung berjalan ke arah pintu pagar. Membukanya dan masuk dengan langkah yang begitu berat. Udara di sekitarnya mendadak terasa panas dan menyesakkan. Mungkin karena ia tahu, dengan siapa sebentar lagi ia berhadapan. Di belakangnya, Langit masih setia berdiri dan menemani. Sosoknya yang tinggi dan dewasa, menjadikannya lebih mirip seperti seorang ayah yang melindungi putrinya ketimbang suami yang menjaga istri. “Ma …,” panggil Arumi pelan. Tangannya sudah bergerak menarik handle dan membuka pintu. Langsung melempar pandangan ke seluruh sudut ruangan rumah itu. Sesaat, terdengar suara sahutan dari dalam kamar. “Iya sayang, kamu sudah pulang? Mama lagi di kamar nih. Ke sini aja ya, di luar panas,” t

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Yes, She Is My Wife

    ​Di balik pekatnya aroma kopi dan pendingin ruangan yang menusuk, lobi hotel itu mendadak terasa dingin. Kaki-kaki berlapis alas sepatu di atas marmer memantul kembali keheningan canggung yang tebal. Jason, si mucikari, hanya diam. Jari-jarinya memilin tepi ponsel yang sudah sejak tadi ada di tangannya. Ia memperhatikan siluet pelanggannya—seorang pria mapan, berkeme abu-abu yang kini tampak berdiri gagah—yang baru saja menyelesaikan penuturan paling absurd yang pernah ia dengar. “She—she is your wife?” tanyanya terbata. “Yes. She is my wife,” ulang Langit. Bukannya merasa bersalah setelah mendengar pengakuan Langit, Jason justru terkekeh bahkan terbahak hingga terpingkal-pingkal. Entah apa yang lucu, Langit dan Arumi sedikit bingung dibuatnya. “She is your wife?” tanya Jason sekali lagi. Langit hanya diam. Menurutnya, pertanyaan Jason kali ini tidak perlu ia jawab. Hanya tangannya yang bergerak—menarik pelan tangan Arumi—dan membawa istrinya itu ke sampingnya. “Jangan

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    Don't Touch My Wife

    Pagi menjelang. Udara di Nauru masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Namun tidak dengan suasana hati seorang Arumi.Terbangun dari tidur setelah melewati malam yang panjang bersama Langit, dirinya langsung disambut oleh senampan sarapan pagi berisi roti lapis selai coklat dan segelas susu. Serta seikat bunga yang sangat indah di atas nakas.“Ih, ada bunga. Cantik banget,” puji Arumi.Ia lalu mengambil bouqet mawar merah itu dan mengendus wanginya sesaat. Tak berselang lama, Langit pun muncul dari balik pintu balkon. “Kamu sudah bangun?” tanya pria berkemeja abu-abu rokok tersebut.“Eum ….” Angguk Arumi pelan. “Ini semua dari Om Langit?” tanyanya.“Iya. Kenapa? Kamu nggak suka?” Langit terdengar kurang percaya diri. “Enggak … Arumi suka kok, Om. Cuma … keget aja. Kan selama ini nggak pernah dikasih bunga.” Arumi tersenyum lebar hingga semua gigi depannya terlihat.Langit diam sesaat. Segera meraih sebuah paper bag dan menyerahkannya kepada Arumi. “Lansung mandi dan berkemas. Ini

  • Pesona Calon Ayah Tiriku Yang Penuh Kuasa    I Love You Very Much

    Arumi terus menatap Langit. Wajahnya memelas, dengan ekspresi seperti orang malas. Sedang di dekatnya, Langit tampak menghela napas panjang, seolah begitu berat baginya untuk sekedar mengatakan ‘iya’ pada istrinya itu. “Om ….” lirih Arumi. “Saya bukannya tidak menghargai mama kamu, Arumi. Saya hanya tidak mau kamu ribut lagi dengan dia.” “Kali ini aja lagi, Om.” Arumi memohon, kedua tangannya tampak mengatup di depan dada. Dan kalau soal rayu-merayu, perempuan berkulit putih kuning langsat khas wanita Indonesia itu, memang juaranya. “Yakin?” tanya Langit. “Yakin, Om.” “Ya sudah. Besok sebelum pesawat take off, kita ketemu dengan Mama kamu dulu. Tapi janji sama saya, hanya pamit dan nggak ada drama-drama lainnya. Ok?” tanya Langit. “Iya, Om. Arumi janji. Makasih ya Om?” Mata Arumi tampak berkaca-kaca. Langit tersenyum. Mengusap lembut pipi Arumi yang lembut seperti mochi. Kemudian membingkainya sembari berkata, “Apapun yang membuat kamu bahagia, pasti akan saya usahakan, Ar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status